Senin, 08 Juni 2015

Shalawat Burdah Tanda Cinta Rasul









 Mengamalkan shalawat burdah tanda Kita Cinta Nabi Muhammad
  
Aziz Si Pecinta Shalawat
Qasidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya, sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan, hingga kini masih sering dibacakan di sebagian pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu, Sindi, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia.
Pengarang Kasidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri. Dia keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, Dia seorang murid Sufi besar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas al-Mursi – anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, Al Bushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritas di Mesir.
Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari al Qur’an di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannya di bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.Sebagian ahli sejarah menyatakan, bahwa ia mulanya bekerja sebagai penyalin naskah-naskah.
Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam Kamus Munjibnya. Sajak-sajak pujian untuk Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam dalam kesusasteraan Arab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalam kesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagai kesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang berarti pujian). Sastrawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku dengan uraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya, syair semacam itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan religius yang Islami. Kasidah Burdah terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (usiub) yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap al-Qur’an, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.
Dengan memaparkan kehidupan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam secara puitis, AI-Bushiri bukan saja menanamkan kecintaan umat Islam kepada- Nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum Muslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kasidah Burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf, dan bahkan diajarkan pada tiap hari Kamis dan Jumat di Universitas AI-Azhar, Kairo. Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyah ke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itu merupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam yang bertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, al-Qur’an dan Hadis.
Ada sebab-sebab khusus dikarangnya Kasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiri menderita sakit lumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam, dengan maksud memohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam. Di mana Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam mengusap wajah al-Bushiri, kemudian Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.

ajaran Imam al-Bushiri dalam Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam. la menggambarkan betapa Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam: manusia dan Jin, pemimpin dua kaum: Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai, pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi. Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam seperti dalam bait 34-59 :
Muhammadun sayyidui kaunain wa tsaqaulai
Ni wal fariqain min urbln wa min ajami
Muhammad SAW adalah raja dua alam manusia dan jin
Pemimpin dua kaum Arab dan bukan Arab.
Pujian al-Bushiri pada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi, tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam yang paling utama, yaitu mukjizat paling besar dalam bentuk al-Quran, mukjizat yang abadi. al-Qur’an adalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk oleh perubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif dengan berbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan al-Qur’an memiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memiliki konteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat temporal.
Kitab al-Qur’an selamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umat Islam. Selain Kasidah Burdah, al-Bushiri juga menulis beberapa kasidah lain di antaranya: Qashidah al-Mudhariyah dan al-Qashldah al-Hamziyah. Sisi lain dari profil al-Bushiri ditandai oleh kehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekun beribadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi. Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia. bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.




بردة المديح
من تأليف رائد المدائح النبوية
شرف الدين محمد بن سعيد بن حماد الصنهاجي البوصيرى رحمه الله


SYAIR BURDAH ALBUSHIRI 1

فى ذكر عشق رسول الله صلى الله عليه وسلم

Cinta Sang Kekasih

أمنْ تذكر جيرانٍ بذى ســــلمٍ مزجْتَ دمعا جَرَى من مقلةٍ بـــدمِ

Apakah karena Mengingat Para kekasih di Dzi Salam.
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah.

أَمْ هبَّتِ الريحُ مِنْ تلقاءِ كاظمـــةٍ وأَومض البرق في الظَّلْماءِ من إِضـمِ

Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah.
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam.

فما لعينيك إن قلت اكْفُفا هَمَتــا وما لقلبك إن قلت استفق يهــــمِ

Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah.
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah.

أيحسب الصبُ أنّ الحب منكتـــمٌ ما بين منسجم منه ومضْطَّــــــرمِ

Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya.
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.

لولا الهوى لم ترق دمعاً على طـللٍ ولا أرقْتَ لذكر البانِ والعَلــــمِ

Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing rumahnya.
Takkan kau bergadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam.

فكيف تنكر حباً بعد ما شــهدتْ به عليك عدول الدمع والســــقمِ

Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita.
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.

وأثبت الوجدُ خطَّيْ عبرةٍ وضــنىً مثل البهار على خديك والعنــــمِ

Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah.
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.

نعمْ سرى طيفُ منْ أهوى فأرقـني والحب يعترض اللذات بالألــــمِ

Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga.
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita.

يا لائمي في الهوى العذري معذرة مني إليك ولو أنصفت لم تلــــمِ

Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.

عَدتْكَ حالِيَ لا سِرِّي بمســـــتترٍ عن الوشاة ولا دائي بمنحســــمِ

Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.

محضْتني النصح لكن لست أســمعهُ إن المحب عن العذال في صــممِ

Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.

إنى اتهمت نصيحَ الشيب في عذَلٍ والشيبُ أبعدُ في نصح عن التهــمِ

Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.

SYAIR BURDAH ALBUSHIRI 2

في التحذير من الهوى

Peringatan akan Bahaya Hawa Nafsu

فإنَّ أمَارتي بالسوءِ ما أتعظـــتْ من جهلها بنذير الشيب والهـــرمِ

Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan.
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan.

ولا أعدّتْ من الفعل الجميل قـرى ضيفٍ ألمّ برأسي غيرَ محتشـــم

Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu.
Sang uban yang bertamu di kepalaku tanpa malu-malu.

لو كنتُ أعلم أني ما أوقـــرُه كتمتُ سراً بدا لي منه بالكتــمِ

Jika kutahu ku tak menghormati uban yang bertamu.
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu.

منْ لي بردِّ جماحٍ من غوايتهـــا كما يُردُّ جماحُ الخيلِ باللُّجُــــمِ

Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan.
Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang.

فلا ترمْ بالمعاصي كسرَ شهوتهـــا إنَّ الطعام يقوي شهوةَ النَّهـــمِ

Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat.
Sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap.

والنفسُ كالطفل إن تُهْملهُ شبَّ على حب الرضاعِ وإن تفطمهُ ينفطــمِ

Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu.
Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu.

فاصرفْ هواها وحاذر أن تُوَليَــهُ إن الهوى ما تولَّى يُصْمِ أو يَصِـمِ

Maka kendalikan nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa.
Jika kuasa ia akan membunuhmu dan membuatmu cela

وراعها وهي في الأعمالِ ســائمةٌ وإنْ هي استحلتِ المرعى فلا تُسِمِ

Gembalakanlah ia, ia bagai ternak dalam amal budi.
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai.

كمْ حسنتْ لذةً للمرءِ قاتلــةً مـن حيث لم يدرِ أنَّ السم فى الدسـمِ

Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan.
Tanpa ia tahu racun justru ada dalam lezatnya makanan.

أستغفرُ الله من قولٍ بلا عمــــلٍ لقد نسبتُ به نسلاً لذي عُقـــــُمِ

Kumohon ampunan Allah karena bicara tanpa berbuat.
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul.

أمْرتُك الخيرَ لكنْ ما ائتمرْتُ بـه وما اسـتقمتُ فما قولى لك استقـمِ

Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan.
Tidak lurus diriku maka tak guna kusuruh kau lurus.

ولا تزودتُ قبل الموت نافلـــةً ولم أصلِّ سوى فرضٍ ولم اصــــمِ

Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah.
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja.

SYAIR BURDAH ALBUSHIRI 3

في مدح النبي صلى الله عليه وسلم

Pujian Kepada Nabi SAW

ظلمتُ سنَّةَ منْ أحيا الظلام إلـــى إنِ اشتكتْ قدماه الضرَ من ورمِ

Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.

وشدَّ من سغبٍ أحشاءه وطـــوى تحت الحجارة كشْحاً مترف الأدمِ

Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu.
Dan dengan batu mengganjal Perutnya yang halus itu.

وراودتْه الجبالُ الشمُ من ذهــبٍ عن نفسه فأراها أيما شــــممِ

Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya.
la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.

وأكدتْ زهده فيها ضرورتُـــه إنَّ الضرورة لا تعدو على العِصَمِ

Butuh harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya.
Kendati butuh pada harta tidaklah merusak kesuciannya.

وكيف تدعو إلى الدنيا ضرورةُ منْ لولاه لم تُخْرجِ الدنيا من العـدمِ

Bagaimana mungkin Nabi butuh pada dunia.
Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada.

محمد سيد الكونين والثقليــــن والفريقين من عُرْب ومنْ عجــمِ

Muhammadlah pemimpin dunia akherat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.

نبينا الآمرُ الناهي فلا أحــــدٌ أبرَّ في قولِ لا منه ولا نعــــمِ

Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar.
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.

هو الحبيب الذي ترجى شفاعـته لكل هولٍ من الأهوال مقتحـــمِ

Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.

دعا إلى الله فالمستمسكون بــه مستمسكون بحبلٍ غير منفصـــمِ

Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.

فاق النبيين في خَلقٍ وفي خُلـُقٍ ولم يدانوه في علمٍ ولا كـــرمِ

Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.

وكلهم من رسول الله ملتمـــسٌ غرفاً من البحر أو رشفاً من الديمِ

Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.

وواقفون لديه عند حدهــــم من نقطة العلم أو من شكلة الحكمِ

Para Rasul sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.

فهو الذي تم معناه وصورتــه ثم اصطفاه حبيباً بارئُ النســـمِ

Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.

منزهٌ عن شريكٍ في محاســـنه فجوهر الحسن فيه غير منقســـمِ

Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.

دعْ ما ادعتْهُ النصارى في نبيهم واحكم بما شئت مدحاً فيه واحتكم

Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya.
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.

وانسب إلى ذاته ما شئت من شرف وانسب إلى قدره ما شئت من عظمِ

Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu.
Dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau.

فإن فضل رسول الله ليس لــــه حدٌّ فيعرب عنه ناطقٌ بفــــــمِ

Karena keutamaannya sungguh tak terbatas.
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.

لو ناسبت قدرَه آياتُه عظمــــاً أحيا اسمُه حين يدعى دارسَ الرممِ

Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya.
Niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.

لم يمتحنا بما تعيا العقولُ بـــه حرصاً علينا فلم نرْتبْ ولم نهـــمِ

Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal.
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.

أعيا الورى فهمُ معناه فليس يُرى في القرب والبعد فيه غير مُنْفحـمِ

Seluruh mahluk sulit memahami hakikat Nabi.
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.

كالشمس تظهر للعينين من بعُـدٍ صغيرةً وتُكلُّ الطرفَ من أمَـــمِ

Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.

وكيف يُدْرِكُ في الدنيا حقيقتـَه قومٌ نيامٌ تسلوا عنه بالحُلُــــــمِ

Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi

فمبلغ العلمِ فيه أنه بشــــــرٌ وأنه خيرُ خلقِ الله كلهــــــمِ

Puncak Pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia
Dan ia adalah sebaik baik seluruh ciptaan Allah

وكلُ آيٍ أتى الرسل الكرام بها فإنما اتصلتْ من نوره بهــــمِ

Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka

فإنه شمسُ فضلٍ هم كواكبُهــا يُظْهِرنَ أنوارَها للناس في الظُلـمِ

Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya
Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita

أكرمْ بخَلْق نبيّ زانه خُلـُـــقٌ بالحسن مشتملٍ بالبشر متَّســـــمِ

Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri

كالزهر في ترفٍ والبدر في شرفٍ والبحر في كرمٍ والدهر في هِمَمِ

Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama
Kedermawanannya bak lautan, kegairahannya bak sang waktu

كانه وهو فردٌ من جلالتــــه في عسكرٍ حين تلقاه وفي حشـمِ

la bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan

كأنما اللؤلؤ المكنون فى صدفٍ من معْدِنَي منطقٍ منه ومُبْتَســم

Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya
Dari kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya

لا طيبَ يعدلُ تُرباً ضم أعظُمَـــهُ طوبى لمنتشقٍ منه وملتثـــــم

Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya

SYAIR BURDAH ALBUSHIRI 4

في مولده صلى الله عليه وسلم

Kelahiran Sang Nabi Muhammad SAW

أبان مولدُه عن طيب عنصــره يا طيبَ مبتدأٍ منه ومختتــــمِ

Kelahiran Sang Nabi menunjukkan kesucian dirinya
Alangkah eloknya permulaan dan penghabisannya

يومٌ تفرَّس فيه الفرس أنهــــمُ قد أُنْذِروا بحلول البؤْس والنقـمِ

Lahir saat bangsa Persia berfirasat dan merasa
Peringatan akan datangnya bencana dan angkara murka

وبات إيوان كسرى وهو منصدعٌ كشملِ أصحاب كسرى غير ملتئـمِ

Dimalam gulita singgasana kaisar Persia hancur terbelah
Sebagaimana kesatuan para sahabat kaisar yang terpecah

والنار خامدةُ الأنفاسِ من أسـفٍ عليه والنهرُ ساهي العينِ من سدمِ

Karena kesedihan yang sangat, api sesembahan padam
Sungai Eufrat pun tak mengalir dari duka yang dalam

وساءَ ساوة أنْ غاضت بحيرتُهــا ورُدَّ واردُها بالغيظ حين ظمــي

Penduduk negeri sawah bersedih saat kering danaunya
Pengambil air kembali dengan kecewa ketika dahaga

كأنّ بالنار ما بالماء من بــــلل حزْناً وبالماء ما بالنار من ضَــرمِ

Seakan sejuknya air terdapat dalam jilatan api
Seakan panasnya api terdapat dalam air, karena sedih tak terperi

والجنُ تهتفُ والأنوار ساطعــةٌ والحق يظهرُ من معنىً ومن كَلِـمِ

Para jin berteriak sedang cahaya terang memancar
Kebenaran pun tampak dari makna kitab suci maupun terujar

عَمُوا وصمُّوا فإعلانُ البشائر لــمْ تُسمعْ وبارقةُ الإنذار لم تُشــــَمِ

Mereka buta dan tuli hingga kabar gembira tak didengarkan
Datangnya peringatan pun tak mereka hiraukan

من بعد ما أخبر الأقوامَ كاهِنُهُمْ بأن دينَهم المعوجَّ لم يقـــــمِ

Setelah para dukun memberi tahu mereka
Agama mereka yang sesat takkan bertahan lama

وبعد ما عاينوا في الأفق من شُهُب منقضّةٍ وفق ما في الأرض من صنمِ

Setelah mereka saksikan kilatan api yang jatuh dilangit
Seiring dengan runtuhnya semua berhala dimuka bumi

حتى غدا عن طريق الوحي منهزمٌ من الشياطين يقفو إثر مُنـــهزمِ

Hingga lenyap dan pintu langitNya
Satu demi satu syetan lari tunggang langgang tak berdaya

كأنهم هرباً أبطالُ أبرهــــــةٍ أو عسكرٌ بالحَصَى من راحتيه رُمِيِ

Mereka berlarian laksana lasykar Raja Abrahah
Atau bak pasukan yang dihujani kerikil oleh tangan Rasul

نبذاً به بعد تسبيحٍ ببطنهمـــــا نبذَ المسبِّح من أحشاءِ ملتقــــمِ

Batu yang Nabi lempar sesudah bertasbih digenggamannya
Bagaikan terlemparnya Nabi Yunus dan perut ikan paus.

SYAIR BURDAH ALBUSHIRI 5

في معجزاته صلى الله عليه وسلم

Mukzijat Nabi Muhammad SAW

جاءتْ لدعوته الأشجارُ ســـاجدةً تمشى إليه على ساقٍ بلا قــــدمِ

Pohon-pohon mendatangi seruannya dengan ketundukkan
Berjalan dengan batangnya dengan lurus dan sopan

كأنَّما سَطَرتْ سطراً لما كتـــبتْ فروعُها من بديعِ الخطِّ في اللّقَـمِ

Seakan batangnya torehkan sebuah tulisan
Tulisan yang indah di tengah-tengah jalan

مثلَ الغمامة أنَّى سار سائــــرةً تقيه حرَّ وطيسٍ للهجير حَــــمِي

Seperti juga awan gemawan yang mengikuti Nabi
Berjalan melindunginya dari sengatan panas siang hari

أقسمْتُ بالقمر المنشق إنّ لـــه من قلبه نسبةً مبرورة القســــمِ

Aku bersumpah demi Allah pencipta rembulan
Sungguh hati Nabi bagai bulan dalam keterbelahan

وما حوى الغار من خير ومن كرمٍ وكلُ طرفٍ من الكفار عنه عـمي

Gua Tsur penuh kebaikan dan kemuliaan. Sebab Nabi
dan Abu Bakar di dalamnya, kaum kafir tak lihat mereka

فالصِّدْقُ في الغار والصِّدِّيقُ لم يَرِما وهم يقولون ما بالغـار مــن أرمِ

Nabi dan Abu Bakar Shiddiq aman didalamnya tak cedera
Kaum kafir mengatakan tak seorang pun didalam gua

ظنوا الحمام وظنوا العنكبوت على خير البرية لم تنسُج ولم تحُــــمِ

Mereka mengira merpati takkan berputar diatasnya
Dan laba laba takkan buat sarang jika Nabi didalamnya

وقايةُ الله أغنتْ عن مضاعفـــةٍ من الدروع وعن عالٍ من الأطـُمِ

Perlindungan Allah tak memerlukan berlapis baju besi
Juga tidak memerlukan benteng yang kokoh dan tinggi

ما سامنى الدهرُ ضيماً واستجرتُ به إلا ونلتُ جواراً منه لم يُضَــــمِ

Tiada satu pun menyakiti diriku, lalu kumohon bantuan Nabi
Niscaya kudapat pertolongannya tanpa sedikit pun disakiti

ولا التمستُ غنى الدارين من يده إلا استلمت الندى من خير مستلمِ

Tidaklah kucari kekayaan dunia akhirat dari kemurahannya
Melainkan kuperoleh sebaikbaik pemberiannya

لا تُنكرِ الوحيَ من رؤياهُ إنّ لــه قلباً إذا نامتِ العينان لم يَنَـــم

Janganlah kau pungkiri wahyu yang diraihnya lewat mimpi
Karena hatinya tetap terjaga meski dua matanya tidur terlena

وذاك حين بلوغٍ من نبوتــــه فليس يُنكرُ فيه حالُ مُحتلــــمِ

Demikian itu tatkala sampai masa kenabiannya
Karenanya tidaklah diingkari masa mengalami mimpinya

تبارك الله ما وحيٌ بمكتسـَــبٍ ولا نبيٌّ على غيبٍ بمتهـــــمِ

Maha suci Allah, wahyu tidaklah bisa dicari
Dan tidaklah seorang Nabi dalam berita gaibnya dicurigai

كم أبرأت وصِباً باللمس راحتُـه وأطلقتْ أرباً من ربقة اللمـــمِ

Kerap sentuhannya sembuhkan penyakit
Dan lepaskan orang yang berhajat dari temali kegilaan

وأحيتِ السنةَ الشهباء دعوتـُــه حتى حكتْ غرّةً في الأعصر الدُهُمِ

Doanya menyuburkan tahun kekeringan dan kelaparan
Bagai titik putih di masa-masa hitam kelam

بعارضٍ جاد أو خِلْتُ البطاحَ بهـا سَيْبٌ من اليمِّ أو سيلٌ من العَـرِمِ

Dengan awan yang curahkan hujan berlimpah
Atau kau kira itu air yang mengalir dari laut atau lembah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar