Kamis, 04 Juni 2015

ARTIKEL MASA SEBELUM DANETELAH DIUTUSNYA RASULULLAH SAW



MASA SEBELUM DAN SETELAH DIUTUSNYA RASULULLAH SAW

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sirah Nabawiyah

Dosen Pengampu:
Dr. Ridwan Hambali, MA


 Disusun Oleh:

1.      Khoirudin Azis





PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR SARANG REMBANG
2013






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG
          Pada bulan Rabi` Al-Awal lebih dari 14 Abad yang lalu, Allah telah menurunkan seorang hamba istimewa-Nya ke dunia. Dia adalah nabi Muhammad SAW. yang mengemban misi penting untuk membentuk akhlak umat manusia yang mulya dan sempurna sebagaimana yang Allah kehendaki.
          Allah SWT. memiliki maksud tertentu menciptakan umat manusia, yaitu sebagai khalifah (penguasa, pengatur) bumi dalam rangka ikhlas beribadah kepada-Nya. Tujuan akhir dari diutusnya nabi Muhammad SAW. adalah terciptanya ketentraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat.
  Adapun alasan ditulisnya artikel ini adalah supaya seseorang yang membaca dapat mengetahui sejarah nabi Muhammad SAW. Dalam mendakwahkan agama islam yang saat ini telah menjadi agama terbesar di penjuru dunia. Dan seseorang yang membaca dapat bercermin atau mencontoh perilaku nabi Muhammad SAW. agar dapat menjadi lebih cinta Kepada Allah SWT. dan kepada Nabi Muhammad SAW. serta lebih kuatnya iman kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW.
1.2         RUMUSAN MASALAH
a.    Apa yang dimaksud Risalah kenabian dan dakwah?
b.    Sejak kapan nabi Muhammad SAW. Menjadi nabi utusan Allah SWT. dan bagaimana proses turunya wahyu?
c.    kenapa dan Apa penyebab terputusnya wahyu kepada nabi Muhammad SAW ?
d.   Dengan cara bagaimanakah nabi Muhammad SAW melakoni dakwahnya?
1.3         TUJUAN PENULISAN ARTIKEL
          Adapun tujuan penulisan artikel yang berjudul “Masa Sebelum dan Setelah Diutusnya Rosulullah SAW.” Ini adalah dimaksudkan untuk memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai sejarah perjalanan hidup baginda Rasulullah nabi Muhammad SAW. mulai dari risalah kenabian dan dakwah, permulaan kenabian dan turunya wahyu, terputusnya wahyu, dan melakoni dakwah nabi Muhammad SAW.

BAB II
PEMBAHASAN

II. I   Risalah Kenabian dan Dakwah
A.    Pengertian Risalah kenabian dan dakwah
              Kata risalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan ringkasan suatu masalah di ilmu pengetahuan.[1] Sedangkan kata Kenabian ini berasal dari kata dasar nabi yang kemudian mendapat imbuhan awalan ke- dan ahiran -an. sehingga membentuk kata yang sempurna yaitu kenabian. Sedangkan kata dakwah ini mempunyai arti penyebarkan ilmu agama, khususya agama islam dari seseorang yang faham atau tahu tentang ajaran yang akan disebarkan atau disalurkan tersebut kepada orang lain yang belum faham atau belum mengetahui tentang ilmu tersebut dengan harapan setelah disalurkannya ilmu tersebut orang lain dapat memahami, menganut serta mengamalkan ilmu yang telah didapat.
          Nabi Muhammad SAW. adalah nabi terahir di dunia yang telah diutus Allah SWT. Setelah nabi Muhammad SAW. tidak akan pernah ada nabi lagi. Apabila ada seseorang yang mengaku dirinya sebagai nabi baru, maka itu hanyalah tipu daya syaitan yang sama sekali tidak ada kebenaranya sedikit pun. Nabi Muhammad SAW. lahir di kota Mekah. Beliau  Lahir dari keturunan bangsawan. Ayahnya bernama Abdullah. Dan ibunya bernama Siti Aminah. Sedangkan kakeknya bernama Abdul Muthalib dan pamanya yang terdekat kepadanya adalah bernama Abu Thalib. Nabi Muhammad SAW. sejak masih di dalam kandungan ibunya, beliau telah menjadi anak yatim. Karena ditinggal wafat ayahnya ketika beliau masih di dalam kandungan. Nabi Muhammad SAW. Lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabi` Al-Awal tahun Gajah. Sedangkan seseorang yang pernah menyusuinya adalah Halimah dari Bani sa`d dan Tsu`aibah. Dan Ketika berusia enam tahun beliau ditinggal wafat ibunya. Dan ibunya di makamkan di desa Abwa`. Setelah meninggal ibundanya, kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, yaitu Abdul Muthalib sampai usia delapan tahun.
Pada usia kedelapan ini nabi Muhammad SAW. ditinggal wafat kakeknya, dan kemudian diasuh oleh pamanya sampai dewasa. Pada usia dua puluh lima tahun beliau menikah dengan janda cantik yang bernama Siti Khadijah. Dari pernikahanya itu, beliau dikaruniai putra-puri yaitu, Qasim, Zainab, Ruqayyah, Umi kultsum, Fatimah, Abdullah. Dan pada usia empat puluh tahun beliau diangkat menjadi nabi oleh Allah SWT.
II.2    Permulaan Kenabian dan Turunya Wahyu
          Nabi Muhammad SAW.  diangkat  oleh Allah SWT. menjadi nabi utusan ketika beliau  berusia empat puluh tahun. Ketika itu sekitar abad ke enam. Pada abad ini adalah abad yang telah menjadi babak baru bagi bangsa Arabia. Pada usianya yang ke empat puluh tahun ini, nabi Muhammad SAW. semakin yakin harus ada perubahan dalam gaya hidup, sebagaimana yang telah beliau perhatikan gaya hidup masyarakat pada masa itu. Rusaknya kepribadian masyaraakat dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak pantas untuk dilakukan semakin lama semakin merajalela. Menurut beliau hal yang paling penting adalah perubahan itu harus berdasarkan atas sebuah agama baru, bukan pada agama pagan yang menyembah berhala dan Tuhan selain Allah SWT. yang lainya. Mereka sesekali berdoa kepada Allah SWT. Ketika dalam keadaan darurat, namun ketika bahaya yang menimpanya telah berlalu mereka lupa dengan Allah SWT. dan kembali menyembah, memohon dan meminta-minta kepada berhala atau Tuhan sesembahan lainya.
Dalam keadaan yang seperti ini, nabi Muhammad SAW. sangat prihatin terhadap apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang beliau perhatikan di sekitarnya. Di tengah-tengah keprihatianya itu, Allah SWT. memberikan Ilham kepada beliau untuk mengasingkan diri disuatu tempat. Kemudian nabi Muhammad SAW. mengasingkan diri disebuah tempat bukit Gua Hira`. Gua Hira` itu terletak tidak jauh dari pinggiran kota Mekah. Adapun tujuan nabi Muhammad SAW. menyepi di Gua Hira` adalah untuk mengkhusukkan diri dalam menyembah Allah SWT. Ketika nabi Muhammaad SAW. menyepi di Gua Hira` beliau membawa bekal untuk keperluan dirinya sendiri dan untuk disedekahkan kepada orang-orang yang yang mampir di Gua Hira` tersebut.

Dan setelah bekal yang beliau bawa habis, beliau kembali pulang  kerumahnya untuk menjenguk istrinya dan mengambil bekal lagi untuk beliau bawa menyepi di Gua Hira` kembali. Nabi Muhammad SAW. melakukan kegiatan ritual tradisional itu sekitar tiga tahun lamanya. Setelah beberapa saat beliau menyepi di Gua Hira`,  nabi Muhammad SAW. mendapatkan sebuah mimpi. Beliau bermimpi melihat cahaya cerah bagaikan fajar pagi mengusir kegelapan yang menyelimuti malam.
Pada bulan Ramadhan, tepatnya malam menjelang ahir Ramadhan, ketika beliau tengah sendirian di dalam Gua Hira`, datanglah kepadanya sosok yang tidak dikenal yaitu malaikat rupa manusia. Malaikat itu kemudian berkata kepadanya: ”Bacalah!” Beliau menjawab “aku tidak dapat membaca”. Sebagaimana yang beliau tuturkan:
“Malaikat itu mendekapku sampai aku sulit bernafas. Kemudian, Ia melepaskanku dan berkata, “ Bacalah!” ku jawab, ” Aku tak dapat membaca.” Ia mendekapku lagi hingga aku merasa tersesak. Ia melepaskanku dan berkata, “ Bacalah !” dan kembali ku jawab, “Aku tak dapat membaca!” Lalu ketiga kalinya, Ia mendekapku seperti sebelumnya, kemudian melepaskanku dan berkata: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar manusia dengan pena (qalam). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. 96: 1-5)”. [2]
          Setelah malaikat itu meninggalkanya di dalam Gua Hira` sendiri. Nabi Muhammad SAW. mengulas kata-kata tersebut sampai beberapa kali dan hafal. Nabi Muhammad SAW. Berkata “ sepertinya kata-kata itu telah tertanam dalam hatiku”. Namun mengingat kejadian yang telah dialaminya itu, beliau tetap merasa takut. Beliau beranggapan jangan-jangan telah menjadi penyair yang telah terilhami jin atau orang yang telah kesurupan. Karena itu beliau langsung lari menuju keluar dari dalam Gua Hira`. Sesampai di mulut Gua Hira`, beliau kembali dikagetkan lagi oleh sosok yang telah berdiri di atas langit sambil berkata: “ Wahai nabi Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku Jibril ”.[3] Seperti orang yang kebingungan nabi Muhammad SAW. mencoba mengalihkan pandangannya, namun kemana pun beliau menatap, sosok itu masih terlihat olehnya juga. Kemudian dengan ketakutan dan tergesa-gesa beliau mulai menuruni bukit menuju rumahnya. Sepanjang perjalannya, nabi Muhammad SAW. Mendengar bebatuan dan pepohonan yang sedang mengucapkan salam kepadanya dengan penuh khidmat.
          Ketika nabi Muhammad SAW. sampai di rumah. Beliau meminta kepada Siti Khadijah istrinya untuk menyelimutinya. Karena kondisi tubuhnya dalam keadaan menggigil ketakutan. Dan istrinya pun langsung mengambil selimut untuk diselimutkan kepadanya. Setelah kondisinya agak tenang, Siti Khadijah meminta kepad nabi Muhammad SAW. untuk menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Kemudian nabi Muhammad SAW. menceritakan peristiwa yang terjadi kepadanya itu kepada isrinnya. Dengan penuh perhatian Khatijah mendengarkan penuturan suaminya itu. Setelah nabi Muhammad SAW. selesai menceritakan peristiwa yang dialami itu, kemudian Khadijah mengajak nabi Muhammad SAW. pergi kerumah salah satu putra pamanya yang bertujuan untuk meminta petunjuk dan menceritakan hal yang telah terjadi pada nabi Muhammad SAW. Namanya adalah Waraqah bin Naufal. Seseorang yang patuh beragama Nasrani dan pernah menulis kitab Injil kedalam bahasa Ibrani. Saat itu Waraqah telah lanjut usia dan kedua matanya telah buta. Sesampai di rumah Waraqah, kemudian nabi Muhammad SAW. menceritakan peristiwa yang telah dialaminya itu dengan princi, agar mudah dipahami oleh Waraqah yang telah lanjut usia dan kedua matanya sudah buta itu. Setelah nabi Muhammad SAW. selesai menceritakan semuanya, kemudian Waraqah berkata kepadanya:
“ Yang kamu lihat itu adalah malaikat Jibril. Ingin rasanya aku menjadi seorang pemuda perkasa saat engkau diusir oleh kaummu. Mereka akan menyulut api permusuhan padamu karena engkau menyeru untuk meninggalkan ajaran nenek moyangnya ”.[4] Menurut sejarah dunia, peristiwa mengenai di Gua Hira` tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Nabi Muhammad SAW. telah mendapatkan wahyu pertama yaitu QS. Al-`Alaq:1-5 dan sekaligus diplokamirkan sebagai seorang nabi oleh malaikat Jibril.



III.3  Terputusnya Wahyu
          Setelah menyampaikan wahyu di Gua Hira`, malaikat Jibril tidak pernah menemui nabi Muhammad SAW lagi. Sampai beberapa waktu sekitar empat puluh hari beliau mengalami masa bungkam. Dalam masa bungkam ini malaikat Jibril tidak menemuinya dan wahyu tidak turun lagi. Nabi Muhammad SAW. sangat khawatir jika wahyu tidak akan turun lagi dan Allah SWT. tidak senang tehadap apa yang telah beliau lakukan selama ini. Bahkan karena lamanya masa bungkam dan wahyu tidak turun lagi, beliau sempat berfikir untuk menghempaskan diri dari bukit Gua Hira` tersebut. Ketika nabi Muhammad SAW. akan melaksanakan itu, tiba-tiba langkahnya terhenti. Beliau kembali dikagetkan sosok malaikat Jibril itu lagi di atas Cakrawala dan berkata “ nabi Muhammad SAW. engkau benar-benar utusan Allah SWT. Beliau kembali merasakan getaran yang sangat dahsyat ketika malaikat Jibril menampakkan diri dan menemuinya. Dan nabi Muhammad SAW. langsung lari menuju rumahnya dan setelah sampai di rumahnya beliau kembali meminta kepada istrinya untuk menyelimutinya. “ Selimuti aku, selimuti aku”![5]
          Tak lama kemudian malaikat Jibril kembali menemuinya dan menurunkan wahyu yang kedua yaitu QS. Al-Mudatsir 1-10 yang artinya seperti di bawah ini:
“ Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan pada Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh( balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. Apabila ditiup Sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi  orang-orang kafir lagi tidak mudah. (QS. Al-Mudatsir 1-10).
          Surat ini merupakan surat yang isinya lebih tegas dari pada surat sebelumnya dan merupakan tugas pertama nabi Muhammad SAW. yang kini telah menjadi nabi dan rasul. Mulai saat itulah Al-Quran mulai turun berangsur-angsur.



IV.4  Melakoni Dakwah
a). Dakwah Secara Sembunyi
          Setelah nabi Muhammad SAW. mendapatkan wahyu yang ke dua ini, dan sekaligus menjadi tugas pertamanya, beliau memulai melakoni dakwahnya. Cara pertama kali yang digunakan beliau yaitu dengan cara dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dan yang pertama kali didakwahinya yaitu dari lingkungan keluarganya, yaitu isrtinya yang bernama Khadijah. Khadijah langsung menerimanya tanpa suatu syarat apapun dan langsung mengimaninya bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. dan nabi Muhammad SAW. adalah utusan Allah SWT. Setelah istrinya masuk islam, Zaid Ibn Haristsah juga masuk islam. Beliau adalah salah satu sahabatnya yang telah hidup bersama nabi Muhammad SAW. dan Khadijah pada beberapa tahun terahir. Kemudian `Attiq Ibn `Utsman atau lebih dikenal dengan Abu Bakar juga menyatakan masuk islam. Beliau adalah salah satu sahabat karib nabi Muhammad SAW. sejak kecil. Abu Bakar juga termasuk hartawan cerdas, berwawasan luas dan mudah bergaul dengan siapapun. Karena dengan keluwesan dan keluasannya Abu Bakar, kemudian nabi Muhammad SAW. Sama sekali tidak ragu memberikan izin kepadanya untuk ikut menyebarkan agama islam. Dan dari lingkungan keluarga, Abu Bakar berhasil mengislamkan istrinya, yaitu Ummu Ruman dan juga putra-putrinya yaitu, Asma (putri pertama Abu bakar), Aisyah, dan Abdullah. Selanjutnya, Khalid bin Sa`id Ash yaitu pedagang muda salah satu putra pemodal ke enam dari klan Abdu Syams juga masuk islam. Kemudian disusul lagi seorang pedagang muda  berusia sekitar tiga puluh tahun, salah satu sahabat Khalid bin Sa`id Ash, beliau juga dari Klan yang sama, yaitu bernama Utsman Ibn `Affan. Kemudian keislaman itu disusul juga seorang pedagang sukses yang bernama Thalhah Ibn `Ubaidillah At-Taymi. Beliau adalah sepupu Abu Bakar. Kemudian `Abd Al-Rahman ibn `Auf seorang pedagang sukses dari klan Zuhrah juga menyatakan islam. Tak lama kemudian disusul Sa`d dan Umair putra Abi Waqash Al-Zuhrah juga menyatakan islam. Mereka adalah sepupu Rasulullah yang telah mengikuti jejak `Abd Al-Rahman Ibn `Auf. Kemudian juga Abu Salamah, salah satu putra bibi nabi Muhammad SAW. dari Klan Makhzum. Dan kemudian disusul Ali bin Abi Thalib salah satu keponakanya yang masih kecil juga masuk islam.
         
          Walaupun nabi Muhammad SAW. belum melakukan dakwahnya secara terang-terangan pengikutnya semakin lama semakin bertambah. Selama melakukan dakwah dengn sembunyi-sembunyi ini beliau memperoleh pengikut yang berjumlah sekitar empat puluh enam orang. Mereka inilah yang kemudian mendapat gelar As-Sabiqun Al-Awwaaliin (pemeluk islam pertama).
b). Dakwah secara Terbuka
          Rasulullah SAW. melakukan dakwah secara tertutup sekitar tiga tahun lamanya. Beliau harus melakukan dakwah secara tidak terang-terangan karena kondisi masyarakat kaum Quraisy yang terlalu angkuh menerima ajaran baru yang telah dibawa Rasulullah SAW. Wahyu yang turun sekitar tiga tahun ini berisi tentang kefanaan dunia, kematian, kepastian hari kebangkitan dan pengadilan terahir, dan mengenai surga dan neraka. Wahyu yang berisi ini beliau sampaikan kepada pengikutnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Diusianya nabi Muhammad SAW. yang ke empat puluh tiga tahun ini, nabi Muhammad SAW. mendapatkan petunjuk wahyu dari Allah SWT. bahwa beliau harus menyudahi dakwahnya secara sembunyi-sembunyi ini. Beliau harus melakukan dakwahnya dengan cara terbuka. Sebenarnya dakwah dengan cara terbuka ini beliau merasa jauh dari kemampuanya. Karena telah menjadi kesepakatan umum di Arabia, barang siapa yang menyimpang dari kebiasaan leluhurnya, itu merupakan kejahatan besar. Namun nabi Muhammad SAW. harus menentang kesepakatan umum itu dan siap menyimpang dari agama leluhurnya itu. Setelah beliau mendapat wahyu dari Allah SWT. yang berisi sindiran dari-Nya, yaitu dalam QS. Al-Maidah: 104. Dan beliau melanjutkan misi dakwahnya itu dimulai dengan firman Allah SWT. yang artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah, sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan ”. (QS. Asy-Syu`ra: 214-216).
          Setelah ayat ini turun, nabi Muhammad SAW. memanggil Ali bin Abi Thalib untuk mengundang keluarga besarnya dan menyiapkan jamuan. Pada saat itu terkumpul sekitar empat puluh orang dari keluarga besar nabi Muhammad SAW. Setelah mereka berkumpul dan selesai menikmati hidangan yang telah disiapkan, kemudian nabi Muhammad SAW. berkata di hadapan mereka:
“ Wahai bani Abdul Muthalib. Demi Allah SWT. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih baik dari pada apa yang ku bawa untuk kalian. Aku datang untu membawa kebaiakan dunia dan ahirat. Allah SWT. telah memerintahkanku untuk mengajak kalian menapaki kebaikan. Siapa saja diantara kalian yang mau membantuku dalam urusan ini, maka ia adalah saudaraku, penerima wasiatku dan penggantiku ”.[6]
          Namun dalam pertemuan yang diselenggarakan nabi Muhammad SAW. ini ada yang percaya kepada nabi Muhammad SAW. dan mengikuti kata- katanya. Namun ada juga yang tidak percaya bahkan menentangnya. Dan ada juga yang percaya namun tidak mau mengikuti ajaran nabi Muhammad SAW. ia tetap mempertahankan agama Abdul Muthalib. Kemudian untuk menghindari ketegangan dan hal-hal yang tidak pantas, maka mereka memutuskan untuk membubarkan diri dari pertemuan itu.
         













DAFTAR PUSTAKA

Haris, Muhammad, dkk. Lentera kegelapan. Kediri: Pustaka Gerbang Lama, 2010.
Lings, Martin. Muhammad. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2012.
Al-Mubarrakfuri, Syeikh Shafiyyurraman. Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta Timur: Ummul Qura, 2012.
Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.














[1] Hasan Alwi, dkk.  Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 2005). hlm. 968.

 
[2] Lings, Martin. Muhammad, (Bandung: Gita Print, 2008.). Hlm. 84.
[3] M. Haris, dkk. Lentera Kegelapan, (Kediri; pustaka Gerbang lama, 2010). Hlm. 107.
[4] M. Haris, dkk.  Lentera Kegelapan, (Kediri; pustaka Gerbang lama, 2010). Hlm. 109.

[5]  M. Haris, dkk.  Lentera Kegelapan, (Kediri; pustaka Gerbang lama, 2010). Hlm. 111.
[6]  M. Haris, dkk.  Lentera Kegelapan, (Kediri; pustaka Gerbang lama, 2010). Hlm. 127.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar