Rabu, 03 Juni 2015

Makalah Iman Kepada Qadha dan Qadar (tugas kuliah)



Makalah Iman Kepada Qadha dan Qadar
Untuk Memenuhi Tugas dari Dosen Pengampu Matakuliah Pelajaran Tafsir Aqidah
DR. HM. Ridlwan Hambali, LC, MA.,










Disusun Oleh:
1.      Khoirudin Azis
2.      M. Abdul Karim



PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR SARANG REMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha & qadar.
Qadha dan qadar merupakan rukun Iman yang ke enam. Kita umat muslim harus benar-benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim dan muslimah) wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak ada campur tangan dari siapapun. Orang yang benar-benar beriman adanya qadha dan qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya baik dan berusaha menjauhi hal-hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai persoalan qadha dan qadar. Dari pembahasan makalah ini diharapkan kita semua bisa mendapatkan pemahaman yang bisa meningkatkan kadar keimanan kita terhadap rukun Iman yang telah di tetapkan khususnya Iman kepada qadha dan qadar.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian qadha dan qadar?
2.      Jelaskan macam-macam takdir?
3.      Ada berapakah tingkatan qadha dan qadar?
4.      Apakah hikmah Iman kepada qadha dan qadar?
1.3              Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan yaitu, agar kita dapat mengetahui dan memahami apa itu qadha dan qadar, mengetahui macam-macamnya, mengetahui tingkatan-tingkatannya, hikmah beriman kepada qadha dan qadar, dan untuk mempermudah memperdalam ilmu mengenai Iman kepada qadha dan qadar serta untuk dijadikan referensi kepada para pembaca yang ingin mendalami tentang Iman kepada qadha dan qadar.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1      Pengertian Qadha dan Qodar
Dari segi bahasa, qadha artinya memutuskan, menentukan atau memerintahkan, sedangkan menurut istilah qadha adalah keputusan terhadap sesuatu rencana yang telah ditentukan. Dengan demikian qadha merupakan  pelaksanaan dari suatu rencana yang telah ditetapkan berdasar qadar Allah.
Dari segi bahasa qadar berarti ketentuan. Sedangkan menurut istilah qadar adalah rencana yang telah ditentukan oleh Allah SWT. pada masa azali (masa dahulu,sebelum manusia lahir) dan segala sesuatu yang akan terjadi menurut qadar yang telah ditentukan.
Iman kepada qadha dan qadar artinya mempercayai bahwa semua kejadian baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan tejadi adalah kehendak dari ketentuan Allah SWT.
          Ibnu Atsir memberi defenisi tentang qadar di dalam kitab An-Nihayah (4/22) sebagai berikut: Qadar (takdir) adalah ketentuan Allah SWT. untuk seluruh makhluk dan ketetapannya  atas segala sesuatu.  Ia adalah bentuk masdar dari akar  kata: qadara-yaqduru-qadaran (kadang-kadang huruf dal-nya dimatikan, sehingga menjadi qadran).[1]
Iman kepada qadha dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih populer dengan sebutan Iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Sedangkan takdir dalam bahasa Al-Qur’an, kata takdir (taqdir) terambil dari kata qaddara berasal dari akar kata qadara yang berarti antara lain: mengukur, memberi kadar atau ukuran. Sehingga jika ada yang berkata,“ Allah SWT. telah menakdirkan demikian,” maka itu berarti,” Allah SWT. telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya.[2] 
Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang Iman kepada takdir cukup banyak antara lain :

ôMs9$s% Éb>u 4¯Tr& ãbqä3tƒ Í< Ó$s!ur óOs9ur ÓÍ_ó¡|¡ôJtƒ ׎|³o ( tA$s% Å7Ï9ºxŸ2 ª!$# ß,è=÷tƒ $tB âä!$t±o 4 #sŒÎ) #Ó|Ós% #\øBr& $yJ¯RÎ*sù ãAqà)tƒ ¼çms9 `ä. ãbqä3usù ÇÍÐÈ  
Artinya : Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman,” demikian Allah menciptakan apa yang dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya,”jadilah” maka jadilah sesuatu itu. (Q.S. Ali – Imran :47).[3]
$¨B tb%x. n?tã ÄcÓÉ<¨Y9$# ô`ÏB 8ltym $yJŠÏù uÚtsù ª!$# ¼çms9 ( sp¨Zß «!$# Îû tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB ã@ö6s% 4 tb%x.ur ãøBr& «!$# #Yys% #·rßø)¨B ÇÌÑÈ 
Artinya : “dan ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)[4]
           
çm»oY÷ƒyydur ÈûøïyôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ  
Artinya :”dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan(Q.S.AL-Balad:10).[5]










II.2      Macam-macam Takdir
1.      At-Taqdiirul ‘Aam (takdir yang bersifat umum)
At-Taqdiirul ‘Aam adalah takdir Rabb untuk seluruh alam, dalam arti Dia mengetahuinya (dengan ilmu-Nya), mencatatnya, menghendaki dan juga menciptakanya.
2.      At-Taqdiirul Basyari (takdir yang berlaku untuk manusia)
At-Taqdiirul Basyari adalah takdir yang di dalamnya Allah SWT. mengambil janji atas semua manusia bahwa Dia adalah Rabb mereka, dan menjadikan mereka sebagai saksi atas diri merekah akan hal itu , serta Allah SWT.  menentukan di dalamnya orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka.
3.      At-Taqdiirul ‘Umri (takdir yang berlaku bagi usia)
At-Taqdiirul ‘Umri adalah takdir (ketentuan) yang terjadi hamba dalam kehidupanya hingga akhir ajalnya, dan juga ketetapan tentang kesengasaraan atau kebahagiaan.
4.      At-Taqdiirus Sanawi (takdir yang berlaku tahunan)
At-Taqdiirus Sanawi adalah dalam malam qadar (Lailatul qadar) pada setiap tahun ditulis apa yang akan terjadi dalam setahun (kedepan) mengenai kematian, kehidupan, kemuliaan dan kehinaan, juga rizki dan hujan, hingga (mengenai siapakah) orang-orang yang akan berhaji.
5.      At-Tadiirul Yaumi (takdir yang berlaku harian)
At-Tadiirul Yaumi yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan dan lain sebagainya.





Selain macam-macam takdir berdasarkan waktu yang telah di uraikan di atas, ada juga jenis takdir berdasarkan penetapan takdir lain. Dibagi menjadi dua yaitu:
1.       Taqdir Mu’allaq
Taqdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT. yang masih dapat diusahakan kejadianya oleh manusia. Sebagai contoh dalam kehidupan ini, kita sering melihat dan mengalami sunnahtullah, hukum Allah yang berlaku di bumi ini, yaitu hukum sebab akibat yang bersifat tetap yang merupakan qadha dan qadar sesuai kehendak Allah SWT. Seperti, bumi brputar pada porosnya 24 jam sehari, bersama bulan bumi mengitari bumi kurang lebih 365 hari setahun, bulan mengitari bumi setahun 356 hari, air kalau dipanaskan pada suhu 100 celsius akan mendidih, dan kalau didinginkan pada suhu akan menjadi es, matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat, dan banyak lagi contoh lainnya, kalau kita mau memikirkannya.
2.      Takdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Dapat kita beri contoh nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, terjadinya kiamat dan sebagainya. Qadha dan qadar Allah SWT.  yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT. hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qadha dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar.[6]
II.3      TINGKATAN QADHA’ DAN QADAR
                        Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah, qadha dan qadar mempunyai empat tingkatan :
  • Pertama : Al-‘Ilm (pengetahuan)
            Artinya mengimani dan meyakini bahwa Allah SWT. atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu termasuk perbuatan-Nya sendiri atau perbuatan makhluk-Nya. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya.

  • Kedua : Al-kitabah (penulisan)
          Artinya mengimani bahwa Allah SWT. telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh.
Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاء وَالْأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kita  (Lauh Mahfuzh). sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (Al-Hajj:70)
            Dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah SWT. mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang demikian itu tertulis dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh.
  • Ketiga: Al-Masyiah (kehendak).
            Artinya: Bahwa segala sesuatu, yang terjadi atau tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah SWT. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al-Karim. Dan Allah SWT. telah menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya, serta apa yang diperbuat para hamba-Nya juga dengan kehendak-Nya. Firman Allah:
لِمَن شَاء مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ . وَمَا تَشَاؤُونَ إِلَّا أَن يَشَاء اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apa bila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. (At Takwir : 28 -29).
  • Keempat: Al–Khalq (penciptaan)
            Artinya mengimani bahwa Allah SWT. pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi penciptanya tiada lain kecuali Allah SWT. Sampai“ kematian” lawan dari kehidupan itupun diciptakan Allah.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya”. (Al-Mul: 2).[7]
II.4      Hikmah Iman kepada Qadha dan Qadar
1.      Keimanan kepada takdir dapat mengkristalkan makna-makna rububiyah yang    menyebabkan seseorang bertawakal kepada-Nya dan ikhlas, serta semata-mata hanya menyembah kepada-Nya. Inilah buah keimanan terhadap takdir yang tertinggi.
2.      Ridha dengan hukum Allah SWT. dan pilihanya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan hati  dan mengosongkannya dari kesusahan dan kesedihan. Firman Allah SWT.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. at-Taghabun: 11).
لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Firman-Nya pula, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 23).[8]




BAB III
PENUTUP

III.1  Kesimpulan
Dari tulisan makalah di atas, maka dapatlah kita simpulkan sedemikian di bawah ini:
1.      Qadha dan qadar adalah ketetapan Allah SWT. yang wajib kita imani.
2.      Qadha berarti penetapan hukum, atau pemutusan penghakiman sesuatu. Seorang qadhi (hakim) di namakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak menghakimi dan memutuskan perkara antara kedua orang yang bersengketa di muka pengadilan.
3.      Takdir terbagi menjadi dua yaitu: Pertama takdir mu’allaq, yaitu qadha yang  diketahui, ditulis dan dikehendakai-Nya. Akan tetapi, Allah menggantungkan (masyarakat) penciptaannya (terjadinya), baik dengan adanya sebab atau tidak adanya sebab. Kedua takdir qadha mubram yang ia adalah qadha yang pasti terjadi dan tidak bisa di tolak dengan sebab apapun. Ini terbagi menjadi dua; pertama, yang dipengaruhi oleh sebab dalam mencapai akibat dengan izin Allah SWT. Kedua, yang tidak bisa dipengaruhi sebab, dan sebab tersebut tidak akan bermanfaat baginya.
4.      Orang yang beriman kepada qadha dan qadar adalah orang yang bisa qona’ah, ikhlas, dan ridha dalam menyikapi setiap persoalan yang datang. Yang hasil dari pada itu adalah terciptanya kehidupan yang sehat lahir dan batin.

III.2     Saran

Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.






DAFTAR PUSTAKA


v  Laksana, Indra,  Al-qur’an Hijaz Terjemah dan Ushul Fiqh, Surabaya; Syaamil Qur’an, 2011.
v  Ali bin As Syyid Al-Wahifi, Abu Abdurrahman, Qadha dan Qadar, cet. Pertama, Jakarta Selatan; Pustaka Azzam, 2005, Hlm. 51.
v  Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Bandung; Mizan Media Utama, 2013, hlm. 81.



[1] Abu Abdurrahman Ali bin as-Sayyid al-Washifi, Qadha dan Qadar, Cet. Pertama,(Jakarta Selatan, Pustaka Azzam, 2005), hlm. 51.
[2]  M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung; Mizan Media Utama, 2013), hlm. 81.
[3] Indra Laksana, dkk,  Al-qur’an Hijaz Terjemah dan ushul Fiqh, (Bandung ; Syaamil Qur’an, 2011), hlm. 54.
[4] Ibid.,hlm.423.
[5] Ibid.,hlm.594.
[8] Abu Abdurrahman Ali bin as-Sayyid al-Washifi, op.cit, hal.191-197

1 komentar:

  1. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    Qada dan Qadar Kaifa Haluk Artinya Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus