Jumat, 18 September 2015

Pramuka Sebagai Pondasi Bangsa Dalam Usaha Memajukan Negara Indonesia



Foto Pelantikan Saka Bakti Husada Blora Tahun 2012 di Lereng Gunung Ndono/Pencu Bogorejo Blora


           Pramuka adalah satu-satunya organisasi yang sampai saat ini belum tercemari oleh tangan-tangan politik. Kemurnianya dalam bidang sosial tidak diragukan lagi. Organisasi ini dapat dikuti oleh semua kalangan, anak-anak, remaja, dan orang tua. Menurut pendapat sebagian pengamat pramuka, mengatakan pramuka dari tahun ke tahun mengalami kemajuan dengan pesat. Namun sebagian lagi mengatakan, dalam kenyataanya tidak demikian, justru malah mengalami kemundran. Mereka yang mengatakan pramuka semakin maju, karena di seluruh sekretariat gugus depan/ambalan pada saat ini mulai menata administrasi dengan baik dan programkerja yang di agendakan smakin kreativ. kemudian, menurut mereka yang mengatakan mengalami kemunduran, di buktikanya dengan hasil didikan pada saat ini, banyak anggota pramuka baik di gugus depan/ambalan kurang mental. Bahkan mereka mengatakan pramuka tidak semakin meningkatkan jiwa pemberani dan mandiri, anggota semakin di manja. jadi kita dapat mengambil sbuah kesimpulan, sebaik-baiknya konsep yang di tanamkan. Pasti juga ada kekurangannya. Oleh sebab itu kita sebagai anak pramuka indonesia, pondasi kemajuan bangsa, dan pemuda tunas indonesia, marilah bersatu untuk ikut serta mengembangkan pramuka agar indonesia menjadi negara cermin dari bangsa lain dan semakin maju dalam bebagai hal. karena organisasi ini salah satu media untuk meningkatkan jiwa cinta tanah air, meningkatkan karakter yang baik sesuai yang telah tercantum dalam tri satya dan dasa dharma pramulka.

Pramuka Sebagai Pondasi Bangsa Dalam Usaha Memajukan Negara Indonesia



Foto Pelantikan Saka Bakti Husada Blora Tahun 2012 di Lereng Gunung Ndono/Pencu Bogorejo Blora


           Pramuka adalah satu-satunya organisasi yang sampai saat ini belum tercemari oleh tangan-tangan politik. Kemurnianya dalam bidang sosial tidak diragukan lagi. Organisasi ini dapat dikuti oleh semua kalangan, anak-anak, remaja, dan orang tua. Menurut pendapat sebagian pengamat pramuka, mengatakan pramuka dari tahun ke tahun mengalami kemajuan dengan pesat. Namun sebagian lagi mengatakan, dalam kenyataanya tidak demikian, justru malah mengalami kemundran. Mereka yang mengatakan pramuka semakin maju, karena di seluruh sekretariat gugus depan/ambalan pada saat ini mulai menata administrasi dengan baik dan programkerja yang di agendakan smakin kreativ. kemudian, menurut mereka yang mengatakan mengalami kemunduran, di buktikanya dengan hasil didikan pada saat ini, banyak anggota pramuka baik di gugus depan/ambalan kurang mental. Bahkan mereka mengatakan pramuka tidak semakin meningkatkan jiwa pemberani dan mandiri, anggota semakin di manja. jadi kita dapat mengambil sbuah kesimpulan, sebaik-baiknya konsep yang di tanamkan. Pasti juga ada kekurangannya. Oleh sebab itu kita sebagai anak pramuka indonesia, pondasi kemajuan bangsa, dan pemuda tunas indonesia, marilah bersatu untuk ikut serta mengembangkan pramuka agar indonesia menjadi negara cermin dari bangsa lain dan semakin maju dalam bebagai hal. karena organisasi ini salah satu media untuk meningkatkan jiwa cinta tanah air, meningkatkan karakter yang baik sesuai yang telah tercantum dalam tri satya dan dasa dharma pramulka.

Kamis, 10 September 2015

KITAB HADIS SAHIH, MUTAWĀTIR DAN MASYHUR



KITAB HADIS SAHIH, MUTAWĀTIR

DAN MASYHUR


Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahtsul Kutub Hadits



Dosen Pengampu:
Sidqon Famulaqih, Lc., M.S.I.

Oleh:
1. Abdur Rouf                       NIM: 2013.01.01.177
2. Ahmad Iwanuridlwan      NIM: 2013.01.01.207
3. Khoirudin Azis                  NIM: 2013.01.01.184


PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2015

KITAB HADIS SAHIH, MUTAWĀTIR
DAN MASYHUR
Oleh: Abdur Rouf, Ahmad Iwanuridlwan
dan Khoirudin Azis


I. Pendahuluan
Dalam Islam, hadis memiliki kedudukan yang sangat penting, yakni sebagai sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur`an. Karena keduduknnya inilah keberadaan hadis sangat diperhatikan oleh para ulama`. Ini dapat dilihat, mulai dari masa Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam hingga masa sekarang ini perkembangan ilmu yang membahas tentang hadis, mulai dari matan hadis hingga sanadnya telah berkembang begitu pesat.
Pada masa Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam hadis  hanya disimpan dalam hafalan para sahabat, dalam arti belum ada pembukuan terhadap hadis. Baru pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, yakni khalifah kedelapan dari dinasti Umayyah hadis mulai dibukukan secara resmi.
Pada masa ini pembukuan hadis masih dilakukan secara global. Maksudnya, tidak dibedakan antar hadis yang sahih dan yang tidak. Usaha untuk membedakan antara hadis yang sahih dengan yang tidak terjadi pada abad ketiga. Pada masa ini mucul kitab aiayn yang hanya memuat hadis-hadis sahih.
Sebagai umat yang menjdikan hadis sebagai pedoman utama setelah al-Qur`an, kita perlu mengetahui bagaimana kitab-kitab hadis itu disusun. Sehingga kita dapat mengetahui kitab mana saja yang di dalamnya memuat hadis-hadis sahih. Kita juga perlu mengetahui sejarah hidup penulisnya.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan bagaimana kitab-kitab hadis itu disusun. Penulis juga akan memaparkan sedikit tentang biografi penulisnya. Tetapi, karena keterbatasan penulis, tidak semua kitab hadis yang ada akan dipaparkan dalam makalah ini. Penulis hanya akan memberikan penjelasan tentang kitab aḥīḥ al-Bukhārī karya Muammad bin Ismāīl al-Bukhārī, Nam al-Mutanāthir min al-adīth al-Mutawātir karya al-Kattānī dan al-Maqāṣid al-asanah karya al-Sakhāwī.



II. Kitab aḥīḥ al-Bukhārī Karya al-Bukhārī
A.    Pengertian Hadis Sahih
Dalam bahasa arab kata sahih (الصحيح) berarti benar. Dalam kamus bahasa Indonesia sahih berarti sah, benar, sempurna, tiada cela (dusta, palsu), sesuai dengan hukum atau peraturan.[1] Sedangkan secara istilah, yang dimaksud hadis sahih adalah hadis yang sanadnya sambung sampai kepada Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam yang diriwayatkan oleh perawi yang adil dan memiliki hafalan yang kuat, terhindar dari cacat, baik dalam matan maupun sanadnya, dan tidak bertentangan dengan hadis yang lain.
B.     Biografi Penulis
Nama lengkap imam al-Bukhārī adalah Abū ‘Abdullāh Muammad bin Ismāīl bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah bin Bardizbah al-Ju’fī  al-Bukhārī. Dia dilahirkan pada tahun 194 H di sebuah tempat bernama Bukhārā dan meninggal pada usia 62, bertepatan dengan tahun 256 H.
Selama hidupnya, ia selalu tekun dalam mempelajari hadis yang didapat dari gurunya. Karena ketekunan, ketelitian dan kecerdasannya dalam mencari, menyeleksi dan menghafal hadis, ia mendapat gelar amīr al-mu`minīn fi al-ḥadīth. Di antara ulama` yang menjadi gurunya adalah Isḥāq bin Raawayh, ‘Alī al-Madinī, Amad bin anbal, Yayā bin Ma’īn dan Muammad bin Yusūf al-Faryabī
Mengenai kecerdasannya di bidang hadis, Ibnu Khuzaymah, sebagaimana dikutip oleh Abu Zahw berkata “Aku tidak melihat orang di bawah langit ini yang lebih mengetahui dan lebih hafal hadis Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam kecuali Muammad bin Ismāīl al-Bukhārī.”[2]
Karena kecerdasannya ini, banyak ulama` dari generasi setelahnya yang menjadi muridnya. Di antara murid-muridnya adalah Muslim bin al-Ḥajjaj atau yang lebih dikenal dengan imam Muslim yang menulis kitab Ṣaḥīḥ Muslim, Abu ‘Isā al-Tirmidhī, al-Nasa`ī, Ibnu Khuzaymah dan Ibnu Abī Dawūd.
Adapun karyanya yang paling monumental adalah kitab aḥīḥ al-Bukhārī yang menjadi objek pembahasan dalam makalah ini. Selain karyanya tersebut, masih banyak lagi kitab yang dia tulis, di antaranya ialah al-Tārīkh al-Kabīr, al-Tārīkh al-aghīr, Raf’u al-Yadayn dan Kitāb al-‘Ilal.
C.    Sistematika Penyusunan
Kitab aḥīḥ al-Bukhārī merupakan kitab yang disusun oleh Muammad bin Ismāīl al-Bukhārī yang memuat kumpulan hadis sahih. Dalam menyusun kitab tersebut al-Bukhārī hanya memasukkan hadis-hadis yang sahih.
Kitab hadis karya imam al-Bukhārī ini disusun dengan pembagian beberapa judul. Judul-judul tersebut dikenal dengan istilah “Kitāb”. Jumlah kitab yang terdapat di dalamnya adalah 98 kitab. Setiap Judul dibagi menjadi beberapa sub judul yang dikenal dengan istilah “Bāb”. Jumlah total babnya adalah 3966 bab, yang dimulai dengan kitāb bad`i al-waḥy, dan disusul dengan kitāb al-īmān, kitāb al-‘ilm, kitāb al-wuḍū` dan seterusnya. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran I.
Perlu diketahui bahwa dalam kitab aḥīḥ al-Bukhārī ada sejumlah hadis yang tidak dimuat dalam bab. Ada juga sejumlah bab yang memuat banyak hadis, tetapi ada pula yang hanya memuat beberapa hadis. Di tempat terpisah, ada pula bab yang hanya berisi ayat-ayat al-Qur`an tanpa disertai hadis, bahkan ada pula yang kosong tanpa isi hadis.
Imam al-Bukhārī tidak menjelaskan kriteria kritik hadisnya, tetapi para ulama` melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang ada di dalam kitab tersebut dan menyimpulkan bahwa kriteria yang digunakannya sangat ketat.  Imam al-Bukhārī menggunakan kriteria kesahihan hadis seperti sanad yang sambung, keadilan dan kuatnya hafalan periwayat, terhindar dari shadhdh dan ‘illāt. Tetapi, untuk sanad yang sambung imam al-Bukhārī menggunakan kriteria yang dapat dipastikan bertemu antara satu periwayat dengan periwayat yang lain. Dia juga menyebutkan sanadnya secara lengkap yang sampai kepada sumber pertamanya.

D.    Kelebihan dan Kekurangan
Kitab aḥīḥ al-Bukhārī adalah kitab hadis yang paling sahih. Pendapat ini disetujui oleh mayoritas ulama` hadis. Meskipun termasuk kitab hadis yang paling sahih, kitab ini tidak luput dari kekurangan. Tapi kekurangan ini bisa ditutupi dengan kelebihannya. Dibawah ini akan dikemukakan kelebihan dan kekurangan dari kitab aḥīḥ al-Bukhārī.
1.      Kelebihan aḥīḥ al-Bukhārī
a.       Terdapat pengambilan hukum fikih.
b.      Periwayatnya lebih terpecaya.
c.       Banyak memberikan faedah, manfaat dan pengetahuan.
d.      Hadis-hadis dalam aḥīḥ al-Bukhārī terjamin kesahihannya karena imam al-Bukhārī mensyaratkan perawi haruslah sezaman dan mendengar langsung dari periwayat yang diambil hadis darinya.
2.      Kelemahan aḥīḥ al-Bukhārī
Kitab aḥīḥ al-Bukhārī memuat hadis ‘Ā`ishah mengenai kasus tersihirnya Nabi Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam yang dilakukan oleh Labīd bin A’ṣam. Dengan menerima hadis tersebut berarti kita ikut membenarkan tuduhan orang-orang kafir bahwa beliau adalah seorang nabi yang terkena pengaruh sihir, padahal tuduhan tersebut telah disanggah oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
Adapun kekurangan yang lain dari kitab aḥīḥ al-Bukhārī yaitu bahwa kitab tersebut tidak memuat semua hadis sahih, tetapi masih ada hadis sahih lain yang belum tercantum dalam kitab tersebut.
III. Kitab Hadis Mutawātir
A.    Pengertian Hadis Mutawātir
Secara bahasa, mutawātir berasal dari bahasa Arab “المتواتر” yang merupakan bentuk fā’il dari at-tawātur yang artinya beruntunan. Atau juga berarti al-mutatābi’ yang bermakna datang kemudian, beriring-iringan, atau beruntun.
Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga ahir sanad.[3] Banyaknya periwayat ini terdapat dalam semua tingkatan. Jadi sudah dapat dipastikan bahwa semua hadis mutawatir adalah hadis yang sahih, karena tidak mungkin periwayat yang banyak itu bersepakat untuk berdusta.
B.     Biografi Penulis[4]
Muammad bin Ja’far al-Kattānī. Nama lengkapnya adalah al-Sayyīd al-Shaykh  Muammad bin Ja'far al-Kattānī al-Hasanī al-Idrisī. Ia lahir di kota Fas pada tahun 1273 H. Dan dibesarkan di sana. Ia melakukan perjalanan ke berbagai negara dan menerima ijazah dari ulama` Barat dan Timur. Dia memiliki posisi terkemuka di Universitas Qarawiyin. Di Fas, beliau mengajar berbagai ilmu dari dua belas ilmu Shar’ī, terutama fikih dan hadis, sampai ia memperoleh peringkat tertinggi dan menjadi profesor dengan kursi khusus sendiri.
Dia pergi untuk haji pertama kali pada tahun 1321 H. Dalam perjalanannya ia mengunjungi kota Mesir, Hijaz, al-Quds dan Damaskus. Di sana ia diterima dengan baik oleh orang-orang dan tokoh, dan bertukar pengetahuan. Pada tahun 1325 H, ia kembali pergi untuk haji, dan menetap bersama keluarganya di Madinah.
Pada tahun 1345 H, ia kembali ke Fas, dan melanjutkan kegiatan keagamaan di Universitas Qarawiyin, mengajarkan Musnad dari Imam Ahmad bin Hanbal untuk pertama kalinya. Orang-orang dari semua lapisan sosial menghadiri kelas di al-Qarawiyyin, yang diisi sampai penuh dengan sebanyak 10.000 orang.
Muammad bin Ja’far al-Kattānī adalah salah satu ulama terbesar pada zamannya. Dia meninggal di Fas pada 16 Ramadhan 1345 H dan dimakamkan di bagian Kattani, makam keluarga di pinggiran Fas. 100.000 orang dari semua lapisan sosial Fas menghadiri pemakamannya. Dua tahun kemudian, tubuhnya dipindahkan ke tempat pemakaman khusus di dalam kota Fas. Hal ini dilakukan pada tengah malam, di hadapan 10.000 orang. Tubuh itu ditemukan tidak berubah, dan bau wangi yang berasal dari kuburnya ketika dibuka.
C.    Sistematika Penyusunan
Kitab ini merupakan kitab yang disusun oleh Muammad bin Ja’far al-Kattānī yang memuat kumpulan hadis mutwātir. Dalam menyusun kitab tersebut al-Kattānī hanya memasukkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh banyak periwayat, yang mana mereka tidak mungkin bersepakat untuk berbohong. Jadi dapat dipastikan hadis-hadis yang ada adalah hadis sahih.
Sebagaimana al-Bukhārī, kitab hadis karya al-Kattānī ini juga disusun dengan pembagian beberapa judul yang judul-judul tersebut juga diistilahkan dengan “Kitāb”. Hanya saja jika jumlah kitab yang terdapat dalam aḥīḥ al-Bukhārī adalah 98 kitab, dalam kitab yang ditulis al-Kattānī ini hanya terdapat 31 kitab.
Dalam menyusun kitabnya, al-Kattānī tidak menyebutkan hadis secara lengkap disertai sanadnya. Terkadang dia hanya menyebutkan matan hadis secara lengkap. Tetapi dia juga sering menyebutkan potongan hadisnya saja. Semua itu tidak disebutkan urutan sanadnya. Hanya saja setelah menyebutkan hadis atau potongan hadis, dia menyebutkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang dimaksud.
Sebagai contoh, hadis Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam:
من شهد أن لا إله إلا الله ، وجبت له الجنة
Tentang hadis tersebut al-Kattānī menjelaskan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak sahabat. Di antara nama-nama sahabat yang di sebutkan al-Kattānī adalah Mu’ādh bin Jabal, Abu Dhar, Uthmān bin ‘Affān, Abū Hurayrah, Abū Bakr al-Ṣiddīq, ‘Umar bin al-Khattāb, Suhayl bin Bayḍā`, Abū Musā al-Ash’arī, Anas, Bilāln Zayd bin Arqam, Jarīr bin ‘Abdullāh, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbās, Sa’d bin ‘Ubadāh, ‘Iyāḍ al-Anṣārī, Jābir bin ‘Abdullāh dan ‘Abd al-Raḥmā bin ‘Awf.[5]

IV. Kitab al-Maqāṣid al-asanah Karya al-Sakhāwī
A.    Pengertian Hadis Masyhur
Secara bahasa, kata masyhur berasal dari bahasa Arab شَهَرَ يَشْهُرُ شُهْرَةً وَمَشْهُوْرٌ. Artinya adalah tenar, terkenal atau dan menampakkan. Sedangkan secara istilaah, yang dimaksud hadis masyhur, Zein menjelaskan dalam bukunya:
ما رواه الثلا ثة فأ كثر ولم يصل درجة التواتر
Sesuatu yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.[6]
Jadi yang dimaksud dengan hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap tingkatannya tetapi belum mencapai derajat mutawatir.
B.     Biografi Penulis
Nama lengkap al-Sakhāwī adalah Muammad bin ‘Abdurraḥmān bin Muḥammad bin Abī Bakr bin ‘Uthmān bin Muḥammad Shamsuddīn al-Qāhirī al-Shāfi’ī al-Sakhāwī yang biasa disebut al-Sakhāwī. Dia dilahirkan pada tahun 831 H dan meninggal pada tahun 902 H.
Diantara guru-gurunya adalah Zayn ‘Abd al-Ghanī al-aythamī dan Ibnu ajar al-Asqalānī. Beliau belajar banyak dan lama bersama Ibnu ajar dan mengambil manfaat darinya. Beliau banyak berguru dari ulama`-ulama` pada masanya baik di Mesir, Makkah maupun Madinah.
Tahun 870 H, beliau bersama keluarga dan anak-anaknya melaksanakan ibadah haji. Beliau sempat berkeliling dan mengajar di sana. Setelah kembali dari haji ke Kairo, beliau mulai mengajarkan hadis kepada ulama`-ulama` dan banyak orang yang berguru hadis kepadanya. Beliau dalam hidupnya berkali-kali menunaikan ibadah haji sekaligus mengajarkan hadis.
Beliau banyak mengutip hadis dari guru-gurunya dan menyusun buku tentang biografi guru-gurunya. Adapun karyanya yang paling monumental adalah kitab Fatḥ al-Mughīth. Selain karyanya tersebut, masih banyak lagi kitab yang dia tulis, di antaranya ialah al-Sirr al-Maktūm, al-Ghāyah Sharh al-Hidāyah fi ‘Ilm al-Riwātah, dan al-Maqāṣid al-asanah yang menjadi objek pembahasan dalam makalah ini.
C.    Sistematika Penyusunan
Kitab ini dikategorikan sebagai jenis kitāb takhrīj sebagaimana bisa dilihat pada al-Maktabah al-Shāmilah.[7] Sistematika penulisan buku ini menggunakan dua cara yaitu:
1.      Bab Pertama
Pada bagian ini al-Sakhāwī menulis hadis-hadis yang masyhur di kalangan ulama` dan umat. Al-Sakhāwī menyusunnya menurut urutan abjad huruf, yaitu awal huruf sebuah matan. Mulai dari al-alif sampai al-yā`. Setiap huruf menampilkan sesuai dengan urutan huruf sesudahnya juga. Seperti al-alif dengan setelahnya al-alif, kemudian al-alif dengan huruf setelahnya al-bā`, kemudian al-tā` dan seterusnya sampai al-yā`. Kemudian al-Sakhāwī tidak mencantumkan matan secara lengkap. Dia hanya mencantumkan potongan awal matan saja. Pada bab ini memuat 1356 hadis masyhur.[8]
2.      Bab Kedua
Pada bab ini al-Sakhāwī menulis ringkasan semua potongan matan yang telah dijelaskan pada pertama. Pada hakikatnya isi dari bab kedua ini adalah kumpulan potongan matan tersebut dalam bab-bab yang tersusun secara mawḍu’ī. Penyusunan kembali matan-matan tersebut mungkin bertujuan untuk mempermudah pembaca untuk sampai kepada hadis yang diinginkan secara lebih cepat dan praktis, kemudian mengetahui penjelasan takhrīj dan pembenarannya pada bab pertama yang telah disusun menurut abjad huruf secara berurutan.
Hal ini bisa dilihat pada contoh isi bab kedua sebagai berikut:
كتاب الصيام :يوم صومكم يوم نحركم، من علامة الساعة انتفاج الأهلة، استعينوا بطعام السحر على صيام النهار، أفطر الحاجم والمحجوم، الفطر مما دخل، صوموا تصحوا، الصوم جنة، الصوم في الشتاء الغنيمة الباردة، الشتاء ربيع المؤمن وفيه وقصر نهاره فصامه، من فطر صائماً كتب له مثل أجره، الصائم لا ترد دعوته، تعرض الأعمال في كل خميس واثنين، سيد الشهور رمضان، رجب شهر اللَّه وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي، شعبان شهري، إذا انتصف شعبان، فضل شهر رجب على الشهور، من اكتحل بالإثمد يوم عاشوراء لم يرمد أبداً، من وسع على عياله يوم عاشوراء.[9]
Contoh kutipan di atas merupakan gambaran dari bab kedua. Koma pada teks di atas adalah sebagai pemisah atau pembatas antara satu matan dengan matan yang berikutnya yang telah diurai pada nomor-nomor hadis secara acak karena harus mengikuti susunan urutan abjad huruf.
Kritik terhadap sistematika ini adalah bahwa sistematika yang diterapkan oleh al-Sakhāwī memudahkan pembaca untuk sampai pada hadis yang dimaksud, karena jika diketahui awal  hadis yang ingin ditelusuri, maka bisa langsung ditemukan. Kesulitannya adalah jika hadis yang ada adalah potongan akhir dari sebuah matan atau bukan potongan hadis yang dicantumkan oleh al-Sakhāwī dalam bukunya maka akan menemui kesulitan dalam pencarian.
V. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun kitab hadis ulama` menggunakan metode yang berbeda-beda. Ada kalanya penulis menyusun kitabnya berdasarkan tema tertentu sebagaimana yang dilakukan oleh al-Bukhāri dan al-Kattānī. Ada pula yang menyusun berdasarkan abjad sebagaimana yang dilakukan al-Sakhāwī.
Selain itu kriteria hadis yang mereka muat dalam kitabnya pun berbeda-beda. al-Bukhāri hanya memasukkan hadis-hadis sahih dalam kitabnya, meskipun tidak semua hadis sahih termuat di dalamnya. al-Kattānī hanya memasukkan hadis mutawātir. Sedangkan al-Sakhāwī hanya memasukkan hadis masyhur ke dalam kitabnya.
Lampiran I
Judul Kitab dan Jumlah Bab[10]
الباب
الموضوع
الرقم
الباب
الموضوع
الرقم
6
كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
20
6
كتاب بدء الوحي
1
18
كتاب العمل في الصلاة
21
43
كتاب الإيمان
2
9
كتاب السهو
22
54
كتاب العلم
3
98
كتاب الجنائز
23
79
كتاب الوضوء
4
79
كتاب الزكاة
24
29
كتاب الغسل
5
152
كتاب الحج
25
31
كتاب الحيض
6
20
كتاب العمرة
26
9
كتاب التيمم
7
11
كتاب المحصر
27
109
كتاب الصلاة
8
27
كتاب جزاء الصيد
28
42
كتاب مواقيت الصلاة
9
13
كتاب فضائل المدينة
29
166
كتاب الأذان
10
69
كتاب الصوم
30
41
كتاب الجمعة
11
1
كتاب صلاة التراويح
31
6
كتاب الخوف
12
5
كتاب فضل ليلة القدر
32
26
كتاب العيدين
13
19
كتاب الاعتكاف
33
7
كتاب الوتر
14
113
كتاب البيوع
34
28
كتاب الاستسقاء
15
8
كتاب السلم
35
19
كتاب الكسوف
16
3
كتاب الشفعة
36
12
كتاب سجود القرآن
17
22
كتاب الإجارة
37
20
كتاب تقصير الصلاة
18
3
كتاب الحوالات
38
37
كتاب التهجد
19
56
كتاب أحاديث الأنبياء
60
5
كتاب الكفالة
39
28
كتاب المناقب
61
16
كتاب الوكالة
40
32
كتاب فضائل أصحاب ألنبي
62
21
كتاب الحرث والمزارعة
41
53
كتاب مناقب الأنصار
63
18
كتاب المساقاة
42
91
كتاب المغازي
64
20
كتاب الاستقراض وأداء الديون والحجر والتفليس
43

كتاب تفسير القرأن
65
10
كتاب الخصومات
44
2
1. سورة الفاتحة

12
كتاب اللقطة
45
55
2. سورة البقرة

35
كتاب المظالم
46
20
3. سورة آل عمران

16
كتاب الشركة
47
27
4. سورة النساء

6
كتاب الرهن
48
15
5. سورة المائدة

20
كتاب العتق
49
10
6. سورة الأنعام

6
كتاب المكاتب
50
6
7. سورة الأعراف

37
كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها
51
8
8. سورة الأنفال

30
كتاب الشهادات
52
20
9. سورة التوبة

14
كتاب الصلح
53
2
10. سورة يونس

19
كتاب الشروط
54
6
11. سورة هود

37
كتاب الوصايا
55
6
12. سورة يوسف

199
كتاب الجهاد والسير
56
1
13. سورة الرعد

20
كتاب فرض الخمس
57
3
14. سورة إبراهيم

22
كتاب الجزية والموادعة
58
5
15. سورة الحجر

17
كتاب بدء الخلق
59

40. سورة غافر

1
16. سورة النحل

1
41. سورة فصلت

14
17. سورة الإسراء

1
42. سورة الشورى

6
18. سورة الكهف


43. سورة الزخرف

6
19. سورة مريم

6
44. سورة الدخان

3
20. سورة طه

1
45. سورة الجاثية

1
21. سورة الأنبياء

2
46. سورة الأحقاف

3
22. سورة الحج

1
47. سورة محمد


23. سورة المؤمنون

5
48. سورة الفتح

13
24. سورة النور

3
49. سورة الحجرات

5
25. سورة الفرقان

2
50. سورة ق

1
26. سورة الشعراء


51. سورة الذاريات


27. سورة النمل

1
52. سورة الطور

2
28. سورة القصص

7
53. سورة النجم


29. سورة العنكبوت

9
54. سورة القمر

1
30. سورة الروم

2
55. سورة الرحمن

1
31. سورة لقمان

1
56. سورة الواقعة

1
32. سورة السجدة


57. سورة الحديد

10
33. سورة الأحزاب


58. سورة المجادلة

2
34. سورة سبأ

5
59. سورة الحشر


35. سورة فاطر

3
60. سورة الممتحنة

1
36. سورة يس

1
61. سورة الصف

1
37. سورة الصافات

2
62. سورة الجمعة

1
38. سورة ص

8
63. سورة المنافقون

4
39. سورة الزمر


88. سورة الغاشية


64. سورة التغابن


89. سورة الفجر

2
65. سورة الطلاق


90. سورة البلد

4
66. سورة التحريم


91. سورة الشمس


67. سورة الملك

8
92. سورة الليل

2
68. سورة القلم

2
93. سورة الضحى


69. سورة الحاقة


94. سورة الشرح


70. سورة المعارج

1
95. سورة التين

1
71. سورة نوح

5
96. سورة العلق

1
72. سورة الجن


97. سورة العلق


73. سورة المزمل

2
98. سورة البينة

5
74. سورة المدثر

2
99. سورة الزلزلة

3
75. سورة القيامة


100. سورة العاديات


76. سورة الإنسان


101. سورة القارعة

3
77. سورة المرسلات


102. سورة التكاثر

1
78. سورة النبأ


103. سورة العصر

1
79. سورة النازعات


104. سورة الهمزة


80. سورة عبس


105. سورة الفيل


81. سورة التكوير


106. سورة قريش


82. سورة الانفطار


107. سورة الماعون

1
83. سورة المطففين


108. سورة الكوثر

2
94. سورة الانشقاق


109. سورة الكافرون


85. سورة البروج

4
110. سورة النصر


86. سورة الطارق

4
111. سورة اللهب


87. سورة الأعلى

53
كتاب الرقاق
81
3
112. سورة الإخلاص

16
كتاب القدر
82

113. سورة الفلق

33
كتاب الأيمان والنذور
83

114. سورة الناس

11
كتاب كفارات الأيمان
84
37
كتاب فضائل القرآن
66
31
كتاب الفرائض
85
126
كتاب النكاح
67
15
كتاب الحدود
86
53
كتاب الطلاق
68
33
كتاب المحاربين من أهل الكفر والردة
87
16
كتاب النفقات
69
32
كتاب الديات
88
60
كتاب الأطعمة
70
9
كتاب استتابة المرتدين والمعاندين وقتالهم
89
4
كتاب العقيقة
71
7
كتاب الإكراه
90
38
كتاب الذبائح والصيد والتسمية على الصيد
72
15
كتاب الحيل
91
16
كتاب الأضاحي
73
48
كتاب التعبير
92
31
كتاب الأشربة
74
29
كتاب الفتن
93
22
كتاب المرضى والطب
75
54
كتاب الأحكام
94
58
كتاب الطب
76
9
كتاب التمني
95
103
كتاب اللباس
77
6
كتاب أخبار الأحاد
96
128
كتاب الأدب
78
28
كتاب الإعتصام بالكتاب والسنة
97
53
كتاب الاستئذان
79
58
كتاب التوحيد
98
71
كتاب الدعوات
80



Daftar Pustaka
Bukhārī (al), Muammad bin Ismāīl. aḥīḥ al-Bukhārī. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2013.
Cordoba Academy Forum.  “Bio: Shaykh Muhammad ibn Ja’far al-Kattani al-Hasani al-Idris”, dalam http://forum.cordobaacademy.com/topic/10836302/BIO-Shaykh-Muhammad-ibn-Jafar-alKattani-alHasani-alIdri#.VQxSopYqPIU, (diakses pada 20 Maret 2015).
Kattānī (al), Muammad bin Ja’far. Nam al-Mutanāthir min al-adīth al-Mutawātir. Kairo: Dār al- Kutub al-Salafiyyah. t.th..
Mamūd al-aḥḥān, Taysīr Muṣṭala al-adīth, t.t.. Dār al-Fikr. t.th..
Qaṭṭān (al), Mannā’. Pengantar Studi Ilmu Hadits. terj. Mifdhol Abdurrahman. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. 2014.
Sakhāwī (al), Muḥammad bin Abdurrahman. al-Maqāṣid al-Ḥasanah. t.t.: Dār al-Kitāb al-‘Arabī. t.th..
Shiddieqy (al), Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah & Pengantar Imu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2012.
Zahw, Muḥammad Muḥammad Abu. al-Ḥadīth wa al-Muḥaddithūn. al-Riyāḍ: Shirkah al-Ṭibā’ah al-‘Arabiyyah al-Su’ūdiyyah. 1984.
Zein, Muhammad Ma’shum. Ulumul Hadis & Musthalah Hadis. Jombang: Darul Hikmah. 2008.


[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1243.
[2] Muammad Muammad Abu Zahw, al-adīth wa al-Muaddithūn, (al-Riyāḍ: Shirkah al-ibā’ah al-‘Arabiyyah al-Su’ūdiyyah, 1984), 355.
[3] Mannā’ al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu Hadits, terj. Mifdhol Abdurrahman, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2014), 110.
[4] Cordoba Academy Forum,  “Bio: Shaykh Muhammad ibn Ja’far al-Kattani al-Hasani al-Idris”, dalam http://forum.cordobaacademy.com/topic/10836302/BIO-Shaykh-Muhammad-ibn-Jafar-alKattani-alHasani-alIdri#.VQxSopYqPIU, (diakses pada 20 Maret 2015).
[5] Muammad bin Ja’far al-Kattānī, Nam al-Mutanāthir min al-adīth al-Mutawātir, (Kairo: Dār al- Kutub al-Salafiyyah, t.th.), 38-39.
[6] Muhammad Ma’shum Zein, Ulumul Hadits & Musthalahul Hadits,  (Jombang: Darul Hikmah, 2008), 177.
[7] Dalam al-Maktabah al-Shāmilah kitab ini dimasukkan dalam kelompok kutub al-takhrīj.
[8] Muammad bin Abdurrahman al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-asanah, (t.t.: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, t.th.), 745.
[9] Ibid., 763-764.
[10] Muammad bin Ismāīl al-Bukhārī, aḥīḥ al-Bukhārī, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2013), 1369-1456.