Kamis, 10 September 2015

Terjemah Kitab Batinul Ismi 2



Dhahir dan Batin
(Diyanah dan Qodha)




Berdasarkan Muttafaq ‘alaih, sesungguhnya perintah syariat Islamiyah dibagi menjadi dua:
Pertama, suatu perkara yang berhubungan dengan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan dhohir seperti puasa, shalat, amar ma’ruf nahi mungkar dan berjuang demi kemaslahatan orang-orang muslim.
Kedua, perintah yang berhubungan dengan perasaan dan hati. Seperti ikhlas, tawadhu’, cinta dan benci hanya karena Allah, takut terhadap ancaman Allah serta berharap pahala dan keridhaanNya.
Seperti halnya ‘amr (perintah), larangan juga dibagi menjadi dua bagian:
Pertama, larangan yang berhubungan dengan perkara dhohir seperti larangan membunuh tanpa adanya hak, mencuri, berzina, menggunjing dan mengadu domba.
Kedua, larangan yang berhubungan dengan perasaan dan hati manusia, seperti larangan bersikap sombong, ‘ujub, riya’(pamer), dendam, cinta akan gemerlapnya dunia serta menuruti hawa nafsu.
Diriwayatkan dari Muttafaq ‘alaih di sisi seluruh kaum muslim sesungguhnya terdapat suatu perkara yang harus dilakukan, yakni taat yang berhubungan dengan ucapan-ucapan atau perbuatan dimana hal tersebut tidak dapat diterima di sisi Allah Swt selama taat tersebut tidak tertanam di dalam hati atau batin dalam arti selama batin tidak baik, maka dhohirnya pun tidak akan baik.
Maka ketika ikhlas di dalam hati tidak terpenuhi, maka taat tidak terwujudkan meskipun dengan berbagai cara pendekatan diri kepada Allah yang Maha Agung. Ketika kamu tidak membersihkan diri dengan akhlak yang baik sebagaimana yang telah diperintahkan Allah pada setiap Muslim dengan penggambaran menenun pakaian dengan sempurna yang samar atau tidak terlihat, maka tidak akan mungkin semua yang dipakainya itu cukup di depan manusia pakaian kesholehan, ibadah dan takwa.
Adapun hati yang telah dikuasai oleh sifat-sifat sombong dan dendam itu dapat melemahkan atau memperlambat proses taat, ‘ubudiyah, dan merasuknya sifat keibadahan karena Allah Swt. Ketika hatimu terputus antara dhohir dan batin maka taatmu pun tidak akan mampu mendekatkan dirimu kepada Allah dan sifat-sifat tersebut tidak bisa membentengi seorang hamba dari gemerlapnya dunia dan jebakan-jebakan setan serta hawa nafsu, seperti menunggu masaknya buah yang menempel pada pohon yang kering. Apalagi yang kita tunggu kecuali kerusakan?
Hukum syari’at terbagi menjadi dua bagian, termasuk hal yang dianggap penting yang telah diperingatkan dalam kitab Allah dengan cara-cara atau metode yang bermacam-macam. Allah telah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 120 yang artinya:
“Tinggalkanlah dosa-dosa yang bersifat dhohir dan dosa-dosa batin, sesungguhnya kelak mereka akan mendapatkan pembalasan atas perbuatannya.”
Dalam Q.S Al-An’am:151, Allah juga berfirman yang artinya:
“Katakanlah: marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu” Sampai ucapan: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi”.
            Allah juga memperingatkan dalam firman Nya:
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. ( Q.S Al-Kahfi:110)
Adapun pusat beberapa hukum syari’at secara keseluruhan terdapat pada pembersihkan hati dari kotoran-kotoran batin dan menghiasnya dengan fadhilah-fadhilah dan akhlak-akhlak terpuji, semua dalil-dalil shorih tersebut diambil dari kitab Allah dan Sunnah Rasulullah.
Allah Swt berfirman dalam surat Asy-Syams:10 yang artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muttafaq ‘alaih, Nabi bersabda: “Ingatlah!! Sesungguhnya dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka seluruh tubuh pun menjadi baik, dan apabila ia buruk  maka seluruh tubuh pun menjadi buruk, ingatlah! Sesungguhnya segumpal darah itu adalah hati”.
Nabi juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk-bentuk kamu sekalian dan tidak melihat pada jasad-jasad kamu sekalian, akan tetapi Allah melihat hati kalian”.
Dan ketika sudah jelas mengenai penjelasan hakikat ini, maka untuk mengungkapkan ta’bir dari hakikat ini berbeda-beda. Adapun cara pengungkapannya mudah. Sebagian dari Ulama meredaksikan hakikat dengan redaksi “Dhohir dan Batin” dan sebagian Ulama lain menamakannya “Diyanah dan Qadha” dan yang lain meredaksikan dengan “Hakikat dan Syari’at.”
Semua nama-nama tersebut baik, karena semua maknanya juga shahih. Sesungguhnya orang yang shalat dengan terpenuhinya syarat dan rukunnya dalam segi dhohir dan dalam hukum Qadha, dhahirnya syari’at dapat mengantarkan haknya Allah Swt. akan tetapi ketika shalatnya disertai dengan riya’ atau ‘ujub atau akidah yang mengkafirkan maka secara batin ia tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah.
Terkadang hukum keduanya sama, yaitu ketika bertemunya syarat-syarat dan rukun-rukun dhohir yang membatasi hukum qadha duniawi dengan beberapa syarat wajib yang bersifat batin dan tidak bisa terdefinisikan. Adapun yang demikian itulah yang diterima disisi Allah Swt. Dalam hukum qadha duniawi ketika salah satu syarat dari dua sisi tersebut (dhohir dan batin) tidak terpenuhi, maka amal seseorang tersebut akan diterima dhohir dan batin secara bersamaan.
Terkadang keduanya berbeda, yaitu ketika dhohir terpenuhi tetepi batin tidak menetapinya, maka amal seperti itu adalah amal bathil yang tidak diterima di sisi Allah Swt. Adapun kriteria tersebut sudah tercakup dalam firman Allah QS. Al-Furqon:23 :
Bahwa sesungguhnya kedua sisi (dhohir dan batin) terdapat perbedaan penamaan yang saling berkaitan, maka dhohir tidak patut jika tanpa batin, begitu pula sebaliknya. Demikian juga seperti keterkaitan hakikat dan syariat atau diyanah dan qadla’.
Dalam keterangan Izzuddin bin Abdissalam r.a. menyebutkan bahwa : “Hakikat tidak bisa dipisahkan dengan syariat, akan tetapi syariat tersebut melalui perbaikan hati dengan pengetahuan, tindakan, kemauan, niat dan sebagainya yang termasuk dalam af’alul qulub ketika kamu mengetahui hukum-hukum dhohir berarti kamu mengetahui syariat yang kongkrit. Adapun mengetahui hukum batin berarti mengetahui syariat yang abstrak. Tidak ada yang mengingkari hal tersebut kecuali orang kafir dan jahat.
Ada yang berpendapat bahwa batin atau hakikat merupakan ibarat lain dari syariat yang ditemukan oleh akal dengan beberapa riyadhoh tertentu atau dengan menjaga kedekatan di sisi Allah, dan sesungguhnya hakikat dapat menghapus kewajiban terhadap hukum syariat karena ketika sudah menjalankan batin maka ia sudah mencakup dhohirnya. Orang yang demikian adalah paling bahaya-bahayanya syi’ar dari kafir zindiq dan golongan ibahiyah yang menjerumuskan.
Tidak ada yang mempropagandakan kebatilan ini kecuali kafir zindiq yang menyusup dalam Islam dan berpura-pura berpegang teguh pada Islam karena berharap akan merakayasa dan menyamakan hakikat batin, terkadang mereka menampakkan sisi tasawwuf, terkadang juga menenakan jubah tasyri’ pada kesempatan lain, akan tetapi pada hakikatnya kafir zindiq tersebut hendak memerangi Islam dan memprovokasinya.
Dinuqil dari syeikh Mushtofa al Arusi dalam Hasyiahnya pada Ar-Risalah Al Qusyairiyyah dari Imam  Ghazali yang berkata ”Seandainya ada orang yang beranggapan antara dirinya dan Allah ada sekat khusus sehingga diperbolehkan untuknya tidak sholat, boleh minum arak, memakan harta pemerintah atau KKN seperti pendapat orang-orang bodoh yang mengaku tasawwuf, maka tidak ada keraguan dalam kewajiban membunuhnya. Membunuh orang semisal mereka lebih utama daripada membunuh seratus orang kafir, karena itu merupakan masalah besar.
Syeikh Abul Qasim Al Junaidi ditanya mengenai hal ini, beliau mengatakan “adapun orang yang mencuri dan berzina lebih baik daripada tingkah mereka”.
Syeikh Izzuddin bin Abdissalam berkata “orang-orang yang beranggapan seperti di atas, mereka hanya berpura-pura sebagai ahli tasawwuf padahal tidak ada sifat mereka yang mendekati sifat seorang tasawwuf. Mereka lebih hina dari pembegal, karena mereka memutus dari jalan Allah swt. Mereka mengatas namakan Allah dan su’ul adab kepada Rosul dan para Nabi serta pengikutnya yaitu para ulama yang bertakwa. Mereka melarang untuk mendengar apa yang disampaikan karena mereka tahu bahwa Fuqaha’ dapat mencegah jalan mereka”.
Ketika sebagian manusia melihat yang batil terhadap masalah dhohir dan batin atau hakikat dan syariat dengan tanpa menyadari makna yang sesungguhnaya di mana seorang muslim tidak seyogyanya ingkar terhadap makna hakiki tersebut. Tidak memberikan ruang kecuali ingkar  terhadapnya. Mereka mengingkari dhohir dan batin, hakikat dan syariat, diyanah dan qadha’. Unggulnya pendapat ini menurut mereka di dalam agama, mereka mencaci maki pembagian ini dalam agama. Karena mereka tidak berpijak pada agama kecuali ta’wil yang batil tersebut sebagaimana yang diucapkan para kafir zindik dan golongan ibahiyyah untuk menutupi keburukan-keburukan mereka di hadapan manusia dengan tasawwuf, karomah atau kesempurnaan.
Sebenarnya ketika mereka mengingkari, tidak akan ada madharatnya, dan ketika mereka tidak mendistorsi kalimat-kalimat ini yakni adanya kalimat hakikat hanya lafad-lafad yang diistilahkan ulama tentang makna hakiki yang tidak ada keraguan bagi orang yang berpegang pada kitab Allah dan Sunnah Rosul. Kemudian sekelompok golongan yang sesat memberikan istilah yang menyimpang dari ta’bir ulama sehingga menyesatkan mereka.
Sesungguhnya hukum-hukum syariat dhohiroh tersebut diumpamakan dalam ucapan-ucapan lisan dan perbuatan-perbuatan anggota badan yang tidak diterima di sisi Allah dan tidak diberikan pahala baginnya dan tidak menghilangkan dosa-dosanya selama af’al dhohir tersebut belum bisa bersamaan dengan tongkahnya hati yang harus ditancapkan dan sesungguhnya kebaikan hati merupakan dasar baiknya amal-amal dhohir dan yang membuahkan hasilnya.
Maka ketika mereka mengatakan tentang masalah hakikt ini yang merupakan inti dan ruh dari Islam, mereka mengibaratkan hakikat seperti yang mereka inginkan dan menjauhkan lafad-lafad dan nama-nama yang digunakan untuk dalil terhadap hakikat pada seluruh perkara yang tidak mereka inginkan.
Pada kesimpulannya, sesungguhnya hakikat Islamiyyah yaitu menyembah kepada Allah, tidak berpedoman kecuali melihat keselarasan antara motivasi-motivasi hati serta melakukan amal-amal dhohir. Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju jalan ketuhanan yang berpijak pada Kitab Allah dan Sunnah Nabi. Jika salah satu dari keduanya bertentangan, maka salah satu jalan yang lain tidak dapat diibaratkan sebagai hakikat Islamiyyah.Jika tidak ada dhorurotnya keselarasan ini, maka tidak ada bedanya Muslim dan munafik.
Jika tidak ada bahaya mengenai keselarasan ini, maka apalah arti jihad dan pengorbanan dalam Islam.
Jika tidak ada bahaya mengenai keselarasan ini, maka kalian pasti akan melihat orang-orang muslim pada zaman sekarang berada pada ujung atau puncak kemuliaan dan persatuan yang kuat. Maka akan tercipta kemakmuran antar muslim dan meriahnya masjid-masjid mereka, mimbar-mimbar yang bersuara keras dan lisan-lisan penuh dakwah yang berhias dengan ilmu. Akan tetapi hati dan persatuan mereka berada dalam keterbelakangan dan jauh dari semua itu. Karena tidak adanya keselarasan antara dhohir dan batin dan antar dhohir yang saling menipu dan samarnya hakikat yang hanya diketahui Allah yang Maha Tahu terhadap perkara-perkara ghaib yang tidak dapat ditipu oleh sesuatu apapun.

“Bahaya Terbesar”

Apakah bahaya terbesar itu ?
Bahaya terbesar itu bukanlah musuh yang menyerang, yang menetap, menjajah didalam Negara, bukan juga perpecahan yang memecah kekuatan dan menjauhkan barisan, hal-hal tersebut bukanlah senjata yang mengancam yang mengakibatkan kemusnahan masal, dan bukan pula kelaparan menakutkan yang mengancam setengah penduduk dari bumi yang bulat ini karena berkurangnya presentase produksi masa yang akan dating dengan bertambahnya jumlah penduduk bumi.
Sesungguhnya bahaya terbesar adalah hal yang lebih menakutkan dari itu semua. Sesungguhnya dia memungkinkan musuh untuk menyusuk kerumah, dia yang menyiapkan senjata untuk meledakkan bahan bakar untuk dinyalakan, dia juga yang mewujudkan sebab-sebab permusuhan dan perpecahan dan juga menghilangkan kesempatan persatuan dan tolong menolong.
Sesungguhnya musuh-musuh yang paling berbahaya bagi kita itu mutlak yaitu dia nafsu-nafsu kita yang ada diantara kanan dan kiri kita.
Ya, maka nafsu manusia yang tidak bebarengan bersama amal sholeh, dalam berjalan menetapi aturan-aturan Islam yang benar, dia adalah bahaya terbesar dalam kehidupan muslimin sekarang, hal tersebut tidak diragukan lagi.
Maka sesungguhnya Islam dalam hakikatnya tidak lain adalah pensucian dan pendidikan untuk melepaskan dari hal yang berciri khas dengan nafsu, keegoisan, kesombongan, dan bergantung dengan gemerlapnya kehidupan dunia ini. Kemudian untuk masuk dalam mihrab kehambaan kepada Allah SWT dengan sukarela yang pada hakekatnya dicap secara terpaksa seperti syari’at-syari’at Islam yang merupakan hukum yang memaksa namun kita harus secara sukarela menjalankannya. Maka dari hal itu hasil perbuatan benar dari hasil-hasil/buah-buah kehambaan kepada Allah dan adanya fakta dari kedua hasil tersebut (perbuatan dan hati) itu benar atau saling membenarkan, pada akhirnya akan tertanam mahabbah pada seorang yang membenarkan tempat terletaknya ego, dan tunduknya nafsu untuk memperbaiki kehambaan pada Allah yang bergandengan dengan kesombongan yang palsu untuk memutuskan nafsu, yang dimaksud dari hal ini adalah kehidupan yang tidak lain dalam hakekatnya kepada kehidupan yang kekal nanti, maka nafsu yang tidak bergantung dari hal dunia dan tidak mengambil kebaikan dan kenikmatan dunia, kecuali hal-hal yang didalamnya terdapat jalan dalam jalan Islam dan mewujudkan keridloan Allah. Sehingga ketergantungan dari keselarasan yang diharapkan antara kebenaran nafsu (perwujudan nafsu) dan diwujudkan dan perbuatan Islam yang menyebar dalam perkumpulan dan tolong menolong antara muslim dan tidak menemukan antara muslim-muslim sebab-sebab untuk permusuhan atau acuh tak acuh dan tidak mungkin akan adanya diantara muslim tersebut kebencian dan hasud atau dipecah belah dari sebagian muslim oleh dunia karena saling berlomba didalamnya dan saling mnedahului pangkat. Maka berlimpahlah dari hal tersebut kekuatan yang tidak dikalahkan dan persatuan yang tidak retak dan Allah memberikan kepada muslim pertolongan yang benar dan nyata. Dan muslim yang selaras dalam batin dan perbuatan dalam negaranya akan mulia dan aman.
Dan ketika nafsu tidak mengambil bagian dalam pendidikan, seperti keadaan nafsu kita sekarang. Maka sesungguhnya percampuran yang berbahaya akan muncul dalam diri muslim,ketika pribadi yang terbelah dua diantara perbuatan islam yang dhohir yang tergambar dalam ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang terlihat dengan nafsu yang terombang-ambing bingung, tenggelam dalam angan-angan duniawi dan hal-hal impian duniawi.
Ujung dari orang yang memiliki pada keutamaan dan keistimewaan islami, dia akan memilih dari bentuk-bentuk perbuatan islam yang jelas yang mana hal-hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan dan tidak mewajibkan dia untuk adanya kerugian. Maka dalam dhohirnya perkara orang ini dia telah menjalankan di jalan Allah dan dalamhatinya tertuju pada nafsu yang berwarna lain dari keinginan duniawi dan impian-impian duniawi.
Agama dalam kenyataannya menurut orang yang memiliki nafsu jelek tidak lain hanya sebgai tameng (pelindung) yang mereka gunakan untuk menjaga apa yang mereka terima yaitu berupa keingkaran pada isinya sesuatu perintah-perintah agama atau agama tidak lain adalah  sebagai penutup wajah yang menutup dirinya dari hakikat manusia.
Alangkah jauhnya masyarakat islam yang diharapkan bias bangkit. Dibangkitkan oleh tameng (tutup muka) yaitu berupa pura-pura beragama. Mereka tidak lain menemukan kesadaran diri kepada sesuatu yang menyesakkan hati dan bahwa nafsu dan keinginan pribadi.
Alangkah mudahnya pemilik nafsu ini untuk membuat alas an dan menjadikannya sebagai pembuka jalan lari yang dibenarkan oleh syari’at untuk mempromosikan dari kiri kanan nafsu kepada orang sekitar dalam hal kesucian yang berupa kabut yang menutupi akan kejelekan isi orang tersebut dengan kesucian ini yangberupa taat beragama dll
Akan tetapi agama sesungguhnya tidak akan tertipu dengan sesuatu seperti ini. Datang orang yang membuat alas an pada Rasulullah SAW berkata ”dia takut atas fitnah dirinya dalam agama jika dia keluar untuk perang melawan orang romawi dan melihat dari sekitar perempuan Bani Ashfar. Maka turun ayat Allah SWT.
ومنهم من يقول ائذنلي ولاتفتني الافيالفتنةسقطوا  وان جهنم لمحيطة بالكافرين
“Dan diantara mereka ada orang yang berkata, “berilah aku izin (tidak pergi berperang). Dan  janganlah engkau (Muhammad) menjadikan aku terjerumus ke dalam fitnah”. Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sungguh, jahanam meliputi orang-orang yang kafir.” (At-Taubah:49)
Dan datang juga orang yang pandai bersilat lidah berkata: “Sesungguhnya rumah-rumah kami di Madinah itu terbuka bagi musuh dan di dalamnya hanya ada anak-anak dan perempuan! “Sehingga mereka lepas dari jihad untuk menggali parit. Maka turun ayat Allah yang berkaitan dengan peristiwa itu. 
واذ قالت طائفة منهم يا اهل يثرب لا مقام لكم فا رجعوا ويستاْذن فريق منهم النّبيّ يقولون انّ بيوتنا عورة وما هي بعورة ان يريدون الاّ فرارا
“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yatsrib (Madinah)! Tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.” Dan sebagian dari mereka meminta izin kepada nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata; “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Padahal rumah-rumah itu tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari.” (Al-Ahzab:13).
Maka bagaimana akan memperoleh sebuah pertolongan dari Allah untuk kaum muslimin ketika lisan dan ucapan mereka berada pada jurang kepura-puraan. Dan nafsu-nafsu mereka bingung untuk saling merebutkan dunia serta berlomba-lomba untuk mendapatkan kesenangan di dalamnya?!
Bahwa sesungguhnya tiangnya kemenangan Islam tidak akan mungkin berbuah dalam kehidupannya manusia yang seperti ini.
Mereka yang tidak akan menemukan mufakat karena mulutnya menyatakan keislaman akan tetapi nafsunya menyeleweng dalam waktu yang bersamaan menuju perkara lain (dhohirnya memperjuangkan islam tetapi batinnya meninggalkan hukum syara’) maka mereka tidak akan di satukan dengan tujuan yang hakiki dan tidak mendapatkan kesepakatan dalam intinya tujuan.
Mereka tidak akan menyayangi dan mencintai dengan tulus, karena hati mereka bergantung pada dunia untuk meraup keuntungan dunia. Hasud akan menyebar di antara mereka. Maka salah satu di antara tidak akan mendapatkan perlakuan, tempat yang bagus dan harta dan hasud akan menyebar di hati orang lain atau kebencian menyala di hati mereka. Bahkan mereka akan hidup susah dengan perasaan tersebut dan mereka akan kembali serta menunggu di antara kekuasaan Allah dengan susah pula.
Mereka tidak akan saling menolong, kecuali pada waktu-waktu tertentu tergantung bagaimana mereka mendapatkan suatu kemaslahatan, hal ini di lakukan untuk mendapatkan pujian yang indah dan pendididkan yang pantas. Maka sesungguhnya mereka saling menolong  dalam hakikatnya untuk mencapai sebuah keuntungan yang mana keuntungan tersebut tidak dapat di capai kecuali dengan jalan ini. Maka ketika menjalani perjalanan yang panjang kamu akan melihatnya bercerai berai di jalan yang saling bertentangan. Dengan adanya kejadian di atas maka kamu di harapkan untuk saling mencari taufiq, tolong menolong, dan cinta persaudaraan, sehingga kamu tidak akan mengikuti jejak mereka.
Mereka tidak akan di beri pertolongan, karena dari tangan Allah-lah mereka akan mendapatkan pertolongan dan Allah akan menolong mereka dengan melihat ilmu hakikat mereka. Ketika kamu melihat perkumpulan yang banyak atau mendengarakan pidato menakutkan yang berapi-api atau melihat rancangan indah yang teliti, maka sesungguhnya semua itu tidak menakutkan musuh, tidak mendatangkan persatuan, tidak menegakkan perkumpulan karena semua ini adalah buih dan buih tidaklah sesuatu yang menakutkan.
Rahmat ta’dhim Allah untuk seorang yang menakuti orang muslim dari bahaya besar hari kiamat berkata:
“hampir saja terjadi tarik menarik di antara kalian semua umatku, sebagaimana berebutnya orang yang makan suatu makanan pada suatu wadah. Kemudian mereka bertanya pada Rasul: Apakah waktu itu sedikit ya Rasulullah? Kemudian Rasul menjawab: waktu itu banyak, akan tetapi kalian semua ibarat buih, sebagaiman buihnya banjir. Dan Allah akan mencabut ketakutannya musuh pada kamu dari hatinya musuhnya dan Allah akan meletakkan “Al-Wahn” di hatimu, lalu mereka bertanya lagi: Apakah “Wahn itu?” dan nabi menjawab: Wahn adalah cinta dunia dan membenci kematian”.



Sumber Bahaya Terbesar
Sesungguhnya sumber bahaya terbesar adalah menggantungkan hati kepada dunia, dengan meletakkan dunia di tempat yang tinggi dan pangkatnya dunia. Adapun dunia tidaklah seperti yang dipersangkakan sebagian orang yang di ringkas hanya pada emas, perak, bumi, dan pekarangan. Adapun dunia itu di umpamakan seperti syahwat yang condong pada nafsu dunia, seperti : kedudukan, pangkat, kepemimpinan, sombong, dan condong pada gambar-gambar kenikmatan. Adapun semua perkara ini bersumber dari dunia yang mana Allah SWT memberi cobaan kepada manusia untuk memerangi nafsu dalam menjauhi dunia dan melepaskan nafsu dari tawanan dunia, serta mengalahkan dunia sebagai pijakan dalam jalan mencari ridlo Allah.
Ketika hati bergantung pada kesenangan dunia dan tidak mampu melepaskan dari tawanan dunia, dan tidak ada yang perjuangan yang di lakukan seseorang untuk berusaha melepaskan nafsu dari cengkraman dunia dan dari mcam-macam penyakit hati yang merupakan bahaya terbesar dalam kehidupan seorang muslim, maka hati akan di beri cobaan yang berupa kesombongan, hasud, riya’, ‘ujub, macam” kebencian, dendam, pelit, yang akan mengalahkan nafsu dan menyebar di dunia, sehingga ia tidak akan suka pada akhirat/zuhud akhirat & pahalanya. Ketakutan mereka pada akhirat akan mengecil dari siksa Allah & besarnya azab Allah.dan merubah arti jihad untuk saling berebut dunia. Setelah jihad menciptakan kemenangan dari tawanan & menjatuhkan pada hiasan dunia.

Beberapa Akibat Yang Timbul Dari Bahaya Terbesar

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari bahaya terbesar telah aku jelaskan kepadamu, diantaranya:
1.      Robohnya pondasi masyarakat islam, kekuatan orang-orang islamn menjadi pudar  dan terpecah belah. Aktivitas keislaman diantara mereka hanya tinggal logo dan perjuangan dangkal  yang tidak berbuah dan tidak berfaidah.
2.      Aktivitas keislaman yang mereka lakukan hanya strategi yang berupa gambaran atau teori sedangkan gerakan keislaman yang mereka lakukan hanya sampai pada kulit luarnya saja dan tidak menyelam masuk kedalam. Hal ini dikarenakan kekuatan islam telah memudar dari hati, kemudian sedikit demi sedikit berkurang hingga islam tidak mempunyai kekuatan sedikitpun. Dan akhirnya hukum Islam dikembalikan kepada kepentingan dunia yang bersifat pribadi dan kehendak  nafsu.
Diantara manusia yang mempunyai hati seperti ini adalah orang-orang Islam yang mempunyai angan-angan, bahwasannya bila Islam bisa kembali memimpin dan hukum kembali seperti dahulu maka mereka akan mengangkat kepala tinggi- tinggi mereka merasa mempunyai kekuasaan dan kekuatan. Impian mereka hanya anga- angan dunia yang tidak bertentangan dengan apa yang telah tertancap dihati mereka dan bergantung pada nasib mereka.
Mereka bergerak untuk menolong Islam, tapi gerakan –gerakan yang mereka lakukan seperti mendukung aliran lain, yaitu: gerakan yang ditopang ide, pemikiran dan aturan- aturan dangkal. Mereka tidak faham bahwa diantara karakter atau ideology islam dengan ideology lain itu ada perbedaan yang mencolok.
Islam dibangun dengan inti perwujudan kehambaan kepada Allah dalam hati. Ini merupakan tempat pijakan pertama untuk semua aktivitas, gerakan, dan pejuangan dijalan Islam. Islam mewajibkan umat-umat islam untuk memperbaiki hatinnya sebelum melakukan apapun. Sedangkan ideology lain tidak mewajibkan para pemeluknya dari hal-hal tersebut dan mereka tidak dituntut untuk menjauhi sesuatu yang dikatakan al-Qur’an sebagai “Bathinul Itsmi” atau dosa yang tersembunyi. Oleh karena itu ajakan mereka diawali dengan aktivitas yang berupa  gerakan  dan berakhir dengan aktivitas yang berupa gerakan pula. Maksud berjalan bersama mereka dengan sewajarnya, karena mereka tidak dituntut untuk meninggalkan dan berpaling dari nafsunnya.
Sesungguhnya kebanyakan orang islam berpaling karena tidak memikirkan perbedaan mendasar yang sifatnya sangat penting. Oleh karena itu, mereka tidak mementingkan untuk memperbaiki hati dan nafsunnya. Mereka memilih metode-metode yang ditempuh oleh ideology lain dan terkurung dalam lingkaran yang tidak ada jalan keluar, yaitu: perdebatan, diskusi, pertemua, membanggakan pemikiran, saling beradu teori, dan tidak ada selain itu semua.
Terkadang sebagian mereka menganggap remeh urusan ibadah, dzikir, menghadiri jama’ah, dan amal-amal sholeh yang dari itu semua diharapkan dapat menghidupkan dan membangun hati kepada hakikat keislaman dan dari itu juga diharapkan dapat membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang sedang kita bicarakan. Mereka menganggap bahwa ibadah yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang umum tidak patut dilaksanakan oleh orang yang berjuang dalam gerakan dan dakwah keislaman seperti mereka.
Sesungguhnya hal ini adalah suatu kesalahan yang mengherankan. Penyebabnya telah aku katakana kepadamu yaitu, mereka tidak memahami perbedaan besar yang mendasar antara islam dan ideology pemikiran lain. Sedangkan penyebab ketidakfahaman tersebut adalah berpalingnya mereka dari memerangi hawa nafsu dan membiarkan nafsunya bersama dengan segala sesuatu yang diinginkan olehnya.
Pandangan ini adalah pandangan yang salah yang menyusahkan.! Sayan tidak mengatakan bahwa aktifitas keislaman tidak baik bila disertai dengan strategi dan gerakan – gerakan keislaman. Tapi yang saya maksud adalah setiap perbuatan keislaman itu terhenti keberhasilannya, keberhasilan itu tergantung pada inti yang terlupakan yaitu: membenarkan dan meluruskan hati dan menghilangkan kecintaan pada dunia dari hati.
3.      Pandangan yang salah yang mengherankan terhadap orang yang mengarahkan dirinnya untuk melihat dan menjaga hatinya sendiri. Mereka berjuang dengan cara-cara yang berbeda dari yang telah disyari’atkan untuk memperbaiki nafsu, orang-orang tersebut dipandang sebelah mata. Kebanyakan manusia melihat bahwa sesungguhnya orang-orang tersebut menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang tidak ada hasilnya dan tidak ada buahnya. Terkadang mereka juga menganggap bahwa apa yang dilakukan orang-orang tersebut adalah bid’ah dan kesesatan yang tidak datang dati agama.
Padahal tidak ada keraguan lagi pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang mengetahui haknya Allah, kewajiban ynag diwajibkan Allah kepada mereka dan kemudian mentaatiNya dan tidak melenceng dariNya. Apa yang mereka tekankan pada dirinya itu adalah ajaran yang di bawa nabi Muhammad Saw. yang menjadi inti dalam dari agama Islam. Tidak ada kebaikan pada  islamnya seseorang yang tidak membersihkan hatinya, tidak dapat menguasai hatinya dengan kebenaran, dan tidak mengeluarkan kesenangan dunia dari hatinya.
Benar, memang perlu kita ingkari orang-orang yang mengurung diri yang membatasi dirinya hanya dalam aktifitas kebatinan saja, sehingga dia tidak mempunyai kewajiban anar ma’ruf nahi munkar dan mencwgah kerusakan. Orang ini dianggap mengabaikan bagian besar dari kewajiban yang Allah bebankan atas dirinnya dengan dalih sibuk memperbaiki hati dan membersihkan tingkah lakunnya.
Semestinya bila seseorang ingin menjadi muslim yang sempurna maka, dia harus memenuhi hak-haknnya Allah yang dimulai dengan memerangi hawa nafsu dan dilanjutkan untuk memperbaiki keluarga dan kerabat kerabatnya kemudian ditambah dengan saling menolong diantara sesame saudara untuk menegakkan masyarakat islam yang lurus.
4.      Kefanatikan yang bathil yang menempel pada dirinnya yang masih ada hubungannya dengan orang yang memiliki nafsu tersebut. Kefanatikan tersebut adakalannya kepada keluarga, kabilah, guru, jama’ah atau organisasi yang sekirannya dapat memberikan dukungan dan persaudaraan  bukan hanya tertuju pada sesuatu yang berhubungan dengan dirinnya. Hati mereka telah termakan oleh perasaan ini dan cenderung untuk menurutinnya hingga makna dari firman Allah:
“Sesungguhnya orang- orang yang beriman adalah saudara”
Telah terhapus dari dalam dirinnya, digantikan dengan keyakinan persaudaraan yang sempit yang tertancap  dalam keyakinan dirinnya. Kemudian dari sini timbul akibat yang membahayakan yang sifatnnya bermacam-macam yang tidak mereka sadari.
            Termasuk dari akibat ini adalah berpindahnya mereka dari mengagungkan pemikiran dan aturan kepada pensucian terhadap  seseorang atau pribadi-pribadi lain.
            Kemudian kenyataan yang terjadi adalah seseorang yang mereka kultuskan itu menjadi tolak ukur atau barometer  terhadap kebenaran yang mereka imani. Ini dilakukan sebagai ganti suatu perkara yang mesti dijalankan yaitu menyambut suatu kebenaran yang  semestinnya mereka jalankan yang kemudian dihubungkan dengan pengkultusan  terhadap seseorang dan kemudian mengagungkannya.
            Perbandingannya adalah salah satu dari mereka tidak melihat sesuatu yang lain selain yang berhubungan dengannya. Karena kebenaran (menurut mereka) tidak akan muncul dan terjaga kecuali dengan sesuatru yang berhubungan dengannya.apabila orang lain memiliki perbedaan dengannya maka itu mereka jadikan sebagai bukti kesalahan. Apabila ada orang lain yang cocok dengan mereka maka mereka beranggapan bahwa kebenaran tersebut datang dari dirinnya. Alangkah banyaknya manusia yang tersesat pada jalan ini.alangkah banyaknnya manusia yang mengganti hukum-hukum Allah dan merubah syari’at Allah disebabkan hal tersebut.
            Seorang tokoh Islam Badi’u az-Zaman Syaikh Sa’id an-Nursi (semoga Allah merahmatinnya) pada suatu ketika pernah merasa bahwa salah satu muridnya itu mengkultuskan dirinnya hingga beranggapan bahwa kebenaran itu  apa yang datang dari Syaikh Sa’id an-Nursi dan mengimani segala sesuatu yang terdapat dalam diri Syaikh. Kemudian Syaikh Sa’id menulis nasehat yang panjang kepada murid-muridnya yang isinnya:
kalian menghubungkan kebenaran yang aku ajak kalian kepadannya dengan diriku yang mempunyai banyak dosa dan suatu saat bisa musnah. Tapi kalian harus menghubungkan kebenaran kepada sumbernya yang suci yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi. Dan agar kalian tahu bahwa sesungguhnya aku tidaklah lebih dari seorang yang menunjukkan jalan menuju dzat ar-Rahman yang maha agung. Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku adalah manusia yang tidak terjaga dari kesalahan. Terkadang dari diriku muncul dosa dan penyimpangan yang karena hal tersebut tercorenglah gambar kebenaran yang kalian sambungkan kepadaku. Kemudian kalian jadikan diriku panutan dalam keburukan atau membelokkan manusia dari kebenaran.”
     Dan tempat kembali fanatic itu adalah keegoisan pada manusia dan itu adalah bahaya bahayannya penyakit hati yang seharusnnya diperangi oleh umat muslim.
Akan tetapi, oleh sebagian dari manusia sifat ego ini kadang diwujudkan atau digambarkan dalam “keyakinan yang pribadi”, sebagian dari mereka adalah orang yang mempunyai keadaan dimungkinkan karena keadaan mensucikan kepada pribadi-pribadinnya, kebanyakan dari mereka itu berinteraksi dengan masyarakat lain atau orang lain.
Orang lain kadang mewujudkan keegoisan dalam bentuk keyakinan secara jama’ah yaitu orang orang yang meninggalkan kepribadiannya dengan bergabung dengan para kaum, organisasasi, atau masyarakat. Bahkan terkadang sifat ego tergambarkan dalam mengajak pada kebenaran, sebagaimana seperti orang yang benci kepada kemunkaran yang dilakukan didepannya yang dianggap menghina agama. Sebenarnya mereka itu berubah ubah dalam pemikiran. Pada lahirnya mereka marah marah pada kehormatan agama yang telah rusak. Tapi sebenarnya mereka marah karena merasa dihina pribadinnya dan kemuliaan diri sendiri. Buktinnya adalah jika mereka tidak dalam gambar agama yang tidak dikenal apapun oleh orang orang. Ketika orang orang melakukan kemunkaran maka ia akan berjalan tanpa menoleh pada mereka maksudnya tidak peduli.
Contohnya seperti orang yang mempunyai hubunga dengan syaikh atau masyarakat maka, ia akan selalu fanatic kepadannya. Karena hal itu akan memenuhi pribadi seseorang denga keegoisan. Sehingga keegoisan itu sampai pada pandangan mereka, bahwa orang orang orang itu adalah muslim tingkat dua dan orang orang yang bukan dari golongan mereka akan dimusuhi.kadang kadang kefanatikan ini diwujudkan dalam pengajaran, logo logo yang diberikan kepada anggotannyadan memberi tahu bahwa itu adalah bagian dari pengajaran islam.
Untuk mengatasi kefanatikan yang timbul akibat dari keegoisan adalah bukan dengan menjauhi syaikh yang telah mendidiknnya, atau menjauhi seorang mursyid yang mana kita dapat mengambil faedah dari beliau atau masyarakat yang telah membantu kita, dengan menjauhi mereka bukanlah sebuah obat atau jalan keluar. Sesungguhnya obatnya  adalah ketika kamu mengerti sesungguhnya setiap Syaikh yang kita belajar kepadanya atau mursyid yang telah membimbing kita ataupun masyarakat yang telah membantu kita. Sesungguhnya mereka hanyalah penengah bukan puncak, dan penengah adalah tidak mengeluarkan keutamaan dari sebuah hal yang penting kecuali dengan takaran yang selaras dan disepakati.
Maka, ketika muslim telah mengetahui hal ini, mereka mengetahui sesungguhnya sebaiknnya yang harus dijadikan tujuan adalah Islam. Dan jalan untuk mencapai itu adalah Syaikh, mursyid dan masyarakat yang memungkinkan menjadikan umat muslim berpegang teguh pada agama Allah yaitu dengan berpegang teguh pada hukum hukum Allah. Ketika kekasih/ kecintaan muslim pada kebenaran itu bertambah maka akan hancur tabi’at bara keegoisan dan apabila tidak ditemukan sesuatu yang melekat maka akan hilang kecondongan orang tersebut pada individu atau kelompok. Tetapi, dibalik keadaan berfikir secara sungguh sungguh menuju hakikat keislaman itu sendiri, maka tidak akan terwujud hubungan orang muslim tersebut dengan yang lain dalam segala hal kecuali mendapatkan pertolongan dan pengawasan dari Allah.
Kecintaannya kepada Syaikhnya itu tidak menyibukkan dia sehingga lupa dengan haknya Allah yang ada didirinnya. Dan tidak menjauhkannya dari masyarakat dan saudara-saudarannya yang sama-sama mencintai muslim yang jujur hal itu karena hubungannya dengan Syaikh atau dengan masyarakat dan saudara-saudarannya itu merupakan cabang dari hubungan pribadinnya yang sangat erat dengan kitab Allah dan sunnah Rosulallah, yang darinnya terdapat dasar-dasar dan hukum-hukum.
Ringkasan atau kesimpulan dari pembicaraan ini, sesungguhnya segala sesuatu yang berkaitan atau mengenai orang Islam pada waktu itu berupa musibah yang bermacam-macam, adapun sumber dari semua itu adalah nafsu (bahaya terbesar). Apabila tidak ada nafsu pasti dalam hati umat muslim akan tumbuh kejujuran dan keikhlasan, apabila keduannya sudah terwujud maka kan tumbuh kepercayaan terhadap kita semua dan apabila sudah terwujud kepercayaan di antara kita maka kita akan saling tolong menolong, bersatu, saling mendukung dalam mempercepat suatu pekerjaan atau usaha dan memudahkan jalan. Dan apabila sudah terwujud dalam diri mereka sifat seperti itu, maka akan muncul sebab-sebab atau sumber-sumber kekuatan dalam hidup mereka dan akan memunculkan ketakutan musuh yang akan menyusup kepadannya, dan akan mengembalikan pada kehormatan yang pernah dicuri dan mengembalikannya pada kedudukan yang agung di muka bumi ini.
Tetapi ketika mereka berpaling, tergoda atau tergiur pada macam-macam bentuk dunia dan rayuannya seperti: harta, jabatan dan kedudukan atau tergoda pada yang lainnya, maka akan menyebar pada diri mereka untuk berlomba-lomba mendapatkan dunia dan mementingkan diri sendiri, maka dalam hati mereka akan tertanam kebencian, kedengkian dan ketika berjalan mereka akan saling memangdang dengan pandangan hasud atau saling melecehkandan akan hilang kepercayaan diantara mereka serta memunculkan kecurigaan pada hati mereka dan ketika musuh mereka melihat adannya penyakit dan musibah yang menyakitkan itu, maka musuh tadi itu akan meletakkan kepentingan mereka dan memfokuskan pekerjaan pada penyakit tadi dan itu merupakan jalan yang paling mudah untuk menghancurkannya.
Disini kita dapat melihat sesuatu yang ditutupi tadi, kita hanya melihat sesuatu yang berada diatas yang ditutup tadi (terlihat secara dhohir) seperti bentuk-bentuk perbuatan yang mementingkan kepada Islam, sesuatu yang dhohir tadi tidak akan bisa menggerakkan cara-cara pemikiran membela agama Islam, sesuatu yang dhohir tadi tidak akan bisa menggerakkan sesuatu yang diam, menipu orang yang bodoh dan memperbaiki orang yang rusak.
Tetapinya, terkadang pemuda itu terkena tipu, yang tipuan tadi menumbuhkan keyakinan Islam yang kuat diantara diri mereka, dan pemikiran-pemikiran mereka. Maka mereka tidak akan terperdaya ketika melihat sesuatu yang mementingkan Islam ataupun mendengarkan kalimat-kalimat yang dihiasi dengan kepentingan Islam, kecuali mereka benar-benar maju dengan keberanian dan kejujuran untuk berjalan, bekerja dan berjuang dengan ukuran tangannya bisa memegang dan mereka mungkin mampu untuk melakukannya.
Dan ketika bisa mendapat rahmat dari Allah itu semua karena utamanya atau keutamaan anak muda tadi. Dan apabila Allah marah terhadap kita dan akan diturunkan siksa yang cepat semua itu bisa dihalang-halangi oleh ikhlasnya anak muda tadi. Anak muda yang menghabiskan masa mudannya dengan berjuang dijalan Allah yang hatinnya diliputi dengan godaan, kesenangan, menepati janji dan dapat dipercaya janjinnya dan juga menggantungkan angan-angannya hanya pada ridho Allah.
Ya Allah yang mengilhami pada kebaikan yang membolak-balikkan hati, sucikanlah hati kami dari segala sifat yang menjauhkan kami dari kesaksian kepada-Mu (beriman), mahabbah kepada-Mu dan berpegang teguh pada agama-Mu. Dan kumpulkanlah hati kami supaya dapat berjuang untuk mendapatkan ridho-Mu, angkatlah hamba-hamba yang berdakwah pada jalan kebenaran pada derajat yang mulia, agung, ikhlas, sebagai kejujuran dan kematian. Dan jadikanlah kami orang yang selalu husnudhon atau baik sangka pada anak muda yang suci. Sesungguhnya Engkau maha mendengar do’a.

“Ini Adalah Obatnya”
Sebelum saya membicarakan tentang tanda-tanda untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh “ al-khotor al-akbar” dengan segala akibatnya, alangkah baiknya jika saya bertanya terlebih dahulu tentang al-khotor al-akbar? Dan apakah kamu yakin tentang obat dan keberadaannya? Pertanyaan tersebut .
Karena sesungguhnya agar dapat menemukan masalah yang menyamai setengah jalan untuk mendapatkan solusinya  untuk mengatasinya. Adapun bersikukuh dengan memantapkan kepada obat tersebut dianggap sebagai penanggulangannya.
Apabila kamu tidak meyakini dengan apa yang saya jelaskan diatas (obat) maka saya akan menuturkan kepadamu bahwa kamu berada pada keragu-raguan, dari sumber-sumber bencana tersebut. Perselisihan yang dhahir, dari bahaya terbesar yang telah saya jelaskan kepadamu dengan ringkas, maka sesungguhnya mensifati obat ini tidak ada manfaatnya karena beberapa pendorong untuk mengunakannya tidak lagi dibutuhkan atau diperlukan.
Adapun jika perkataan saya telah merasuk dalam hatimu dan kamu yakin bahwa khotor al-akbar adalah rahasia dari apa yang kita keluhkan dari tingkah-tingkah kita, maka sesungguhnya kamu akan menoleh pada perkara yang akan saya ucapkan dengan perhatian yang seksama, dan akan berusaha untuk menumbuhkan rasa ikhlas terhadap Allah atas agamamu, dan kamu akan menggunakan obat ini dengan menyerahkan segala kekuatan dan akan mengajak manusia serta mengingatkan mereka. 
Dan akan menjadi mudah bagimu untuk meyakini bahwasanya obat-obat ini tidak ada gantinya, dan akan memantapkan bahwa sesungguhnya seluruh orang Islam berada pada perselisihan antara derajat dan pangkatnya. Dan selamanya membutuhkan pada penggunaan obat tersebut dan mengambil faedah nya.
Dan saya, pertama-tama akan menerangkan pada diri saya sendiri, dan untuk yang kedua kalinya saya akan menerangkan kepada orang-orang muslim yang berkenan untuk menyimak keterangan saya, dan saya akan meminta kepada Allah untuk menjadikan kita bagian dari orang-orang yang berwasiat kepada kebeneran dan berwasiat kepada kesabaran.
Ada seorang murid yang sedng duduk di dalam ruang ujian. Dia tenggelam dalam kefokusan mengerjakan soal-soal ujian. Dia merasakan haus lalu dia mendatangi seorang pengawas kemudian murid tersebut meminta segelas air untuk diminum. Ketika diberikan kepadanya segelas air yang dia minta, dia segera meminumnya. Kemudian kedua matanya tertuju pada sebuah gelas yang berisikan air putih jernih dan murni, lalu murid tersebut mengarahkan fikiranya pada air tersebut dan berangan-angan tentang kemurnian, kejernihan dan kelembutan air tersebut serta produsen yang menciptakan air tersebut.
Murid tersebut terlupa akan ujian dan beberapa soal yang belum usai ia kerjakan. Sedangkan waktu terus berlalu begitu cepatnya sehingga waktu untuk mengerjakan soal ujian hampir habis. Sedang si murid masih tenggelam dalam memandangi gelas yang berisikan air tersebut.
Jika dilihat dari penuturan diatas, bahwasanya obat dari kelupaan murid tersebut adalah adanya seseorang yang mendatanginya dan mengingatkannya, bahwasanya dia berada di ruang ujian sedangkan waktu untuk mengerjakan sudah hampir habis dan pengawas segera mengambil kertas yang ada padanya.
Sesungguhnya masalah tersebut satu, yang mana tidak ada perbedaan antara dua permasalahan: kecuali bahwasanya ruang ujian disini adalah lebih agung-agungnya sebuah keagungan, dan besar-besarnya keluasan adapun masa dalam mengerjakan adalah lebih banyak bahayanya, adapun obat untuk permasalahan di atas adalah satu yaitu dengan mengingatkan pada orang-orang tersebut bahwasanya waktu dia tidak banyak lagi, waktunya untuk berjalan ke tempat kembali yang menakutkan yang menantinya . Sebaik-baik orang yang mengingatkan orang ini dengan perkara yang menjuruskan kedalam hatinya yang paling dalam. Obatnya adalah hendaknya mulailah kita mengingat-ingat wahai saudaraku sesama muslim, yakni mengingat akan identitas kita dikehidupan ini. Kemudian tugas yang telah diberikan kepada kita untuk kita laksanakan lalu berlanjut (berkesinambungan) dalam mengingat segala yang kita lalaikan dan kita lupakan.
Apa sebenarnya identitas kita? Sesungguhnya kita merupakan hamba yang dimiliki Allah ‘Azza wa Jalla dan berada pada kekuasaan-Nya lah segala tingkah kita, dan hanya kepada-Nya lah satu-satunya tempat kembali kita.
Sebuah identitas disini ditandai dalam firman Allah:juz
¨bÎ)ÎAŸx|¹Å5Ý¡èSury$uøtxCurÎA$yJtBur¬!Éb>utûüÏHs>»yèø9$#[1]
Adapun persifatan dalam identitas ini adalah sama, baik dari setiap orang mukmin atau kafir. Adapun tugas yang telah dibebankan kepada kita yakni dengan meletakkan kehambaan kita pada tempat pelaksanaan kehidupan nyata. Kita menggerakkan, menegakkan, dan meluruskan jalan kita di atas identitas yang didasari kehambaan tadi, segala bentuk kehidupan kita yang demikian dapat terwujudkan dengan menjauh dari banyaknya sifat, nafsu, dan kesenangan. Allah memerintahkan kita untuk patuh terhadap apa yang diperintahkan dan meminta dengan merendahkan diri kita, serta tidak menggantungkan hati kita pada salah satu selain Allah. Dantidak meminta kebaikan kecuali kepada-Nya. Juga tidak pula meminta perlindungan dari kejelekan melainkan hanya kepada-Nya semata dan ini merupakan suluk yakni perbedaan antara mukmin dan kafir.
Ketika kita sudah mengetahui tujuan besar yang wajib bagi kita. Untuk berjalan pada tujuan dalam kehidupan kita didunia. Dan kita telah menemukan seberapa pentingnya tujuan ini. Di saat itu kamu mengetahui sesungguhnya segala sesuatu yang dibawah adalah sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Adapun sarana tersebut terbagi menjadi dua bagian:
  1. Sarana untuk mencapai pada tujuan ini
  2. Penghalang terputusnya tujuan tanpa adanya sarana.
Apa yang kamu lakukan jika kamu berada di tanah lapang agar bisa mencapai tujuan kamu? Sesungguhya kamu menyengaja pada sarana yang bisa menjadikan pada tujuan sampai mendekatkan diri pada Allah. Dan kamu melihat pada siksaan-siksaan maka kamu menghindar darinya. Atau kamu melewati dari atasnya.
Ini adalah perkara yang megajak kita pada perkara yang menuju suluk dalam kehidupan, menghadap pada tujuan besar yang telah diciptkan pada kita.
Adapunsarana untuk mencapai pada tujuan adalah dengan kita menggunakannya. Dan hal tersebut adalah bersyukur kepada Allah atas tujuan tersebut. Adapun penghalang yang menghalangi untuk menghindar dari sarana tersebut atau melewati di atas. Hal tersebut adalah dengan sabar dalam menjalani perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan kebenaran ini tidak ada kebodohan kecuali pada salah satu dari dua lak-laki: yakni orang yang meremahkan Allah ‘Azza wa Jalla yaitu orang yang tidak beriman dengan penghambaan, tugas dan tujuan. Hal ini akan saya ceritakan pada kita dalam maqom ini atau orang yang lupa terhadap penghambaan disebabkan oleh sesuatu yang menenggelamkan orang tersebut kedalam godaan dan perkara yang melalaikan serta perkara yang melupakan. Obat dari perkara ini adalah dengan mengingatkan (memberi peringatan).
Allah benar-benar telah mengetahui pengaruh yang dapat melalaikan dunia dan menjauhkan orang mukmin dari mengingat pada Dzat yang hakiki dan beberapa tugasnya sebagai seorang hamba. Lalu di meletakkannya didepan kedua matanya dengan lambang atau logo dua kalimat
x$­ƒÎ)ßç7÷ètRy$­ƒÎ)urÚúüÏètGó¡nS
dan memerintahkannya untuk mengulang-ulang keduanya diantara kekuasaan Allah dalam tiap-tiap rakaat salat yang dia kerjakan, sehingga dia menjadi seorang mukmin yang menghamba dan meminta pertolongan Allah. Apabila dia menjadi seorang muslim yang hakiki yang melindungi kelalaiannya terhadap dunia dan melupakannya, lalu dia mengingat bahwa sesungguhnya dia adalah hamba yang hina terhadap Dzat yang merajai, yang mengalahkan lagi Maha Agung, jadi tugas seorang mukmin adalah memeluk agama dengan melakukan penghambaan yng sempurna dan hendaknya meyakini bahwa tidak ada kemanfaatan dan tidak pula ada bahaya kecuali dari Allah SWT. Yakni Allah yang Maha Esa yang menolong dalam segala sesuatuJika kamu mengingat seorang mukmin dari kebenaran ini, lalu mengingatkannya dengan terus menerus atau bergegas sadar dari segala sesuatu yang menyibukkan dunia dan hawa nafsunya. Hatinya akan sepi dari bergantung kepada selain Allah. Maka hatinya tidak akan bergantung pada harta, pangkat, pujian, ujub, dan kesombongan. Dan hatinya tidak dipenuhi rasa kebencian marah, atau hasud dan tidak pula berangan-angan dengan mempercayakan pada salah satu makhluk ciptaan Allah Yang demikian itu telah dicampuri maka penghambaan kepada Dzat yang merajai kerajaan dan hal itu tidak mengarahan hajatnya melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak hanya meminta selain kepada pintu Allah. Jika dia beri nikmat, maka ia mensyukurinya dan menggunakan pemberian tersebut untuk mewujudkan tambahnya keridhoan Allah. Dan jika dicegah maka ia sabar dan yakin bahwasanya hal tersebut merupakan hal terbaik baginya baik dunia maupun akhirat. Ini adalah makna dari sabda nabi Muhammad kepada ibnu Abbas:
اذاسالت فاسال الله واذا استعنت فاستعن بالله,واعلم ان الامة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك الا بشييء لم يضروك الا بشيء قد كتبه الله عليك.
Hal ini menerangkan padamu bahwa sesungguhnya tidak disyaratkan untuk meniadakan bergantungnya hati dengan sesuatu yang berhubungan dengan dunia yang dapat mencabut hati manusia dan watak yang membutuhkan dunia. Pada hal-hal yang menjadi syahwat dunia. Ini adalah perkara yang bertentang dengan fitrah manusia yang telah difitrahkan oleh Allah pada hambanya. Maka sesunguhnya makna dari mengarahkan seluruh hajatnya pada Allah dan meminta apa yang dikehendak dan disenangi Allah saja, mengad kepadanya atas apa yang membuatnya sakit dan susah hal ini yang dijelaskan pada firmanAllah Qs. Al Ankabut: 17.
(#qäótGö/$$sùyZÏã«!$#šXøÎh9$#[2]وقوله :Ÿ(#qè=t«óur©!$#`ÏBÿ¾Ï&Î#ôÒsù3[3]وقوله(#ÿrÏÿsùn<Î)«!$#(ÎoTÎ)/ä3s9çm÷ZÏiB֍ƒÉtR×ûüÎ7B[4]
Akan tetapi sesungguhnya seorang hamba jika hatinya hanya bergantung pada Allah maka akan bertambahlah kehambaannya setiap kali perasaan butuh pada Allah dan bermacam-macam keinginanya bertambah. maka hal tersebut karena masa kehambaan pada setiap insan yaitu hajat yang lemah (manusia tercipta sebagai makhluk yang lemah). Dan apabila dia tidak membutuhkan sesuatu yang menancapkan sifat butuhnya kepada Allah meskipun menjadikannya lemah terhadap harapan yang diinginkannya.
Oleh karena itu tidak akan ada pertentangan antara ridho dengan ketetapan Allah dan mengeluh pada Allah. Akan tetapi keduanya merupakan dua bagian dan tidak akan sempurnahakikat penghambaan terhadap Allah tanpa keduanya. Dan keduanya telah sepakat dalam do’a nabi SAW:
اللهم اليك اشكو ضعف قوتي و قلة حيلتي وهو اني على الناس , يا أرحم الراحمين أنت رب المستضعفين وانت ربي. الى من تكلني؟ الى بعيد بتجهيمني أم الى عدو ملكته امري؟ ان لم يكن بك علي غضب فلا ابالي_ولكن عافيتك او سع لي. أعوذ بنور وجهك الذي اشرقت له الظلمات وصلح عليه امر الدنيا والاخرة من أن انزل بي ظظبك أو يحل علي سختك, لك العتبى حتى ترضى ولا حول ولا قوة الا بك"
Maka sesungguhnya obatnya adalah dengan mengingat-ingat Allah terus menerus secara hakiki dan mengetahui tugas yang telah dibebankan oleh Allah pada kita dan menjadikan tujuan tegak yang diletakkan didepan kedua mata kita dan mengambil dari dunia suatu sarana untuk mewujudkan tujuannya.
Hal tersebut adalah hakikat penghambaan terhadap Allah dan itu juga merupakan tinggi-tingginya pangkat yang ditempati para siddiqun dan yang diidamkan oleh orang-orang yang ikhlas ( mukhlishun ). Adapun orang awam maka akan terkelabuhi oleh kebenaran ini dengan bentuk ibadah maka mereka berhenti ketika memegang erat ibadah ini dan tidak menoleh pada suatu yang lebih utama lagi dan lebih penting. Oleh karena itu orang-orang yang melaksanakan perkara ibadah yang dhohir kebanyakan dari mereka adalah mayoritas seorang muslim sedangkan orang yang menerapakan ibadah batiniyah mereka adalah orang muslim yang langka lagi sedikit (minoritas) muslim.

Cara Menggunakan Obat Pada Bab Sebelumnya
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan tentang obat hati. Tapi, bagaimana jalan untuk merealisasikannya? Cara  untuk merealisasikannya adalah dengan jalan hakikat penghambaan kepada Allah, maka kamu tidak akan diperbudak oleh harta, kedudukan, kepentingan pribadi dan sesuatu apapun dari bahaya nafsu yaitu, sifat egois, takabbur, sombong, mementingkan diri sendiri dan lain-lain.
Tidak diragukan lagi, jalan tersebut bukan jalan yang mudah untuk dilewati, tetapi sesungguhnya itu adalah jihad (jalan yang pertama) yang telah diwajibkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Bersungguh-sungguh dalam jalan Allah dalam berjihad adalah kemulyaan.” dan juga “Orang-orang yang berjihad pada jalanKu maka Aku akan menunjukkan jalan kepadamu." . dan jalan itulah adalah الفارق (jalan nomor dua) yang membedakan antara orang mukmin dengan orang munafiq yang menghias dirinya dengan keimanan. Jalan yang lain adalah الحاجز (penghalang) yang menjadi penghalang  orang muslim untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw. Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah, sungguh akan rusak orang-orang yang memperbudak dirinya dengan (memburu) dirham, dinar, pakaian sutra yang indah(modis).  Orang itu benar-benar rusak, sebagaimana halnya sesuatu yang kemasukan duri, maka duri tersebut sulit dicabut. Dan ketika permintaannya terpenuhi dia akan senang, namun ketika permintaannya tidak terpenuhi maka dia akan jengkel).
Jalan yang nomor empat adalah  الحارس(penjagaan). Penjagaan yang mampu melindungi iman seseorang dari dua serigala yang lapar. Dua serigala tersebut seperti yang diwaspadai Rasulullah dalam sabdanya: “Seseorang yang tergila-gila pada harta dan kedudukan yang menyebabkan rusak pada agamanya, itu lebih berbahaya daripada dua serigala yang lapar, yang diumpani beberapa domba.”
Salah satu dari pentingnya jihad adalah, karena jihad merupakan jalan satu-satunya untuk mendapatkan ridla Allah Swt, dan mendorong kepada penghambaan diri kepada Allah, untuk mendapatkan suatu kebenaran. Bahkan para ulama’ mencurahkan segala kekuatannya dalam jalan ini (jihad) - baik dalam bentuk jihad nafsu dan menolak segala bentuk kejahatan nafsu yang berbeda-beda. Sehingga mendatangkan perhatian dari sebagian ulama’ terhadap keberlakuan dan pembebanan nafsu yang mampu mengeluarkan ulama’ dari batas-batas syari’at dan ajaran Nabi Muhammad.
Disini saya menyampaikan pendapat para Ulama’ Salaf untuk mengingatkan pada kita semua, jihad adalah inti dari Islam. Jihad juga satu-satunya jalan untuk mewujudkan metode penghambaan dalam beribadah dan untuk membuka perkara  yang hilang kebenarannya, dan juga bisa untuk meraih kemenangan.
Yang pertama, saya mengingatkan itu semua untuk diri saya pribadi. Yang kedua saya mewasiatkan untuk saudara-saudaraku untuk selalu meminta agar dipanjangkan pertolongan-Nya dan taufiq-Nya. Dan ini adalah perantara untuk menggapai wasiat tersebut:
  1. Manusia diharapkan berfikir dalam hal penciptaannya, tempat kembalinya, dan harus memikirkan bahwa manusia selalu dalam pengawasan Allah, kemudian menyadarkan akal ketika merasa lupa dan lalai.

Berfikir merupakan gerakan akal. Dengan tanpa berfikir, akal tidak akan memberikan faidah sama sekali. Berfikir merupakan hal yang dapat membebaskan akal dari godaan nafsu,  kesenangan nafsu,  keterikatan nafsu. Dan dengan tanpa berfikir, manusia tidak bisa membedakan antara keinginan akal dan bisikan nafsu.
Hal ini sudah banyak dijelaskan oleh Allah dalam beberapa ayat al-Qur’an, agar kita selalu berfikir :
لعلكم تتفكرون.......... ان في ذلك لاية لقوم يتفكرون ...... افلا تتفكرون ؟
Salah satu pentingnya juga, berfikir adalah merupakan tanaman yang agung dalam kehidupan seorang Nabi sebagai seorang mukmin, Da’i, mujtahid.Dan itu tidak suatu permainan yang tidak ada faedahnya ketika Allah mengilhamkan Nabi jauh dari keramaian manusia, kehidupan mereka, kerusakan-kerusakan yang dibuat manusia. Faedahnya supaya menyendiri dengan akalnya, seraya berfikir, mengangan-angan di dalam gua hira’ dalam waktu yang panjang. Karena salah satu pentingnya Khalwatà berfikir à mendapatkan hikmah. 
Ketika kita berfikir kemudian menjauh dari keramaian manusia dan gemerlapnya dunia, maka hasilnya akan lebih benar dan teliti, karena akal adalah logika yang benar. Salah satu kesenangan yang ada dalam diri manusia adalah rasa yang selalu tidak puas. Seseorang yang menerima bisikan dari nafsu akan mempunyai sifat jahat, sombong, dengki dan berlomba-lomba untuk     mendapatkan          gemerlapnya    dunia. Seringkali masalah itu bukan terletak pada diri manusia yang kalah dengan bisikan nafsu, tetapi masalah yang paling besar adalah manusia tidak dapat mendengarkan bisikan dari akal saja, melainkan tidak bisa membedakan bisikan akal dan bisikan nafsu. Manusia menjadikan Khalwat atau ‘uzlah sebagai suatu cara untuk memfokuskan akal. Kemudian dia bertanya kepada akal, dimana tempat saya kembali?
Saya tidak mengajak kamu hidup menjauh dari masyarakat, dari gunung, dari jurang. Karena hal itu bukan fitrah manusia juga bukan tugas orang muslim, tetapi saya mengajak kalian untuk menyepi dan berfikir. Setiap kali kalian melihat hitungan kotak, sebagaimana yang dilakukan pedagang yang hidup dalam keramaian manusia dan gaduhnya pasar. Layaknya seorang pedagang di pasar, meskipun dia melayani pembeli, namun hal itu tidak mencegah dirinya menyendiri pada waktu luang ketika dirumah, dia menyisikan waktu luangnya untuk menghitung hasil dagangannya sendirian, tidak bersama anak ataupun keluarganya, dia meneliti lembaran-lembaran uang. Jika dia tidak menyempatkan waktu untuk menghitung hasil dagangnya dalam hidupnya, maka dia tidak mengetahui secara pasti dagangannya rugi atau untung.
Saya mengajak kalian untuk menempuh jalan ini yang mampu membersihkan fikiran kalian dari kelupaan(kekhilafan) dan pengawasan dari kefanatikan atau mendorong kebagusan yang palsu yang diharamkan atau pendorong nafsu, sehingga kalian memiliki ketenangan dalam berjalan yang sesuai dengan metode  angen-angen yang merdeka dari kesalahan-kesalahan atau bisikan-bisikan nafsu.
Dan ini merupakan wasilah yang dilakukan Rasulullah selama hidupnya, yakni mengatur nafsu dengan menyepi (خلوة) dari keramaian manusia. Dan hal itu tidak dilakukan Rasulullah kecuali untuk memberikan pembelajaran kepada ummatnya.
Dan kalian semua jangan lupa, bahwa sesuatu yang paling penting yang bisa membantu kalian dalam membiasakan/menetapkan/keberlangsungan((دوام fikiran dan dzikir yaitu memperbanyak mengikuti majelis-majelis yang dilakukan oleh orang-orang shaleh dan segala sesuatu yang condong kepada mereka.
Dan sesungguhnya penting-pentingnya sesuatu yang dapat menjauhkan kalian dari membiasakan/menetapkan/keberlangsungan ((دوام fikiran dan dzikir yakni tenggelam dalam majelis yang penuh permainan dan condong kepada orang-orang lupa, dan menikmati majelis yang justru menghabiskan waktu berharganya untuk kehidupan yang tidak bermanfaat. Dan mereka hanya berhenti pada mencakar dagingnya batang, yakni mereka mengikuti pengajian, tetapi perilakunya tidak mencerminkan demikian, contohnya sering dan senang menggunjing orang lain. 
Cara yang kedua dalam menggunkan obat, supaya selalu ingat bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara yakni dengan berdzikir secara istiqomah dari ayat-ayat Al Qur’an seperti membaca tasbih, istighfar, dan dzikir-dzikir yang mengingatkan kita kepada Allah.
Adapun membaca Al Qur’an sudah tidak saya ragukan lagi merupakan kebutuhan kalian seperti yang disebutkan dalam hadits-hadits sahih dalam keutamaan membaca Al Qur’an dan mengangan-angan maknanya. Dan tidak ada perbedaan diantara kaum muslimin didalam mendekatkan diri kepada Allah yakni dengan membaca Al Qur’an yangmana hal tersebut dianggap sebagai utama-utamanya mendekatkan diri kepada Allah.
Banyak hati yang keras yang tidak bisa ditaklukkan kecuali dengan membaca Al Qur’an, dan banyak juga orang-orang yang lupa yang justru menjerumuskan terhadap kerusakan, tidak ada yang bisa menyadarkan dirinya kecuali dengan membaca Al Qur’an , dan banyak mata yang tidak bisa merasakan tangis karena takut pada Allah kecuali di tengah-tengah membaca Al Qur’an.
Setiap sahabat memiliki wirid khusus yang diambil dari Al Qur’an untuk dibaca setiap hari dan setiap malam. Apabila ada udzur (yang sifatnya tidak bisa ditinggal), sehingga ketika mereka tidak bisa melaksanakan wirid, maka dia mengqodlo’i karena menyesal tidak bisa mengerjakan wirid tersebut pada waktu seperti biasanya. Dan mereka biasanya mengqodlo’i pada hari setelahnya. Sebagaimana yang terjadi pada sahabat Umar dalam sebagian waktu.
Adapun dzikir, tasbih, dan istighfar itu merupakan obat yang diwajibkan Allah kepada Rasulullah, yangmana perintah tersebut merupakan sesuatu yang banyak diulang-ulang di dalam Al Qur’an.
 "وسبح بحمد ربّك قبل طلوع الشمس وقبل غروبها, ومن أناءالليل فسبح واطرف النهار لعلك ترضىô
   وسبح بحمد ربّك بالعشيّ ولابكار
واذكر ربّك في نفسك تضرعا وخيفة ودون الجهر من القول بالغدوّ ولاصال
واذكراسم ربك بكرة واصيلا و من الليل فاسجد له وسبّحه لبلا طويلا
Dari penjelasan diatas, Ulama’ sepakat bahwa sebagian muslim harus mengambil wirid tersebut berupa bacaan tasbih, istighfar, dan bacaan Al Qur’an. Dan sesungguhnya waktu utama untuk membaca itu adalah pagi dan sore.
Ketika datang suatu perkara yang menghalang-halangi untuk tidak melakukan dzikir pada waktu yang telah dibiasakan maka yang lebih utama adalah mengqodlo’inya pada waktu sengang. Sehingga kesibukannya tidak menjadi akar untuk mengabaikan dan menyia-nyiakan wirid.
Dan benar-benar ada hadis shahih muslim dari Umar yang menjelaskan hal tersebut:
Umar berkata, bahwasanya Rasulullah telah bersabda  “barang siapa tidur lalu meninggalkan dzikirnya, kemudian membacanya (mengqodlo’inya) pada waktu antara shalat subuh dan shalat dzuhur, maka pahalanya akan dicatat sebagaimana dzikir pada malam hari.” 
Jangan melihat pada orang yang beranggapan bahwa dzikir adalah sebagai ibadah mutlaq, karena hal tersebut akan dianggap mengkhususkan waktu untuk hal baru. Dan itu merupakan bid’ah yang diharamkan. Mereka (orang-orang yang beranggapan demikian) menghendaki kalian jauh dari jalan-jalan Allah. Orang yang mengambil pendapat ini, maka dia tidak mendekat untuk melakukan ibadah besar pada waktu hidupnya, karena takut bid’ah dalam anggapannya tersebut.
Terkadang kamu melihat orang yang berpendapat seperti ini di waktu utama, yakni waktu pagi dan sore. Lalu kamu melihat dia tidur pulas atau pada waktu seperti itu dia melakukan suatu permainan atau menggunjing yang diharamkan dengan tanpa sadar bahaya yang mereka lakukan itu adalah dosa yang telah diperingatkan Al Qur’an dengan jelas.
Terkadang alasan mereka untuk melakukan itu (tidur pulas,bermain, dan menggunjing) karena mereka tidak ingin menyibukkan waktunya dengan melakukan perkara bid’ah, dalam hal ini berupa dzikir yang ditentukan waktunya.
Ketahuilah, pengaruh bacaan Al Qur’an itu sangatlah penting dalam mengobati penyakit nafsu karena akan terbentuk sebuah perasaan dalam hati dengan menetapkan fikiran dan dzikir. Perasaan tersebut berupa pengawasan dari Allah pada semua yang dilakukan oleh manusia. Dia tidak melakukan sesuatu apapun. Atau dia memendam suatu tujuan yang diharamkan sehingga menghilangkan perasaan ini (berupa rasa pengawasan Allah) yang bertujuan untuk meluruskan pekerjaannya dan membenarkan niatnya.           
Ini adalah penjagaan ilahiyah yang agung dalam kehidupan seorang muslim. Hal itu merupakan al Ihsan sebagaimana yang telah disifatkan oleh Rasulullah : dengan gambaran seseorang meyakini bahwa Allah melihat mereka ketika mereka sedang menyembah Allah. yang menyembah Allah seakan-akan mereka melihat Allah.
Ihsan tidak akan terwujud, kecuali dengan membaca Al Qur’an, dzikir, dan lain-lain. Ini adalah obat yang agung untuk membersihkan nafsu dan segala sesuatu yang termasuk di dalamnya berupa penyakit sombong, dengki, hasud, dan senang duniawi, dan berhubungan dengan sebab-sebab pencitraan diri, pangkat, derajat duniawi yang fana.
Tidak ada ke raguan, bahwa dzikir yang saya maksud bukan merupakan gerakan lisan, dan juga bukan bunyi tasbih, dan bukan gerakan tubuh ketika berdzikir. Bukan itu yang saya maksudkan. Yang saya maksud dengan dzikir adalah apa yang dikehendakiNya di dalam kitabNya sebagaimana perintahNya kepada nabi Muhammad saw.
Sebagaimana yang dicontohkan dengan bahasa arab, seperti ucapan; “saya selalu mengingat si fulan sepanjang hari”. Itu merupakan ingatan hati, gerakan fikiran, sadarnya perasaan. Kalau gerakan lisan itu faedahnya. Gerakan itu adalah mengingatkan hati, menyadarkan perasaan, dan mengahalangi hati dari pembicaraan yang melailaikan yang justru menyibukkan lisan kepada dosa atau tidak ingat kepada Allah.
Adapun ketika ada penghalang antar lisan dan hati, sehingga lisan memperbanyak berdzikir, berdoa, membaca tasbih secara terus menerus, tetapi hatinya justru tenggelam dalam dunia, impian-impian dunia, dan kesenangan-kesenangan dunia yang diharamkan. Maka orang-orang yang dalam keadaan seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai orang yang berdzikir maupun beribadah. Tetapi orang-orang ini dikatakan sebagai  orang yang berdzikir secara dzahirnya saja. Dan dia dengan dzikirnya tidak memiliki faidah yang lebih besar daripada dzahirnya saja.
Cara yang ketiga dalam menggunkan obat ini adalah memperbanyak doa dan tunduk atau bersimpuh dihadapan Allah. Obat ini adalah ibadah yang sangat penting, bahkan doa itu merupakan hal yang paling inti dalam ibadah. Dan doa merupakan penggambaaran penghambaan yang paling tinggi tingakatannya dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Allah telah menegaskan di dalam Al Qur’an perintah doa, dan memperbanyak doa kepada hamba-hambaNya.  Mendasarkan perkara untuk memerintah hanba dengan berdoa. Dan Allah telah menjadikan ini (doa) sebagai penting-pentingnya alamat seorang hamba yang mukhlish.
(#qãã÷Š$#öNä3­/u%YæŽ|Øn@ºpuŠøÿäzur4¼çm¯RÎ)Ÿw=ÏtäšúïÏtF÷èßJø9$#ÇÎÎÈ
55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].
[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.
Ÿwur(#rßÅ¡øÿè?ÎûÇÚöF{$#y÷èt/$ygÅs»n=ô¹Î)çnqãã÷Š$#ur$]ùöqyz$·èyJsÛur4
56. dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Dan Allah mensifati hambanya yang mukhlish dengan firmannya :
öNßg¯RÎ)(#qçR$Ÿ2šcqãã̍»|¡çÎûÏNºuŽöyø9$#$oYtRqããôtƒur$Y6xîu$Y6yduur((#qçR%Ÿ2ur$uZs9šúüÏèϱ»yzÇÒÉÈ
90. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas[970]. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.
[970] Maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan azabnya.
Manusia baru akan merasakan penting-pentingnya doa, dan bersimpuh kepada Allah ‘Azza  wa Jalla ketika mereka merasakan sangat butuh kepada Allah, dan mereka meyakini bahwa tidak ada yang bisa membantunya kecuali hanyalah Allah, dan tidak ada pengharapan kecuali hanya pada Allah. Ketika manusia seperti ini, maka mereka akan berdoa dengan hati yang benar, dan dengan kesadaran yang penuh. Mereka itu seperti orang yang tertimpa kesusahan yang sangat dalam, dan merasa lemah ketika hilangnya kesusahan tersebut sehingga mereka putus asa, kemudian mereka mulai mengerti bahwa Allah adalah satu-satunya yang bisa menghilangkan kesusahan mereka dan menghilangkan bahaya atas mereka. Kemudian mereka mengangkat tangannya dan dihadapkan ke langit dengan sepenuhnya ucapan dan hati mereka: Ya robbi.  




Obat Untuk Bahaya Terbesar Yang Ketiga Dan Keempat
Amalan ketiga untuk obat atau sebagai penawar bahaya terbesar yaitu banyak-banyak berdo’a yang disertai dengan ketawadlu’an kepada Allah SWT.. Penawar ini merupakan ibadah yang sangat penting, berdo’a juga merupakan inti dari ibadah itu sendiri dan suatu kehambaan yang dibilang tingkatan tertinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sungguh Allah telah menguatkan perintah ibadah dengan banyak-banyak berdo’a di dalam kitab-Nya (al-Q ur’an), Allah menjadikan berdo’a sebagai salah satu tanda kehambaan yang penting, yaitu keikhlasan. Sebagaimana firman Allah Swt.
(#qãã÷Š$#öNä3­/u%YæŽ|Øn@ºpuŠøÿäzur4¼çm¯RÎ)Ÿw=ÏtäšúïÏtF÷èßJø9$#ÇÎÎÈ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
 Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.
(#qãã÷Š$$sù©!$#šúüÅÁÎ=÷ãBçms9tûïÏe$!$#öqs9uron̍x.tbrãÏÿ»s3ø9$#ÇÊÍÈ
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
Ÿwur(#rßÅ¡øÿè?ÎûÇÚöF{$#y÷èt/$ygÅs»n=ô¹Î)çnqãã÷Š$#ur$]ùöqyz$·èyJsÛur4¨bÎ)|MuH÷qu«!$#Ò=ƒÌs%šÆÏiBtûüÏZÅ¡ósßJø9$#ÇÎÏÈ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan Allah menyifati hamba-hamba pilihannya yang tercantum dalam firmannya :
§NèOÞOßg»oYø%y|¹yôãuqø9$#öNßg»uZøŠpgUr'sù`tBurâä!$t±®S$uZò6n=÷dr&urtûüÏùÎŽô£ßJø9$#ÇÒÈ
“Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas.
Sebenarnya manusia itu merasa akan pentingnya berdo’a dan bertawadlu’ kepada Allah Swt., ketika manusia merasa butuh pada Allah Swt. Mereka meyakini bahwa ada dzat yang menentukan semua dan tidak ada harapan kecuali dari Allah. Maka ketika manusia berdo’a dengan benar dan merasa tunduk, hal tersebut seperti orang yang jatuh dalam kesusahan dan merasa lemah untuk menghilangkan keresahannya sehingga timbul perasaan putus asa. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah itu dzat yang menghendaki untuk menghilangkan kesusahan dan bahaya tersebut. Maka dari itu mereka mengangkat tangannya menghadap ke langit dan berkata di mulut dan hati mereka dengan perkataan “Yaa Robbii”.
Adakalanya orang yang tidak butuh dan tidak merasa sempit cobaan dalam hidupnya. Maka, dia tidak akan menemukan perkara yang mendorong untuk berdo’a, karena dia tidak merasa butuh pada sesuatu tersebut. Dan dia tidak melihat disekitarnya yang dibenci, karena dia tidak merasa hal tersebut, sehingga dia bertanya bagaimana cara dia meminta pada Tuhannya. Diumpamakan seperti orang yang terbelenggu baunya perkara haram dan tenggelam dalam ombak hawa nafsu, karena dia tidak merasakan apa-apa kecuali kelezatan yang rusak dan hasilnya.
Saat engkau berjalan, kemudian menasehatinya dengan do’a supaya Allah mengeluarkan dari segala urusannya, maka ia akan menghinamu dan mereka menganggapmu sebagai golongan pertama, terkadang orang yang mengangkat tangannya itu menggerakkkan lisannya dengan sebagian do’a yang biasa dilakukan atau mengamini do’a orang lain, hal seperti itu tidak di namakan        do’adalam hakikatnya,akan tetapiitu hanyalah sesuatu yang mirip dengan do’a.
Dan ini merupakan perkara yang jauh dari pandangan Allah dalam do’a yang telah di perintahkan-Nya seperti dalam firman-Nya:
 ادعوربكم تضرعا وخفية
Dan sebuah contoh yang mudah dalam hal ini yaitu orang-orang yang berenang dalam kehidupan yang penuh kemelencengan dan dosa, ketika engkau menghadapi salah satu dari mereka. Kemudian kamu memberi suatu nasihat tentang kebenaran dan ingat kepada Allah serta siksa-Nya, maka mereka akan mengangkat tangannya dengan mengucapkan:
الله يهد ينا
Di depan kamu dia mengucapkan do’a, akan tetapi hatinya bertolak belakang dalam do’a tadi, karena dia takut, dalam hakikatnya menggunakan suatu do’a tadi hanya untuk sebuah permainan atau sebuah kemaksiatan. Ketika di hilangkan kenikmatannya dengan keinginannya ini justru jalan yang dia tempuh dalam membuat do’a adalah sebuah permainan atau kemaksiatan itu semakin mudah dan besar. Karena sesungguhnya dia berpura-pura berdo’a didepan kita supaya ia lupa dengan nasihat yang kita berikan. Dan memutus jalan yang menjadi hujjah mereka.
Ketika orang yang berma’siat  merasakan hinanya kemaksiatan yang ia lakukan, serta hatinya merasa susah dengan apa yang bergantung padanya yaitu (yang dimaksud) dosa dan siksa. Maka , kemudian dia meminta pada Allah petunjuk dan pertolongan untuknya, hal seperti inilah termaksud do’a yang benar serta di perintahkan-Nya.
Telah diketahui bahwasanya tolong menolong pada sesama manusia untuk berjalan dengan jalan yang istiqomah (tetap) serta dalam taufiqnya Allah. Meskipun taufiqnya Allah itu jauh dari orang yang sholeh serta istiqomah. Maka dia akan terlempar jauh dari tempat kemelencengan.
Taufiq Allah SWT menjadi sempurna pada diri seorang muslim dengan 2 perkara:
  1. Keteguhan tekad yang bulat untuk menuju kebaikan.
  2. Ikhlas dalam berdo’a pada Allah dengan bersimpuh di hadapan-Nya.
Maka ketika seorang muslim membenarkan keinginan untuk khusyuk dan mengikuti jalan keridloan kepada Allah, kemudian mendekatkan diri kepada Allah dengan hati yang khusyuk dan rendah diri, maka Allah akan menggiring dia pada jalan hidayah dan dilindungi dari keburukan nafsu dan setan.
Pada suatu hari seorang pemuda menemukan di depan universitas dan mengadu padaku tentang suatu keadaan dan kesusahan. Nafsu telah mengalahkannya pada keburukan dan dia hampir tidak kuat mengendalikan dan mengalahkan nafsu tersebut. Sesungguhnya hidup di Universitas malah menambah nyala nafsunya dan dia meminta untuk ditunjukkan pada jalan agar dapat terlepas dari belenggu nafsunya.
Kemudian aku berkata padanya: Apakah kamu lihat kesusahan dan pengharapan yang kamu ungkapkan padaku? Ungkapan pengaduan tentang keadaan nafsu ini kepada Tuhanmu yang Maha Agung. Bisikkan dan dekatkan dirimu kepada Allah, ada saat dimana tak ada seorang pun diantara kau dan Allah. Mintalah taufik dan kekuatan kepada Allah, jika kau melakukan itu semua dan megulangi terus menerus, maka Allah akan mengabulkan do’amu dan mewujudkan jalan paling mudah bagimu untuk terlepas dari belenggu nafsu.
Sesampainya seorang manusia kepada keadaan yang menjadikannya terpaksa mengulurkan tangannya kepada ornag yang menolongnya dari belenggu yang mengenainya. Kemudian dia tidak menemukan seorang pun kecuali Allah Azza wa Jalla. Itulah hakikat kehambaan terpaksa yang Allah jadikan manusia luluh kepada-Nya.
Berdirinya seorang manusia pada pintu Allah Azza wa Jalla dengan rendah diri dan kehinaan disertai do’a, meminta dan mengharap kepada Allah. Itulah hakikat kehambaan sukarela yang Allah perintahkan kepada manusia untuk melakukannya.
Terkadang kau lihat manusia yang meremehkan perintah do’a. Mereka beralasan bahwa sesuatu yang menimpa seorang hamba itu adakalanya sudah tertulis pada keputusan Allah, dan adakalanya tidak tertulis.
Apabila sudah tertulis maka sebuah do’a tersebut bermanfaat membentengi dirinya. Apabila tidak tertulis, maka sejatinya do’a tersebut tidak dibutuhkan.
Aku tidak ingin memanjangkan jawaban terhadap alasan ini dengan fatwa-fatwa para Ulama’ dalam kitab-kitab tauhid. Pembahasan disini berbeda dan punya sifat yang berbeda pula. Tapi aku mengatakan: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk brerdo’a dan Allah berjanji mengabulkan do’a mereka. Allah berfirman:
وقال ربكم ادعوني استجب لكم......"
Janji Allah itu benar dan tidak dikenai keingkaran. Ini adalah suatu yang penting bagimu. Untuk apa kau bahas sesuatu diluar tugas dan kemampuanmu? Dan untuk apa menyusahkan pikiranmu pada sesuatu perkara yang kembali pada pengaturan Allah Ta’ala yang mempunyai kekuatan dan kerajaan yang agung? Keputusan Allah adalah hukum dari segala hukum. Mengabulkan do’a adalah janji yag pasti ditepati Allah. Tugasmu hanya tunduk dan iman kepada janjinya dan kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah.
Maksud ucapan ini adalah sesungguhnya pada awalnya seorang muslim mencari orang yang dapat menolong hatinya dari penyakit samar yang tidak terlihat oleh orang lain. Kemudian dia merasakan bahaya dan pengaruhnya dalam menghalangi dirinya dari mengikuti jalan keridloan Allah Ta’ala, dan diluarnya ia berhias dengan jalan-jalan yang dilalui oleh orang-orang sholih yang lurus.
Ketika kamu masih merasa seperti itu obatilah dengan kedua do’a tersebut (membaca al-Qur’an dan wiridan) –dengan berdo’a terus-menerus dengan hati yang susah, merasalah bahwasannya kamu tidak memiliki apapun dan sesungguhnya hati itu berada dalam kedua jari Allah. Karena hanya Allah yang mampu untuk menyembuhkan dari penyakit-penyakitnya dan melepaskan dari bahaya-bahayanya.
Untuk mendahulukan wasilah dan syafa’at kepada Allah SWT yaitu ada tekad yang bulat dan bersihnya niat, seta merasa diri hina di hadapan Allah SWT.
Memilih seperti itu merupakan lebih utama-utamanya waktu untuk mendekatkan do’a  diterima, berusahalah mengambil dari waktu sahur, yaitu suara bising dalam kema’siatan  pada waktu itu telah diam, nafsu sudah tenang, maka kelihatan pengawasan Allah pada hambanya.
Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mengusap matamu hilangkan tutup-tutup tidur, berdirilah kemudian sempurnakanlah wudlumu, berdirilah menghadap Allah yang menguasai langit dan bumi. Kemudian bukalah kedua tanganmu pada Allah. Sesungguhnya yakinlah bahwa Allah melihat kehinaan, mendengar tangismu, rintihan nafsumu dari penyakit hatimu, dan mintalah dibersihkan hatimu dari penyakit hati,mintalah supaya menjauhkan bahaya terbesar dari dirimu. Dan mohonlah do’a kepada Allah dengan sangat dan memperbanyak berharap, menangis atas diri sendiri yang kamu habiskan dalam lupa pada Allah, dan lupa dari pengawasan hatimu.
Sesungguhnya apabila kamu melakukan perkara tersebut dan melakukannya dalam setiap keadaan. Maka Allah akan mengabulkan do’a-do’amu dan menyusun perkaramu, membersihkan ranjang-ranjangmu dan Allah memberikan kejujuran dalam ibadah. Kamu merasa keikhlasan dalam do’a.
Tetapi kamu harus istiqomah dalam keadaan ini, karena lari pada Allah, menjauh pada Allah dengan jalan seperti ini, ini adalah tanda yang bisa menaikkan kamu. Selama kamu ini masih dalam putaran kehidupan maka kamu harus meneruskan naik pada tangga kalau tidak kamu akan terpeleset pada telapak, suatu saat maka kamu akan kembali ke asal kamu.
Obat nomor empat yaitu menjauhi makan barang haram. Karena jisim yang diatas barang haram biasanya memuat nafsu yang condong pada kemelencengan dan muncul dari batas-batas Allah, menurut peraturan Allah ketika dhohir, maka akan terkumpul penyakit yang bahaya dalam hatinya.
Harta haram itu dimulai dengan mengambil harta orang lain dengan tanpa ridha. Lalu bermacam-macam dibagi menjadi bagian-bagian bentuk yang macam-macam sampai mencapai yang paling ringan syubhat, yang mana di sangka haram.
Orang yang tidak mampu melepas dari syubhat, maka dia dapat menjahuinya dari barang haram. Seorang menemukan alasan yang dia buat alasan itu untukmengambil barang syubhat yang dinisbatkan pada yang pertama. Tetapi dia tidak dapat menemukan alasan yang dibuat dalil didalam arahnya yaitu barang haram. Maka dengan barang haram mendapatkan hasil yang bahaya dalam kehidupan seorang muslim. Yang paling ringan bahayanya yaitu hatinya keras, yang tidak bisa digerakkan oleh orang yang menuturi dan mengingatkan.
Dan tidak bermanfaat ditakut-takuti dan disenang-senangi, karena terjadi perpisahan akal dan hati, akal mengerti dengan tanpa menganut hati. Yang awal itu tunduk (akal) dengan tanpa kelembutan hatinya. Tidak jauh sekali, hanya akal saja bisa memiliki atau menyetir dalam tingkah pola manusia, karena pengaruh yang besar itu pemilik hati atau sumber perasaan semuanya.
Tingkah yang meremehkan mengenai do’a ini, keadaan ketika mereka menyepelekan ini merupakan suatu perkara yang besar. Maka orang ini menjadikan Islam sebagai lambang yang dhohirnya saja. Adapun batin yang samar, dia didorong dijalan yang lain. Yang direncanakan  oleh syahwat dan macam-macam sifat nafsu.
Ketika seorang muslim menganggap mudah atau meremehkan, dia mengambil harta yang dapat dipegang tangannya dengan berbagai cara, maka sudah tidak berfaedah lagi obat-obat yang dulu diterangkan. Maka pembacaan Al-Qur’an tidak bisa mengingatkannya, wirid tidak dikabulkan.
Telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Tirmidzi dan lainnya dari hadits Abu Huroiroh dari Nabi yang artinya :” Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu dzat yang bagus, maka Allah tidak menerima kecuali perkara yang bagus, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada Mu’minin sebagaimana yang diperintahkan kepada para utusan”. Maka Allah berfirman:

$ygƒr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=à2`ÏBÏM»t6ÍhŠsÛ$tBöNä3»oYø%yu(#rãä3ô©$#ur¬!bÎ)óOçFZà2çn$­ƒÎ)šcrßç7÷ès?ÇÊÐËÈ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Abu Huroiroh berkata : Ada seorang laki-laki melakukan perjalanan panjang yang berantakan dan berdebu rambutnya, dia  mengangkat tangannya ke langit dengan berkata {يا رب, يا رب} dan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia diberi makanan yang haram.
Alangkah banyaknya orang muslim dengan hitungan ibadah, memberi lisan bentuk ceramah yang menandai, alangkah sedikitnya orang Islam dengan menjaga diri dalam harta yang haram. Maka apakah aku harus mengabulkannya?
Alangkah banyak orang Islam pada saat ini ketika kamu menghitung dengan hitungan sholat dan ibadah dlohir yang memegang tasbih di tangannya dan membiasakan lisan untuk mauidloh dan kalimat-kalimat agama yang dihias-hiasi.
Namun alangkah sedikitnya dalam hitungan yang menjaga dirinya dari jatuhnya perkara haram dan menetapi batas-batas yang telah ditentukan Allah di dalamnya. Dan kalau dihitung dengan memandang ridlo Allah itu seperti di dalam saku, banyak kita melihat orang Islam dianggap bagus dan lebih utama, mereka menguntai ucapan yang manis dalam dakwah Islam, ketika terlihat bagi mereka jalan perdagangan yang menguntungkan menyebabkan sebagian melenceng dari hukum-hukum Islam, dia cepat-cepat menerjang jalan tadi  dalam dengan tanpa takut dan malu. Ketika diingatkan sesama Islam dia menta’wil dengan perkara yang tidak bisa di ta’wil. Dia membuat fikih baru yang tidak ada dalilnya
Empat obat ini adalah jalan yang harus dilalui untuk memperbaiki keadaan hati dan melepaskan dari penyakit yang samar, yang diibaratkan al-Qur’an dengan bathinul itsmi.
Tanpa menggunakan obat ini dan pentingnya bathinul itsmi, maka suatu perkara tidak patut bagi muslimin, jamaah yang benar tidak mengumpulkan mereka dan tidak bisa terlepas dari rintangan mereka yang berbeda-beda yang banyak terjadi dimasa sekarang.

Ringkasan
Ini adalah ringkasan dari setiap apa yang telah kita bahas, sesungguhnya orang islam saat ini itu saling mengadu, saling terpecah-belah, dan saling acuh tak acuh, mereka bertanya tentang apa yang bisa menyatukan jalan mereka?
Jawabannya adalah sesungguhnya yang dapat memecah perkara umat Islam adalah dinding pemisah yang berada dalam hati mereka, tanpa menghilangkan dinding pemisah ini maka mereka tidak akan bisa bersatu dan keadaan mereka tidak akan membaik. Penghalang (dinding pemisah) ini lebih kuat pengaruhnya dari pada forum-forum dan pertemuan-pertemuan rutin yang menjadi simbol pemersatu. Kita telah menyelesaikan pembahasan tentang dinding pemisah ini, macam-macamnya serta pengaruh-pengaruhnya yang bohong dalan kehidupan umat islam. Kemudian kita telah bahas pula obat-obat atau penawar yang dapat menghancurkan dinding pemisah ini dan menghilangkannya dari hati kita. Inti atau ringkasan dari pembahasan tentang penawar yang dapat menghancurkan dinding pemisah ini adalah sebuah keikhlasan. ketika ikhlas itu terwujud dalam hati para umat muslim, maka hilanglah sifat sombong dalam hati dan timbullah ketawadlu’an, hilanglah sifat kebencian(kemarahan) dari hati dan timbullah kasih sayang (belas kasih) dalam hati, hilanglah sifat cinta dunia(sifat terlalu senang dengan pangkat-pangkat dan rayuan dunia) dan timbullah sifat senang akan ridlo Allah serta keselamatan dari siksa dan ancaman-ancaman Allah dan kefanatikan dengan berbagai bentuk dan macam-macamnya itu akan hilang. Dengan begitu, akan menimbulkan ketundukan dalam hati mereka terhadap agama islam.
Ikhlas adalah kalimat yang mudah diucapkan di lisan dan menyenangkan hati ketika didengar. Oleh sebab itu, kalimat ikhlas itu sangat familiar dan sering diulang-ulang. makna ikhlas itu agung-agungnya makna, dalam artian sifat yang penting dalam kehiduapn manusia. Meskipun seperti itu ucapan ikhlas jauh dari pengaruh masyarakat. ikhlas itu dapat membelah nafsu-nafsu dalam keadaan sempit, kecuali jika kalimat ikhlas yang mempunyai makna penting itu hilang dan jauh dari pengaruh kalimat itu sendiri. Pada masyarakat ini banyak orang-orang yang mengaku dengan kalimat ikhlas untuk suatu perdagangan, denagn kalimat ikhlas itu hanya dibuat sebagai hiasan oleh orang-orang yang berbohong serta orang-orang yang mempunyai simbol-simbol yang kosong.
Sesunnguhnya ikhlas itu ketika tetap  di dalam hati, maka tertancaplah rasa untuk berkorban disertai rasa ikhlas itu sendiri dalam diri seseorang. Apa yang dikorbankan oleh orang-orang ikhlas itu? Sesungguhnya orang yang ikhlas itu mengorbankan beberapa kesenangannya dan penyakit-penyakit nafsu di jalan yang benar, mukhlis mengorbankan semua itu disertai denag rasa mengihlaskannya. Bagi orang yang resah bahwasannya tidak bisa menemukan jalan menuju kebenaran, karena dirinya sudah sangat tertawan oleh nafsu. Orang yang seperti itu membiasakan dirinya melakukan hal sudah tersebut.
Adapun orang yang tidak menghendaki melakukan hal ini dan itu, maka sebaiknya berhenti untuk mengaku-ngaku islam dan memegang dengan nama islam. Cukuplh dari kita untuk keramaian yang terus-menerus dalam perpecahan dan sifat saling acuh tak acuh antar umat muslim.
Orang yang tidak melihat sesuatu yang dapat mencegah pengembangan hukum Allah, mempermainkannya, mempertahankan pangkat keduniawiannya dan melakukan kesenangan nafsunya, orang-orang seperti itu tidak pantas mengucapakan kalimat yang satu atas perpecahan dan sifat saling acuh tak acuh antar umat muslim. Orang seperti itu juga tidak merasakan susahnya umat muslim dalam suatu perkara serta tidak ada damai dalam hatinya. Artinya hidup atau susah. Orang hidup didunia yang membiarkan didalamnya kesombongan, mengurusi keegoan, dan membela dari kefanatikan itu tidak pantas memakai atas namanya dengan muslim, hingga bercampur antara semangat beragama dangan  semangat kesombongan, bercampur antara pemebelaan yang haq dengan pembelaan yang tergolong kefanatikan.
Orang yang memahami tentang islam dengan kepahaman bahwa didalamnya terdapat ketawadluan diri, kehambaan didalam hati, dzikir yang melebihi waktu dan do’a yang dipanjatkan pada waktu sahur itu hanya mengharapkan (dalam khayalan) berupa ucapan, gerakan dan merencanakan saja. Memahami islam tidak harus membicarakan tentang simbo-simbol keislamannya yang berada  diantara ayat-ayat Allah, sunnah Rasulullah serta ulama’-ulama’ salafussholih dari orang-orang terdahulu. Sebenarnya mereka itu membahas tentang pemimpin-pemimpin madzhab dan pemikir-pemikir modern. Mereka hanyalah membahas diantara pemimpin-pemimpin madzhab dan pemikir-pemikir modern, serta orang yang ada disekitarnya saja yang mampu mengekspor ideologi yang mereka harapkan untuk mengisi wadah islam.
Orang yang senang dengan tidak adanya islam dari terlalu fokus di masjid-masjid dan musholah, tidak mewajibkan wiridan yang diulang-ulang setiap pagi dan sore dan nasyidan yang menyegarkan hati mereka diatas pemahaman bahwa hal tersebut bisa memperbaiki hati. Orang yang seperti itu wajib untuk  tidak mengulangi ayat jihad, tidak perlu mengingat perjalanan Rasulullah dalam gerakan mendirikan masyarakat Islam dan hukum Islam, tidak perlu mengingat sesungguhnya rasulullah telah membnagun masyarakat islam yang agung kemudian memasrahkan amanatnya pada penerus agama setelahnya.
Adapun orang yang memahami Islam dengan benar adalah orang yang diberi iman yang satu oleh Allah azza wa jalla, meyakini Tuhan yang satu, meyakini bahwa makhluk di dunia ini supaya menyembah pada Allah dengan usaha dan ikhtiyar. Sebagaimana Allah itu menciptakan hambanya sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa ada keterpaksaan. Orang yang beriman meyakini sesungguhnya tempat kembali itu kepada Allah dan mereka akan mendapat balasan dari apa yang dahulu mereka lakukan.
Kemudian amalan tersebut dilakukan terus-menerus untuk menolak nafsu amarah dengan keburukan yang ada di jalan-jalan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk mendorong masyarakat yang ada didalamnya untuk naik memegang hukum yang telah diturunkan Allah. Orang yang pemahamannya seperti ini, itu dianggap sebagai bibit unggul untuk mempersatukan umat Islam yang baik, perkara yang berada diatas poros ini memungkinkan dapat mempersatukan perkara-perkara orang islam. Dari permulaan inilah Allah menolong jamaah orang Islam dan membantu mereka dengan pertolongan-Nya. Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin.

Perjanjian Didepan Allah
Thariqoh Sa’idiyah
1.      memulai aktivitas dengan sholat shubuh berjama’ah dimasjid terdekat lebih baik lagi jika bangun sebelum shubuh dan sholat tahajjuad dahulu lantas kita berdzikir, bermunajah, dan berdo’a menghadap Allah sampai terbitnya matahari
2.      Ketika mendengar suara adzan dimanapun kita berada dan dalam keadaan apapun, maka kita harus cepat-cepat menuju masjid terdekat untuk melakukan sholat berjama’ah. Karena seorang muslim yang selalu menuju dan mengungsi kerumah Allah lima kali dalam sehari semalam, maka aktivitas keduniaannya tidak akan membahayakannya.
3.      Berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak menggunakan umur kita yang berharga kecuali untuk taat kepada Allah, bekerja untuk mencari ilmu dan rizki yang halal, dan untuk beristirahat karena merasa bosan dan lelah.
4.      Ketika kita hendak tidur, maka kita harus membayangkan bahwa kemungkinan tidur ini adalah tidur untuk selama-lamannya, tidur terakhir kita dialam dunia. Sebelum tidur, kita mengingat-ingat umur kita yang telah lalu yang kita gunakan untuk permainan dan maksiat lalu kita beristighfar kepada Allah dengan perasaan susah dan menyesal. Kemudian membaca surat an-Naas, al- Falaq, al-Ikhlas, al-Kafirun dan do’a-do’a tidur. Setelah itu, kita berusaha untuk tidur dalam keadaan suci membaca tasbih, tahmid, takbir, istighfar, dan dzikir.
5.      Ketika kamu mendapatkan kenikmatan atau cobaan, maka jangan lupa hakikat bahwa tidak ada yang memberi manfaat dan tidak ada yang menolak madhorot kecuali Allah SWT. Semua manusia tidak bisa mengatur dirinya apalagi mengatur orang lain. Lalu gantungkan hatimu kepada Allah semata, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar atas cobaaan-Nya, dan bersimpuh didepan pintu-Nya.
6.      Sesudah kamu melakukan sholat dan selesai dari aurad-auradmu, maka jangan berdiri dulu sebelum mengangkat tanganmu kepada Allah seraya berdo’a dengan segala kerendahan hati dan penuh kehinaan, meminta kepada-Nya untuk memberikan hajat-hajatmu, menghindarkan dari segala ketakutanmu, dan mengampuni segala kesalahanmu. Tidak ada kebaikan dalam sholat yang tidak diakhiri dengan berdo’a kepada Allah SWT.
7.      Ketika kamu merasa ditinggalkan manusia dan dibenci oleh mereka maka jadikanlah ridho Allah sebagai pelipur hatimu. Dan ketahuilah bahwa hal itu lebih baik dari pada manusia mneyukaimu tetapi engkau dibenci Allah.
8.      Ketika nafsumu menarikmu untuk ghibah (membicarakan kejelekan) pada saudaramu, maka ingatlah bahwasannya kamu mempunyai banyak kecacatan dan apabila Allah membukannya niscaya kecacatanmu itu menjadi pembicaraan manusia dan menjadi bahan penggunjingan diantara mereka. Jika kamu mengingat hal ini maka kamu akan menjadi malu kepada Allah untuk melakukan ghibah yang diharamkan ini. Lalu kamu akan focus kepada Allah atas nikmat-Nya yang berupa ditutupinnya kecacatanmu.
9.      Berusahalah sekuat tenaga untuk menjadikan modalmu yang kamu haturkan nanti dihadapan Allah berupa hati yang suci berupa kotoran kebencian. Karena taat yang sedikit itu menjadi cukup kalau keluar dari hati yang bersih. Dan banyaknya taat tidak mencukupi kalau keluar dari hati yang kotor dan penuh dengan kebencian.
10.  Ketika nafsumu mengajak untuk melakukan keharaman atau keluar dari perjanjian ini, maka ingatlah akan kematian karena kematian itu akan mengecilkan besarnya maksiat-maksiat dan menjadikan besar danb banyaknya ibadah dan taat.

“ Do’akanlah saudaramu ini untuk bisa menetapi perjanjian ini, dan aku do’akan kamu juga bisa menetapinya….Amiiiin”



[1] Q.s Al-an’am: 162
[2]Qs. Al Ankabut :17.
[3]Qs. An Nisa’ :32.
[4]Ad-dzariyat: 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar