Rabu, 10 Agustus 2016

KH. Wahab Husain “Ulama Pembimbing Ummat”




    Oleh: Khoirudin Aziz

                          Foto KH. Wahab Husain

Sarang merupakan daerah pesisir laut utara yang membatasi antara jawa tengah dan jawa timur. Daerah ini sejak dahulu terkenal melahirkan ulama-ulama alim yang berbasis Ahlussunah Waljama’ah. Suatu ketika salah satu ulama asli sarang dalam mauidzahnya mengemukakan “ di sarang itu tidak ada yang berani mendirikan ormas Islam satupun, kecuali NU. Jadi sampai saat ini di Sarang hanya ada satu ormas Islam yaitu NU”. Jadi layak saja bila sarang mendapatkan selogan “Sarang Kota Santri”. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya pesantren salaf yang berdiri di sarang seperti al-Anwar, MIS, MUS, al-Hidayah, al-Amin, Nurul Anwar, MGS dan masih banyak lainya. KH. Wahab Husain termasuk ulama asli sarang yang ikut mengharumkan Sarang, meski dalam dakwahnya beliau tidak sepenuhnya di Sarang melainkan di Sulang.
Seperti di negara Arab, nama seorang ayah biasanya di letakkan di belakang nama putranya. Begitupun dengan syaikhina KH. Wahab Husain. Husain merupakan nama ayahnya. Beliau dilahirkan di Sarang pada tahun 1926 M. Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang sangat peduli dengan pendidikan, lebih-lebih dalam pendidikan agama Islam. Jadi ke’alimannya pun dalam berbagai fan ilmu agama Islam tidak diragukan lagi. Sejak kecil beliau di didik oleh pamannya, KH. Zubair dahlan (Ayah KH. Maimoen Zubair). KH. Wahab Husain dan KH. Maimoen Zubair Sarang adalah sepupu.
Dalam menekuni ilmu agama, beliau merasa belum puas hanya dari pamannya saja, meski sudah alim KH. Wahab Husain memutuskan untuk melanjutkan pengembaraan ilmu di pesantren lain, tepatnya di pesabtren Lirboyo Kediri. Beliau tidak sendirian, namun bersama-sama dengan KH. Sahid pengasuh pesantren Kemadu Sulang dan sepupunya yaitu Syaikhina KH. Maimoen Zubair Dahlan pengasuh pesantren al-Anwar Sarang. Oleh sebab itu, karena kedekatan mereka bertiga, mereka mendapatkan gelar tiga serangkai. Namun, atas kehendak Allah sampai saat ini yang masih hidup tinggal satu, yaitu KH. Maimoen Zubair.
Seusai dari Kediri, beliau kembali ke Sarang dan sempat menjadi bagian tentara kemerdekaan yaitu Brigade Hizbullah. Tapi kemudian beliau mengundurkan diri dari tentara kemerdekaan yaitu Brigade Hizbullah, hal tersebut atas permintaan pamannya (KH. Zubair Dahlan) untuk kembali mengajar. Bersama KH. Maimoen Zubair, beliau mendirikan lembaga pendidikan yaitu MGS (Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyah) yang sampai saat ini masih aktif dan berkembang pesat. Di sarang beliau pernah menjadi pengusaha garam dan nelayan. KH. Wahab Husain juga pernah bermukim dan belajar langsung di Makkah bersama ayahanda sayid Muhammad ketika usai menjalankan ibadah haji. KH. Wahab Husain menikah dengan ibu nyai Muslikhah. Ketika itu ibu nyai baru berusia 16 tahun. Setelah itu beliau bermukim di Sulang sampai akhir hidupnya. Dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai 7 anak. 2 diantaranya meninggal dan sampai saat ini masih 5. Sedangkan pengganti KH. Wahab Husain saat ini adalah KH. Arif Zainal Arifin Wahab (Gus Arip).