Rabu, 03 Juni 2015

Haji dan Umrah (fiqh al-Manhajj)



Haji dan Umrah

1.      Pengertian dan disyariatkanya haji dan umrah
1.      Makna haji:
a.       Makna haji secara bahasa: berkehendak(berniat),menyengaja.
b.      Makna haji secara istilah: menyengaja/bermaksud ke Baitul haram untuk melaksanakan ibadah yang ditentukan dengan syarat-syarat yang ditentukan.
2.      Makna Umrah:
a.       Makna Umrah secara bahasa: Berkunjung, yang dimaksud disini adalah berziarah/berkunjung di tempat yang’amir
b.      Makna Umrah secara syarak: berkehendak berkunjung ke baitul haram, di dalam selain waktu haji, karena melaksanakan ibadah yang ditentukan dengan syarat-syarat yang di tentukan.
II. Perbedaan Haji dan Umrah:
            Haji berbeda dengan umrah dari segi waktu dan sebagian dibeberapa hukum. Adapun dari segi waktu haji dikerjakan pada bulan yang maklumat. Tidak diperbolehkan di selain bulan tersebut. Dan niat haji tidak sah jika dikerjakan kecuali di bulan tertentu. Dan bulan haji yaitu: Syawal, Dzulqa’dah, sepuluh hari dari bulan Dzil Hijjah. Adapun umrah sunnah dikerjakaan pada setiap waktu, tidak ada hari-hari haji bagi orang yang berniat.
            Dan adapun dari segi hukum, haji di dalamnya ada wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina. Dan di dalamnya ada lempar jumrah. Dan adapun umrah tidak ada sesuatu di dalamya dari ini, seperti keterangan ini: Niat, tawaf, sa’i, mencukur atau cuma memendekkan saja. Dan dari arah lain, maka sesungguhnya haji menurut kesepakatan diantara ulama’ adalah wajib. Adapun umrah para ulama’ berbeda pendapat dalam kewajibanya.
III. Waktu Disyariatkanya Haji dan Umrah
            Sesungguhnya penyariatan haji dan umrah itu pada tahun ke-9 dari hijrah nabi Muhammad Ṣalallāhu’alyhiwasallām. Dengan dalil sabda Rasulullah. Salallāhu’alyhiwasallām yang mana diriwayatkan oleh 2 guru kita(Imam Bukhari dan Imam Muslim). Datang kepada nabi pada permulaan tahun ke-9 dari hijrah. Dan mereka bertanya kepada nabi perkara-perkara yang diwajibkan untuk mereka lakukan.
((امركم بالإيمانبالله, وإقا م الصّلاة, وإيتاءالزّكاة, وصوم رمضان, وأ ن تعطواالخمس منامغنم))
Rasulullah Ṣalallāhu’alyhiwasallām memerintah mereka untuk Iman kepada Allah Subhānallāhuwata’āla, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan, dan memberikan 1/5 dari harta rampasan.
IV. Hukum Haji dan Umrah dan Dalilnya
1.      Hukum Haji dan Dalilnya:
            Haji itu fardu, dan rukun dari beberapa rukun Islam. Mengenai hal itu tidak ada salah satu pun dari orang-orang muslmin yang berbeda pendapat. Dan dalilnya adalah dari kitab al Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.
            Adapun dalil dari kitab al Qur’an yaitu pada surah al Imran ayat 96-97:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ . فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ.
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
            Adapun dalil dari hadith:
((بني الإسلا م على خمس: شها دة أن لاإله إلا الله وأن محمدارسوالله,  وإيتاءالزّكاة, وصوم رمضان, وحج البيت لمن استطاع إليه سبيلا)).
“Islam didirikan di atas lima perkara, Syahadat, Mendirikan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu melaksanakanya”.
           


            Adapun dalil dari Ijma’:
فقد اتفقت كلمة علماء المسلمين على فرضيته من غير أن يشذ منهم أحد, ولذ لك  حكموا بكفر جاحده إنكار لما ثبت بالقران, والسنة, والإجماع.
“Maka para ulama’ telah sepakat atas kewajiban haji tanpa ada salah satu dari mereka yang menyimpang. Dan maka dari itu ulama’ menghukumi kafir terhadap orang-orang yang mendustakan karena dia mengingkari sesuatu yang telah ditetapkan oleh kitab al Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.

2.      Hukum Umrah  dan Dalilnya
            Umrah itu fardu, seperti haji menurut qaul adzhar. Dari pendapat Imam Syafi’i. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan terhadap wajibnnya umrah yaitu di dalam kitab al Qur’an dan Sunnah (hadith).
            Adapun dalil dari kitab al Qur’an, yaitu firman Allah Subhānallāhuwata’āla
pada surah al Baqarah ayat 196:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya”.
            Adapun dalil dari hadith yaitu:
فقوله صل الله عليه وسلم فيما رواه ابن ماجه والبيهقي وغير هما بأ سانيد صحيحة عن عا ئشة  رضيالله عنها: قلت: يا رسول لله, هل على النساء جهاد؟قا ل: ((نعم, جها د لا قتا ل فيه: الحج والعمرة)).
“Wahai Rasulullah Ṣalallāhu’alyhiwasallām, apakah kaum wanita itu diwajibkan untuk jihad?, Beliau menjawab: Ya, mereka diwajibkan jihad tanpa perang di dalamnya, yaitu haji dan umrah”.


Perhatian

            Pertama: Berapa kali diwajibkan haji dan umrah atas orang yang mampu melaksanakanya?
            Ulama’ sepakat sesungguhnya haji dan umrah itu tidak wajib bagi orang yaang telah mampu kecuali hanyaa satu kali dalam seumur hidup, namun apabila nadzar maka wajib memenuhinya/ melaksanakan nadzarnya.
“ Rasulullah Ṣalallāhu’alyhiwasallām pernah berkhatbah di hadapan kami, Beliau berkata: sesungguhnya Allah Subhānallāhuwata’āla telah mewajibkan ibadah haji atas kamu sekalian, maka berjihadlah! Seorang laki-laki bertanya: Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?, Beliau diam tidak menjawab, sehingga laki-laki itu mengulang pertanyaanya sampai tiga kali. Rasulullah Ṣalallāhu’alyhiwasallām kemudian menjawab: Jika aku katakan iya, niscaya akan wajib setiap tahun dan kalian semua tidak akan mampu melaksanakanya. Beliau melanjutkanya, biarlah apa yang aku katakan kepada kamu sekalian! Sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah binasa karena mereka banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabinya. Maka apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kamu sekalian laksanakanlah sesuai dengan kemampuanmu dan jika aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian janganlah kamu kerjakan”.
            Hadith dari Jabir bin Suraqah, Beliau bertanya kepada Rasulullah Ṣalallāhu’alyhiwasallām tentang umrah. Ya rasulullah Ṣalallāhu’alyhiwasallām apakah ini untuk tahun ini atau untuk selamanya?. Kemudian Rasululah Ṣalallāhu’alyhiwasallām mentasbekkan antara jari-jarinya, Beliau bersabda: Umrah itu masuk haji: 2 kali, tidak, umrah untuk selamanya”.
Kedua: Apakah sah orang yang mengahirkan haji dan umrah bagi orang yang memiliki kewajiban atau wajib segera melaksanakanya?
            Madzhab Imam Syafi’i , Sesungguhnya haji dan umrah itu tidak wajib segera, maka memperbolehkannya mengahirkan haji dan umrah karena selama perintah haji dan umrah tidak mengulang.
            Firman Allah Subhānallāhuwata’āla pada surat al Maidah ayat 48:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”.
Ketiga: Berapa kali nabi Muhammad Ṣalallāhu’alyhiwasallām melakukan haji?
            Nabi muhammad Ṣalallāhu’alyhiwasallām melakukan haji satu kali, dan pernah empat kali menunaikan umrah. Umrah di Dhzil Qa’dah, umrah di Hudaibah, Umrah beserta haji, umrah Ji’ranah ketika Beliau membagi-bagikan harta rampasan perang Hunain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan mengatakan: Hasan, shahih. Dan diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dan Imam Nawawi berkata di syarah kitab Muslim: “Salah satunya pada bulan Dhzulqa’dah perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 dari Hijrah, dan di halang-halangi dalam umrahnya kemudian melakukan tahalul dan umrahnya tetap dianggap, yang kedua di dalam bilan Dhzul qa’dah tahun ke-7 dan itu umrah qada’, yang ke-3 di dalam bulan dhzulqa’dah tahun ke-8 yaitu penahlukan kota Makkah, dan yang ke-4 umrah bersamaan dengan haji”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar