Rabu, 20 April 2016

Telaah Terhadap Pemikiran Orientalis Al Qur`an John Wansbrough



TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN ORIENTALIS AL QUR`AN JOHN WANSBROUGH


Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pemikiran Orientalis Dalam Kajian Al-Qur`an

Dosen Pengampu:
Abdul Wadud Kasful Humam, M. Th. I

Oleh:
Khoirudin Azis
NIM: 2013.01.01.184
Ahmad Murtadlo
NIM: 2013.01.01.144









PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
 SARANG REMBANG
2016

Foto dalam rangka penghijauan/penanaman 1000 pohon di area Sarang Rembang
TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN ORIENTALIS JOHN WANSBROUGH ATAS AL QUR`AN
Oleh: Ahmad Murtadlo dan Khoirudin Azis


I. Pendahuluan
Al Qur`an merupakan kitab suci yang diyakini semua umat Muslim sebagai petunjuk hidup sepanjang zaman. Sehingga tidak heran bila banyak orang yang tertarik untuk mengkaji al Qur`an. Kajian terhadap al Qur`an tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim saja, namun juga dilakukan oleh umat non Muslim. Dalam melakukan kajian ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda, terutama bila kajian orang Muslim dibandingkan dengan kajian orang Barat. Orang Muslim mengkaji al Qur`an dengan memiliki dasar keimanan, sedangkan orang non Muslim sama sekali tidak memiliki keimanan. Sejak awal non Muslim menganggap al Qur'an sama sekali bukan kalam Ilahi. Mereka menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk menilai al Qur'an.
Banyak sarjanawan Barat ketika mengkaji al Qur`an dengan perspektif historis tanpa memperhatikan ruh spiritual yang melingkupi di dalamnya. Pada akhirnya, terlepas dari motivasi mereka mengkaji al Qur`an itu sendiri, banyak dari mereka yang hanya menyimpulkan kajiannya pada posisi yang tidak semestinya. Salah satu tokoh orientalis yang mengkaji al Qur`an adalah John Wansbrough. Secara umum karya John Wansbrough memberikan kritik yang tajam atas kenabian Muhammad dan al Qur`an. Kenabian Muhammad dianggap sebagai imitasi (tiruan) dari kenabian nabi Musa yang dikembangkan secara teologis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Arab. Sedangkan al Qur`an bukan merupakan sumber biografis Muhammad, melainkan sebagai konsep yang disusun sebagai teologi Islam tentang kenabian.
Oleh sebab itu, di dalam makalah ini akan mencoba membahas tentang orientalisme al Qur`an John Wansbrough, yang mencakup: biografi John Wansbrough, pandangannya terhadap al Qur’an, serta tanggapan dan kritikan atas pemikiran John Wansbrough.
II. Biografi John Wansbrough
John Wansbrough adalah seorang ahli tafsir terkemuka di London. Ia memulai karier akademiknya tahun 1960. Pada saat itu, ia menjadi staf pengajar di Departemen  sejarah di School of Oriental and Africa studies (SOAS University of London). Kemudian ia menjadi dosen bahasa Arab yang berada di naungan Departemen Sastra Timur Dekat. Ia sempat juga menjabat direktur di universitas tempat ia bekerja.[1] Selain itu Wansbrough juga menyukai kajian literature, Ia banyak meneliti tentang sejarah perdagangan di kawasan Mediterania dan yang berkaitan dengan Yahudi-Arab. Wansbrough juga pernah meneliti dokumen zaman pertengahan dengan fokus pada kajian literatur berbasis produk budaya, di sinilah awal mula ketertarikan Wansbrough dengan studi al Qur`an.[2]
Wansbrough tergolong orang yang cukup produktif, terbukti banyak literature yang ditulisnya. Salah satunya adalah Qur’anic Studies: Source of Methodes of Spiritual Interpretation. Buku ini ditulis John Wansbrough selesai pada bulan Juli tahun 1972 dan dicetak tahun 1977 di Oxford Universty Press. Karyanya yang lain adalah “A note on Arabic rethoric” dalam Lebende Antika: Symposium fur Rudolf Suhnel,”Arabic Retoric and Qur’anic Exegis dalam bulletin of the school of oriental and african studies, Majaz al-Qur’an: Pheriparastic exegis, The Sectarian Milleu Content and composition of Islamic Salvation History. Dilihat dari karya-karya Wansbrough tampak bahwa John Wangsbrough sangat intens dalam mengkaji al Qur’an dan yang terkait di dalamnya.[3]
Selain menulis buku-buku tentang al Qur`an Wansbrough juga menulis buku tentang cerita-cerita fiksi yang berjudul “Let not the Lord Speak” dan sebuah novel berjudul “Palimpsest”, dan juga masterpiecenya Qur’anic Studies: Sources and Methods of Scriptual Interpretation.[4]
III. Pandangan John Wansbrough Terhadap Al Qur`an
A.    Historisitas al Qur`an
Dengan pendekatan kesejarahan studi al Qur`an di Barat dikaitkan dengan kitab suci tradisi Yahudi dan Kristen, John Wansbrough menganggap al Qur`an berasal dari tradisi Yahudi dan Perjanjian Lama. Menurutnya ajaran tentang kemukjizatan al Qur`an adalah imitasi dari tradisi Yahudi tentang Taurat Musa.
Di dalam karyanya yang berjudul Qur`anic Studies, Source and Methods of Scriptural Interpretation, John Wansbrough menganggap al Qur`an sebagai karya sejarah atau rekaman situasi dari budaya Arab abad ke 7 dan 8 M.[5] Teks yang selama ini diterima dan diyakini kaum Muslimin sebenarnya fiktif yang direkayasa oleh kaum Muslimin. John Wansbrough berkeyakinan, teks al Qur`an baru menjadi baku setelah tahun 800 M.[6]
Pada tahun 1977, John Wansbrough menerapkan literary/source criticism dan form criticism ke dalam studi al Qur`an. Ia berpendapat kanonisasi teks al Qur`an terbentuk pada akhir abad ke 2 Hijriah. Oleh sebab itu, semua hadis yang menyatakan tentang himpunan al Qur`an harus dianggap sebagai informasi yang tidak dapat dipercaya secara historis. Semua informasi tersebut mungkin dibuat para fuqaha untuk menjelaskan doktrin-doktrin syari’at yang tidak ditemukan di dalam teks, atau mengikuti model periwayatan  teks orisinal pantekosta dan kanonisasi kitab suci Ibrani.[7]
B.     Keotentikan al Qur`an
Para orientalis al Qur`an umumnya memang mempertanyakan otentitas al Qur’an dengan melemparkan semacam tuduhan, mulai dari doktrin ajaran dasarnya yang dipandang berdasar pada tradisi Kristen dan Yahudi, masa kodifikasi yang bukan pada abad ke tujuh tetapi pada abad ke sembilan, sampai tuduhan nabi Muhammad sebagai pembuat al Qur’an itu sendiri.[8]
Hal semacam itu juga dilontarkan oleh John Wansbrough, yang diutarakan dalam karyanya Qur`anic Studies, Source and Methods of Scriptural Interpretation, yang juga mempersoalkan keotentikan al Qur’an. Ia berpandangan bahwa al Qur’an adalah kompilasi dari hadis dan karenanya dibuat pada masa pasca wafatnya nabi Muhammad. Pendapat John Wansbrough yang sangat ekstrem tersebut berangkat dari penegasianya terhadap semua sumber tentang al Qur’an yang berasal dari penulis Muslim. Dalam penelitianya, John Wansbrough hanya mengandalkan literatur kontemporer karya non Muslim saja, ditambah dengan data dari temuan arkeologi, epigrafi, dan numismatik. John Wansbrough mengklaim model penelitian seperti itu didasarkan pada metode kritik terhadap sumber.[9]
Kenyataan bahwa sumber-sumber Muslim yang ditulis oleh kalangan tradisional (kodifikasi al Qur`an, hadis, sejarah sahabat, dan sejarah nabi) belakangan ini diklaim oleh kesarjanaan Barat kontemporer sebagai menyisakan persoalan mendasar. Persoalan itu muncul dikarenakan sumber-sumber itu ditulis belakangan jauh setelah peristiwa itu terjadi. Sehingga sumber informasi itu perlu dipertanyakan tingkat keakurasiannya karena tidak merepresentasikan fakta yang sebenarnya terjadi.[10]
Selain itu, John Wansbrough juga mempersoalkan ayat-ayat al Qur`an yang bekenaan dengan kenabian nabi Muhammad. Ia berpendapat bahwa kenabian nabi Muhammad merupakan sebuah imitasi dari nabi Musa. Sedangkan wahyu atau ucapan Muhammad sendiri derajatnya sangat rendah, meskipun al Qur`an menyebutnya sebagai nabi. Namun al Qur`an menyebutkan kelebihan nabi-nabi lain yang tidak dimiliki oleh Muhammad, misalnya dalam beberapa ayat al Qur`an:
1.      Adam menerima kalimat (QS. al-Baqarah 37)
2.      Tuhan mengangkat nabi Ibrahim sebagai imam bagi manusia dan mengujinya dengan beberapa kalimat (QS. Al-Baqarah 123)
3.      Tuhan berbicara langsung dengan nabi Musa (QS. An-Nisa 164)
4.      Keadaan Musa ingin melihat Tuhan (QS. Al-A’raf 143)
5.      Mu’jizat nabi Musa (QS. An-Naml 8-12)
6.      Diperkuat dengan roh kudus (QS. Al Baqarah 253).[11]
Ayat-ayat di atas menurut John Wansbrough menunjukkan kelebihan nabi Musa dan nabi-nabi lainya. Atas pendapat John Wansbrough di atas dengan menganalisa adanya persamaan nabi-nabi dalam al Qur`an dan beberapa keistimewaan nabi Musa, akhirnya John Wansbrough berkesimpulan bahwa nabi Muhammad berada di bawah nabi Musa dan nabi-nabi lainya. Sedangkan al Qur`an menurut John Wansbrough bukan sebagai sumber biografis Muhammad, melainkan sebagai konsep yang disusun sebagai teologi Islam tentang kenabian.[12]
Adapun mengenai ayat-ayat tentang perjalanan Isra nabi Muhammad yang disebut di dalam al Qur`an, John Wansbrough mengungkapkan bahwa informasi yang terdapat di dalam al Qur`an tersebut tidak benar, karena di dalam surat al Isra; 1 menurut John Wansbrough merupakan ayat yang menjelaskan perjalanan malam nabi Musa dan dimodifikasi oleh penulis al Qur`an menunjukkan adanya tambahan, sehingga seolah-olah Muhammad sendiri yang melakukan perjalanan malam.[13]
Utntuk membuktikan pernyataannya itu, John Wansbrough menganalisis surat al-Isra: 1. Ayat pertama pada surat al-Isra tidaklah berkaitan tentang peristiwa Isra nabi Muhammad sebagaimana dipropogandakan nabi dan diyakini umat Islam. Menurut John Wansbrough, ayat ini berkaitan dengan peristiwa nabi Musa dan kaumnya dari Mesir ke Israel.[14]


C.     Metode John Wansbrough Dalam Mengkaji Al-Qur`an
John Wansbrough dalam melakukan kajiannya menggunakan dua metode, yaitu:[15]
1. Metode Critical of Historis
Metode ini sebenarnya berasal dari studi kritis kepada Bible. Metode  Critical of Historis tersebut karena Bible memiliki persoalan yang sangat mendasar seperti persoalan teks, banyaknya naskah asal, versi teks yang berbeda-beda, redaksi teks, gaya bahasa teks dan bentuk awal teks (kondisi oral sebelum Bible disalin).
2. Metode Literary Criticism
Metode yang kedua yang digunakan John Wansbrough dalam mengkaji al-Qur`an adalah kritik sastra metode Literary Criticism.  Terkadang metode ini disebut sebagai studi sumber, berasal dari metodologi Bible.
Pendekatan sastra ke dalam studi al Qur`an dilakukan oleh John Wansbrough. John Wansbrough berpendapat kanonisasi teks al Qur`an terbentuk pada akhir abad ke-2 H.
III. Krirtikan Terhadap Pemikiran John Wansbrough
Setiap pendapat seseorang pasti ada yang tidak setuju dan ada yang setuju, baik itu pendapat tentang perkara yang sepele atau juga perkara yang mempunyai kesensitifan yang luar biasa. John Wansbrough tidak terlepas dari berbagai kritikan terhadap pendapatnya tentang Islam, al Qur`an, dan Nabi Muhammad. Ketiga perkara ini termasuk bagian dari golongan perkara yang nomor dua yaitu perkara yang mempunyai kesensitifan yang luar biasa jika seseorang membahasnya, apalagi yang membahas perkara ini adalah non-Muslim.
Banyak sekali tokoh-tokoh yang mengkritik pendapat John Wansbrough ini dan yang menjadi titik tekan kritikan adalah berkenaan dengan prasangka dogmatik dan metode yang digunakan Wansbrough.[16] Misalnya saja Montgomery Watt, tokoh yang juga orientalis ini mengatakan bahwa dia meragukan Asumsi yang dilakukan John, untuk alasannya belum jelas karena belum ditemukan penjelasan yang detail tentang kritikan Watt terhadap John Wansbrough. Kemudian tokoh selanjutnya adalah Bucaille, ia mengkritkan pendapat John mengenai penyetaraan al Qur`an dengan Bibel, menurut Bucaille al Qur`an tidak dapat disangkal keotentikannya dan juga al Qur`an telah ada dan ditulis sejak zaman nabi Muhammad dan dikumpulkan oleh sahabat-sahabat nabi Muhammad.[17]
Selain kedua tokoh diatas ada Issa J. Boulatta dan Josep Van Ess yang juga tidak setuju dengan pendapat John Wansbrough. Issa J. Boulatta mengkritik keabsahan metode yang digunakan oleh john, bahkan Issa juga menolak seluruh tesisnya John Wansbrough. Adapun Josep Van Ess sama seperti Issa, tetapi terhadap metode yang digunakan John Wansbrough Issa menerimanya.[18] Sementara Fazlur Rahman adalah salah satu kritikus muslim yang gencar menyerang pemikiran John Wansbrough. Ia menganggap hasil yang dilakukan tidak memiliki bukti yang tegas dan bagi Rahman untuk mengetahui al Qur`an haruslah dicari dalam al Qur’an sendiri. Dalam kajiannya, ia menganggap bahwa kajian John Wansbrough mengancam masa depan orientalisme dan bertentangan dengan prasangka dogmatic kaum muslimin.
John Wansbrough melakukan perubahan istilah Islam dengan pemakaian ungkapan asing yaitu mengenai prinsip-prinsip penafsiran. Dalam Qur’anic Studiesnya, ia membagi prinsip-prinsip penafsiran dengan istilah principles of exegesis; tasiran Masoreti (Masoretic Exegesis), penafsiran Haggadi (haggadic exegesis), Deutungsbedurftigkeit, penafsiran Halaki (halakhic exegesis) dan retorika dan perumpamaan (Rhetoric and allegory).[19]

IV. Sikap terhadap Pemikiran John Wansbrough
Para pakar non-Muslim, betapapun dalamnya pengetahuan mereka, tidak akan memahami secara baik dan sempurna ajaran Islam. Karena itu hendaklah mereka tidak menjadikan diri mereka sebagai bagian dari kaum muslim atau menjadikan diri mereka sebagai penasihat dan pembela ajaran Islam. Apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim menyangkut akidah atau syariat mereka seharusnya dikembalikan kepada pendapat ulama-ulama Islam sendiri.
Tentang tuduhan John Wansbrough bahwa al Qur`an adalah kepanjangan kitab Taurat merupakan satu tuduhan yang tidak masuk akal. Kaum Muslim sendiri tidak menolak adanya kesamaan antara al Qur`an dengan kitab Taurat dan Injil atau Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bahkan sekian banyak para mufassir yang menjadikan kedua kitab itu sebagai referensi dalam menafsirkan al Qur`an. tetapi harus diingat bahwa sesuatu yang datang kemudian dan mempunyai kesamaan dengan yang datang sebelumnya adalah suatu jiplakan atau plagiat. Apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad yang memiliki kesamaan dengan nabi Musa dan nabi Isa adalah karena kesamaan sumber dari ketiganya yaitu Allah, bukan karena nabi Muhammad menjiplak dari keduanya. Nabi Muhammad bahkan sejak dini sudah mengakui bahwa ia adalah pelanjut dari risalah para nabi sebelumnya. Tuduhan Wansbrough yang lahir dari skeptisisme tentunya dapat dianggap sebagai salah satu bentuk subjektivitas dan sikap tendensius dirinya saja.[20]
V. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan mengenai orientalis al Qur`an John Wansbrough di atas dapat diambil kesimpulan seperti di bawah ini:
John Wansbrough adalah salah satu tokoh orientalis al Qur’an. Ia merupakan seorang ahli tafsir terkemuka dari London. Wansbrough tergolong seorang orientalis yang cukup produktif, terbukti banyak literature yang ditulisnya. Salah satunya yang populer adalah Qur’anic Studies: Source of Methodes of Spiritual Interpretation. Kajian yang dihasilkan selama melakukan penelitiannya terhadap al Qur`an melahirkan kritikan-kritikan yang begitu tajam baik itu dari orang Muslim maupun tokoh orientalis sendiri.
 John Wansbrough menganggap al Qur`an berasal dari tradisi Yahudi dan Perjanjian Lama. Menurutnya ajaran tentang kemukjizatan al Qur`an adalah imitasi dari tradisi Yahudi tentang Taurat Musa. Selain itu ia juga menganggap al Qur`an merupakan sebuah kitab suci yang diyakini orang Muslim tidak otentik. Ia berpandangan bahwa al Qur’an adalah kompilasi dari hadis dan karenanya dibuat pada masa pasca wafatnya nabi Muhammad. Dan masih banyak pendapat-pendapat John Wansbrough yang tidak selaras dengan apa yang diyakini oleh umat Islam.





















DAFTAR PUSTAKA
Azami , Muhammad Mustafa, Sejarah Teks al-Qur`an dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan Dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. terj. Sohirin Solihin, dkk. Jakarta: Gema Insani Pres, 2005.
Dardiri, Ahmadi Fathurrohman. Menelaah Pemikiran John Wansbrough Tentang Muhammad, Al-Qur`An, Dan Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2013.
Fadholi, Ahmad “Studi Kritis Terhadap Pemikiran John Wansbrough Tentang Historisitas Al-Qur`an”, Jurnal, ttp.: 2014.
Hamim, Thoha. “Menguji Autentitas Akademik Orientalis Dalam Studi Islam”. (Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, di Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya). 2013.
Muzayyin. “Kesarjanaan Revisionis Dalam Studi Al Qur`an (Upaya Merekonstruksi Sumber Awal Kemunculan Teks Al-Qur`an)”, (Skripsi, di IAIN Jember). 2015.
Syarifuddin , M. Anwar. Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan Tafsir. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. 2012.
Suryadalingga,  Fatih (al). “Kajian Atas Pemikiran John Wansbrough Tentang al-Qur`an dan Nabi Muhammad”. Jurnal Tsaqafah, di ISID, 2011.
Yuniarti. “Kenabian Nabi Muhammad Dalam Pandangan John Wansbrough”. (Skripsi, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. 2012.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. “Tradisi Orientalisme dan Framework Studi Al-Qur`an”,  (Jurnal, di Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo. t.tp.




[1] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan Tafsir, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2012), 91.
[2] Ahmadi Fathurrohman Dardiri, Menelaah Pemikiran John Wansbrough Tentang Muhammad, Al-Qur`An, Dan Islam, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), 6.
[3] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan Tafsir, 91-92.
[4] Ahmadi Fathurrohman Dardiri, Menelaah Pemikiran John Wansbrough Tentang Muhammad, Al-Qur`An, Dan Islam,7.
[5] Hamid Fahmy Zarkasyi, “Tradisi Orientalisme dan Framework Studi Al-Qur`an” (Jurnal, di Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo, t.tp), 14.
[6] M. M Azami, Sejarah Teks al-Qur`an dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan Dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terj. Sohirin Solihin, dkk., (Jakarta: Gema Insani Pres, 2005), 3.
[7] Ibid., 3.
[8] Thoha Hamim, “Menguji Autentitas Akademik Orientalis Dalam Studi Islam”, (Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, di Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 3: 422.
[9] Ibid., 423.
[10] Muzayyin, “Kesarjanaan Revisionis Dalam Studi Al Qur`an (Upaya Merekonstruksi Sumber Awal Kemunculan Teks Al-Qur`an)”, (Skripsi, di IAIN Jember, 2015), 16: 2: 1.
[11] Yuniarti, “Kenabian Nabi Muhammad Dalam Pandangan John Wansbrough”, (Skripsi, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, 2012), 51.
[12] Al-Fatih Suryadalingga, “Kajian Atas Pemikiran John Wansbrough Tentang al-Qur`an dan Nabi Muhammad”, (Jurnal Tsaqafah, di ISID, 2011), 7: 1, 92-93.
[13] Yuniarti, “Kenabian Nabi Muhammad Dalam Pandangan John Wansbrough”, 52-53.
[14] Ibid., 53.
[15] Ahmad Fadholi, “Studi Kritis Terhadap Pemikiran John Wansbrough Tentang Historisitas Al-Qur`an”, (Jurnal, ttp.: 2014), 296.
[16] Muhammad Alfatih Suryadilaga, Kajian atas Pemikiran  John Wansbrough Tentang Al-Qur`an dan Nabi Muhammad, 11.
[17] Ibid, 12.
[18] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan Tafsir, 97.
[19] Ibid., 97.
[20] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan Tafsir, 99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar