Selasa, 05 April 2016

Biografi KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray




                                      Foto K.H. Abdul Muntaha wa Zaujatuhu

Beliau adalah salah satu sesepuh di tanah kelahiranya. Di lahirkan di dusun Jasem, desa Jepangrejo, kec. Blora, kab. Blora. Nama lengkapnya adalah Abdul Muntaha, sedangkan nama panggilannya, masyarakat sering memanggil dengan sebutan mbah Dul. Selain nama tersebut beliau juga memiliki nama lain, yakni Jio. KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray lahir dari keluarga sederhana seperti layaknya masyarakat pada umumnya yang ada di desanya, yaitu masyarakat yang hampir semua petani. Kalau di tarik ke atas, nasab beliau sampai pada pendiri atau sebutan orang jawa “cikal bakal” dusun Jasem yang ke-7.

Dalam tulisan ini akan sedikit diceritakan mengenai pendiri tersebut. Pendiri tersebut bernama Embah Rajangsa. Pernah di ceritakan Rajangsa merupakan orang yang memiliki kejadukan ilmu yang tinggi dan ahli tirakat. Ada juga yang mengatakan bahwa Rajangsa merupakan salah satu murid dari Sunan Gunung Jati (Wali Songo). Tidak hanya Rajangsa, anaknya pun juga demikian yang bernama Kawiyo. Suatu ketika istri Rajangsa melahirkan putra yang bernama Kawiyo. Ketika sudah tumbuh besar dan waktu akan di khitan, tukan khitanpun heran dengan kawiyo. Karena alat yang di gunakan untuk mengkhitan tidak mempan. Atas kejadian itu, kemudian kawiyo di printah oleh ayahnya untuk bertapa di hutan belantara. Setelah puluhan tahun akhirnyapun kawiyo pulang. Ketika itu kawiyo bukanlah anak-anak lagi, namun sudah tampak tua. Berjenggot  tebal, berambut gondrong gimbal sampai tanah. Ketika kawiyo sampai di rumah ia mencari ibu dan ayahnya yang ketika itu sudah sangat tua. Kawiya mengaku kalau ia anaknya. Tentu saja ayah dan ibunya tidak langsung percaya. Karena kawiyo ketika itu sudah sangat terlihat tua dan menyeramkan karena berjenggot tebal dan berambut gondrong. Ayah dan ibunya mau mengakui kawiyo sebagai anak jika ia mampu mendatangkan segala jenis binatang yang ada, itulah persyaratan yang dilontarkan orangtuanya. Persyaratan itu di sanggupi, tiba-tiba Kawiyo benar-benar mampu mendatangkan segala jenis binatang seperti gajah, harimau, macan, ular dan binatang lainya atas kejadukan ilmunya selama bertapa. Setelah ia berhasi, orang tuanya mengakuinya. Mengenai khitan ada yang mengatakan setelah kepulanganya dari bertapa. Sampai saat ini kawiyo di yakini masih hidup oleh orang-orang yang ada di daerah itu karena kejadukan ilmunya ia mampu bergabung dengan makhluk gaib. Itulah sedikit uraian mengenai cikal bakal desa tersebut.
Istri KH Abdul Muntaha al-Jasmy al-Bloray bernama Martini. Dari pernikahanya tersebut beliau mendapatkan tujuh putra/putri. Dari ketujuh anak tersebut hanya satu anak saja yang laki-laki dan letaknya di tengah. Adapun nama-namanya yaitu:
1. Patri 2. Siti Khalifah 3. Siti Mutmainnah 4. Imam Syafi’i Manan 5. Siti Khoiriyyah 6. Siti Nur Khatimah 7. Siti Istiqamah
KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray merupkan seseorang yang memiliki jiwa teguh pendirian. Dalam hal aqidah beliau mengikuti ulama-ulama besar yang ada di Blora, yakni Ahlussunah waljama’ah atau NU (Nahdlotul Ulama). Dan dalam ajaran Tariqah beliau mengikuti Tariqah al-Naqsabandiyah. Sejak kecil beliau tergolong anak yang rajin Talabul ‘Ilmi al-Din (belajar ilmu agama Islam), meski lingkungan sekitarnya sudah beragama Islam, namun kesadaran dalam belajar keagamaan dan beribadah sangat rendah. Dalam menuntul ilmu agama beliau belajar di desanya sendiri kepada orang-orang sebelumnya, kemudian melanjutkan kepada KH. Habib Gedongsari dan masih banyak lainya. Setelah belajar beberapa tahun, oleh gurunya di tunjuk menjadi Muadzin di Masjid al-Irsyad Gedongsari. Setelah dalam belajar (ngaji) di anggap matang oleh gurunya, KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray di perintah gurunya untuk membuat tempat peribadahan sendiri di desanya. Atas printah gurunya tersebut, beliau tidak dapat menolak dan pada akhirnya mendirikan Musholla yang olehnya di beri nama “Musholla al-Ibtidaiyyah”. Karena KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray tidak termasuk orang kaya, dalam pembangunannya beliau rela menjual tahunan sebidang tanahnya yang paling bagus selama lima tahun. Musholla inilah yang menjadi bangunan peribadahan pertama kali di Jasem meski terbuat dari kayu berlantai gladak, sampai saat ini masih berdiri kokoh. Dan musholla inilah yang pertama kali di gunakan dalam berjama’ah shalat Jum’at, shalat Rawatib dan Tarawih.
Setelah terbangunnya musholla ini, ada salah satu orang yang mendengar beliau dalam membaca al-Qur`an. Tidak di sangka, orang tersebut tertarik dan ingin belajar kepadanya. Permohonannya orang tersebut di trima tapi dengan satu syarat, yaitu mengajak teman-temanya. Dan persyaratan tersebut di sanggupi. Pada keesokan harinya, tepatnya sore hari tak di duga, orang tersebut mampu mengajak tidak sedikit teman yang ingin belajar ilmu agama, sekitar lima puluh orang. Dengan rasa semangat mereka, KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray pun ikut semangat dalam mengajar ilmu keagamaan seperti membaca al-Qur`an, tuntunan shalat, fikih, tauhid dan lain-lain. Karena ukuran Musholla tidak muat untuk pembelajaran, sebagian murid-murid ditempatkan di dalam rumah beliau.
Setelah beberapa tahun kemudian, masyarakat sudah mulai sadar dengan beribadah. Kemudian dengan gotong royong mereka membangun masjid jami’ yang bernama “Masjid Jami’ Nurul Mustafa”, dan saat ini pula telah di bangun madarasah “Hidayatussholikhin” . Semoga amal KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray di terima Allah, mendapatkan Rahmat dan Ridha-Nya. Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar