Makalah Perkembangan Islam di Spanyol
Makalah
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kuliah
Peradaban Islam
Dosen
Pengampu:
M. Ashif, M.ud
Oleh:
Khoirudin
Azis
NIM:
2013.01.01.184
PROGRAM
STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM AL ANWAR SARANG REMBANG
2015
I. Latar Belakang
Para ahli
sejarah telah mencatat banyak hal tentang perkembangan peradaban Islam
khususnya pertengahan abad ke-8 M hingga permulaan abad ke-13 M. Sejarah peradaban islam telah dicatat dalam sejarah, bahwa pada masa tersebut
Islam pernah mengalami masa kejayaan. Kejayaan Islam
ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuan-kemajuan dalam banyak bidang seperti
bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih banyak yang
lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik dari
Daulah Islam di Timur (Daulah Abbasiyah) yang berpusat di Baghdad maupun Islam di
Barat (Daulah Umayyah) yang berpusat di Cordova.
Di masa Khalifah Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun telah mencapai keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah, baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas. Pada zaman Khalifah Al-Walid Ibn Al-Malik, salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan Portugal. Sejak awal abad 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun, sejak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal dengan Andalusia.
Di masa Khalifah Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun telah mencapai keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah, baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas. Pada zaman Khalifah Al-Walid Ibn Al-Malik, salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan Portugal. Sejak awal abad 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun, sejak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal dengan Andalusia.
Spanyol
merupakan tempat paling utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap
peradaban Islam dan hasil-hasil kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan
politik, social, perekonomian, maupun peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa
menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh
meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan
sains. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga
saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahan Islam
yang berkembang diperiode klasik.
Maka pada
makalah ini, kami akan mencoba membahas mengenai bagaimana peradaban Islam di Andalusia (Spanyol). Tentu Islam
membawa banyak peranan penting bagi khazanah peradaban di Andalusia (Spanyol). Banyak perubahan-perubahan drastis setelah
masuknya Islam di Andalusia yang patut kita tahu dan cermati sebagai pemikir
umat Islam. Memang banyak
saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, tetapi saluran yang
terpenting adalah islam Sepanyol.
II. Proses Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung
Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang
ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit
dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grit tua menyebut
selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu
terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang
kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan Atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots
pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman
mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada masa
belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol diduduki oleh umat
Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di
zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin
Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur di
daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh
Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah
kekuasaanya dengan menduduki Al-jazair dan
Maroko. Selain itu, dia
menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
pegunungan-pegunungan, sehingga
mereka menyatakan setia dan berjanji akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang
pernah mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses
penaklukan Spanyol ada 3 pahlawan Islam yang memimpin pasukan kesana yakni
Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik
kedatangan Islam ke Andalusia adalah Tariq ibn Ziyad. Ia yang telah memimpin pasukan tentera
menyeberangi lautan Gibralta (Jabal Thariq) menuju ke semenanjung Iberia.
Musa ibn Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan
Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah 7000 orang dan tambahan pasukan 5000
personal yang memang tak sebanding dengan tentera
pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada
akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja Zoderick di Bakkah dan menaklukan kota-kota penting
seperti Cordova, Granada, Toledo dan hingga akhirnya menguasai seluruh
kota penting di Spanyol.
Kemenangan - kemenangan Islam terlihat nampak begitu mudah. Tentu hal
ini didorong oleh
faktor-faktor baik karena tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam yang kuat,
kompak dan penuh percaya diri dan juga didorong oleh faktor-faktor yang
menguntungkan Islam yakni kondisi sosial, politik, dan ekonomi
Spanyol yang buruk pada waktu itu.
III. Periode
Kekuasaan/ Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam
menginjakkan kaki di daerah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memiliki
peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam. Islam di Spanyol berjaya dan berkuasa selama tujuh setengah
abad dan itu merupakan waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam.
Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam
beberapa periode:
1. Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol
berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna,
berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Gangguan datang dari dalam yaitu berupa perselisihan
diantara elit penguasa. Disamping itu, terdapat
perbedaan pandangan antar khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang
dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol yang tinggal di
daerah pegunungan.
2. Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol di bawah
pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir yang pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil
adalah keturunan dari bani umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.
Pada periode ini, umat Islam
mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik atau pun peradaban. Islam pada saat itu mulai mengalami perkembangan yang begitu
dashyat dan mampu memperluas wilayah kekuasaannya di daerah Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan mesjid cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol.
3. Periode
ketiga (912-1013 M)
Pada peride ini
berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III
yang bergelar “An-Nasir”
sampai munculnya raja-raja kelompok (Muluk
al-thawaif). Pada periode ini spanyol
diperintah oleh penguasa dengan khalifah. Pada periode ini
umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejaaan yang menyaingi
daulah Abbasiyah di baghdad. Abdurrahman An-Nashir
mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaanya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan
dan kemakmuran yang tinggi.
Abdurrahman III adalah
seorang raja yang teramat sangat lama memerintah 50 tahun lamanya. Selama 50 tahun dia membela kerajaan yang telah
didirikan nenek moyangnya. Masa pemerintahan Abdurrahman
III adalah masa yang amat gemilang dalam sejarah Arab Spanyol.
Segala pemberontakan
di padamkan, perpecahan disatukan disatukan kembali, perselisihan dihapuskan. Pada saat pemerintahan
Abdurrahman III, islam telah sanggup mempertahankan kekuasaan arab di Spanyol. Ia juga meninggalkan jejak besar dalam sejarah
tidak saja di semenanjung Iberia tetapi juga seluruh Eropa.
Setelah masa kekhalifahan
Abdurrahman III yang dilanjutkan oleh puteranya, Al-Hakam II (961-976 M) dan
putera Al-Hakam II, Hisyam II (976-1009 M). Namun, ketika Hisyam
menduduki kepemimpinan dalam usia 11 tahun merupakan awal dari kehancuran Bani
Umayyah di Spanyol. Hingga pada tahun
1013 M, Spanyol sudah terpecah menjadi negara-negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu.
4. Periode
keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini ini Spanyol
sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu. Bahkan pada periode
ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu
kota seperti sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.
Pada periode ini umat islam
di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika itu
terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Namun, walau pun
demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan
perlindungan dari istana ke istana yang lain.
5. Periode
kelima (1086-1248 M)
Pada periode
ini Islam di Spanyol meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan dinasti marurabithun
(1086-1143 M) dan dinasti muwahhidin (1146-1235 M):
a. Dinasti Murabitun
Dinasti
murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang
didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan
yang berpusat di Marakesy. Dan akhirnya, islam
dapat memasuki Spanyol dan dapat menguasainya. Dalam perkembangannya
selanjutnya, pada dinasti ini dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah
sehingga mengakibatkan wilayah Saragossa dapat dikuasai oleh kaum Kristen pada
tahun 1118 M. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini digantikan oleh dinasti
Muwahhidun.
b. Dinasti Muwahhidun
Dinasti ini berpusat
di Afrika Utara yang didirikan oleh Muhammad ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan
kecil-kecil yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia).
Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan
Abd-Al-Mun’im. Dinasti ini mengalami
banyak kemajuan dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova, Almeria, dan
Granada jatuh dibawah kekuasaannya. Akan tetapi
dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dimana pada tahun 1212 M, tentara
Kristen berhasil memperoleh kemenangan di Las Navas de Tolesa. Dalam kondisi demikian umat muslim tidak mampu
bertahan dari serangan-serangan kristen yang besar. Tahun 1238 M Cordova
jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan penguasa islam.
6. Periode
keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini
hanya berkuasa di Granada di
bawah dinasti Ahmar atau daulat Nasriyah
(1232-1492 M). Dinasti ini
yang mendirikan istana Alhambara di kota Granadatu. Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
An-Nâsir. Akan tetapi,
secara politik dinasti merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir
karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya
karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah
kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferinand dan
Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar Kristen yaitu negeri Aragon
dan Castillia melalui perkawinan. Setelah
bersatu, mereka mempersatukan kekuatan memerangi kerajaan Granada pada tahun
1492 M. Namun, pada akhirnya mereka menyerang balik
terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah
tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut sehingga pada
akhirnya Abu Abdullah kalah dalam peperangan tersebut. Abu Abdullah akhirnya menyerahkan kekuasaan
kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara.
Dengan jatuhnya kerajaan Bani Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol pada tahun 1492 M sampai tinggal sisa-sisanya yang kemudian dipaksa
oleh paus-paus di Roma untuk memeluk agama Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan
terpaksa, ada yang dibunuh dan ada yang masih tetap memeluk agama nenek
moyangnya dengan diam-diam. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di wilayah ini. Walau pun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah abad
lamanya.
IV. Perkembangan Ekonomi Peradaban Islam di Andalusia
1. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan
baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan abad
ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang
didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah
tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan, meliputi buah ceri, apel, buah
delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera.
Pada saat yang
sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran hancurnya
penguasaan Armada
Bizantium terhadap wilayah barat Laut Tengah. Beberapa kota seperti Seville dan Cordova mengalami kemakmuran
lantaran melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional.
V. Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia
Dalam masa
kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu lama tentu memberikan catatan besar
dalam mengembangkan dan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
peradaban dunia. Namun, sejarah
panjang yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran dan kehancuran.
Kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
I. Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini
berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam
melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai
terlihat ketika masa kekuasaan setelah Al-Hakam II
yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan ketundukan
kerajaan-kerajaan Kristen dibawah
kekuasaan kristen hanya dengan membayar upeti saja, sudah cukup puas bagi
mereka. Mereka membiarkan umat Kristen menganut
agamanya dan menjalankan hukum adat dan tradisi Kristen,
termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.
Namun,
kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah memperkuat
nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi
salah satu penyebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti
dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Akhirnya pada
abad ke-11, umat Islam Andalusia mengalami kemunduran, sedang umat Kristen
memperoleh kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Hal ini terjadi hingga abad ke-10 atas perlakuan para penguasa muslim
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para mu’allaf yang
berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama seperti
tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan
masih diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan
yang dinilai merendahkan. Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama
etnis Salvia dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi
perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada ideologi
pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak
diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna
mengalahkan Bani Umayyah.
3. Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para
penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam,
sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang
memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya
musim paceklik dan membuat para petani tidak mampu membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak
terkendali oleh para penguasa muslim.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan
Kekuasaan
merupakan hal yang menjadi perebutan diantara ahli waris. Karena inilah kekuasaan Bani Umayyah
runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada
yang awalnya menjadi pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol akhirnya jatuh
ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam
bagaikan negeri terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena
itu, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
VI. KESIMPULAN
Andalusia,
sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat
Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak perhatian besar
dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan
demikian, karena penguasaan Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus
Andalusia, telah menunjukkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari
tahapan awal proses masuknya Islam, di mana wilayah
Spanyol diduduki oleh khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan
dalam setiap periodenya. Tentu, hal ini
banyak memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat
Islam. Dimana pada akhirnya Islam pernah
berjaya di Spanyol dan berkuasa selama tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat
lama untuk mengembangkan Islam.
Namun, di balik
usaha keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian abad itu, umat
Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada
suatu ketika, umat Islam diterpa serangan-serangan penguasa Kristen yang
sampai-sampai umat Islam tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen
yang semakin kuat itu. Sehingga pada
akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu berakhirlah kekuasaan
Islam di Spanyol.
Demikianlah Islam di Andalusia, walaupun pada akhirnya berakhir dengan
kekalahan, namun islam muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan sekaligus
menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya. Kanyak sekali kontribusi Islam bagi kebangunan
peradaban dan kebudayaan baru Barat. Sumbangan Islam
itu telah menjadi dasar kemajuan Barat terutama dalam bidang-bidang
politik, ekonomi, sains dan teknologi, astronomi, filsafat, kedokteran, sastra,
sejarah dan hukum.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta:
Rajawali Pers, 2008.
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2009.
Jaih
Mubarok. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Faisal
Ismail. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian
Ilahi Press, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar