Kasih
Sayang Menurut Prespektif Al-Qur’an
Oleh: Khoirudin Azis
I. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang mulia dan yang paling sempurna di antara agama yang
lainnya. Di dalamnya banyak mengajarkan perkara-perkara yang mendorong untuk
mengerjakan suatu ibadah yang dipandang sangat baik. Agama Islam tidak hanya
mengajarkan memperhatikan hubungan antara hablumminallah saja, namun
juga kepada hablumminannās.
Di dalam Islam
banyak jenis ibadah. Adapun yang berkaitan dengan hablumminallah
contohnya: Shalat, haji, puasa dan lain sebagainya. Sedangkan ibadah yang
kaitanya dengan hablumminannās contohnya: Silaturrahim, zakat, gotong
royong dalam berbuat kebaikan dan saling menyayangi, yang berdasarkan sumber hukum
kitab suci al-Qur’an, hadis, ijma’ dan qiyas.
Dalam
kesempatan ini, penulis akan memaparkan salah satu tema yang terdapat dalam
ayat-ayat al-Qur’an yang bertema “Kasih Sayang Menurut Prespektif al-Qur’an”,
yang mencakup: Apakah pengertian kasih sayang?, Apakah ada ayat yang di dalamnya
menghimpun tema kasih sayang?, Apakah pesan moral dari pembahasan itu?.
Dengan adanya tulisan ini, penulis berharap
dapat memberi suatu kemanfaatan bagi pembaca, agar mengetahui ayat-ayat
al-Qur’an yang di dalamnya menghimpun mengenai kasih sayang, mengetahui kasih
sayang merurut al-Qur’an, dan semoga bisa dijadikan tambahan wawasan ilmu
pengetahuan, serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
II. Pengertian Kasih Sayang
Kata “Kasih”
menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” karya
Drs. Suharso dan Dra.
Ana Retnoningsih adalah merasa atau perasaan sayang , cinta, suka dan sebagainya.[1]
Sedangkan
kata “Sayang” menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” karya tim redaksi Kamus
Besar Bahasa Indonesia pimpinan Hasan Alwi
adalah cinta atau kasih.[2]
Dari pengertian
di atas, ada persamaan makna di antara kasih dan sayang, karena keduanya
merupakan kata yang saling terkait antara satu dan lainya. Dari sini penulis
memberikan arti kasih sayang adalah perasaan
sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada sesuatu dengan berusaha untuk menjaga sesuatu
yang kita sayangi tersebut supaya aman dan terkadang untuk menunjukkan kasih
sayang dengan sedikit menggunakan suatu tekanan terhadap yang kita sayangi.
III. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menghimpun Tentang
Kasih Sayang
Di bawah ini
akan disebutkan beberapa ayat al-Qur’an tenteng kasih sayang:
1. Surat ar-Rum ayat 21, Surat an-Nisa’ ayat 129
وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir.[3]
Adapun pada ayat tersebut yang
memiliki makna kasih sayang yaitu terdapat pada lafad ( مَوَدَّةً ) dan lafad ( وَرَحْمَةً).
وَلَنْ
تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلا
تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا
وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
istri- istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.[4]
Pada lafad (مَيْلَ) berarti condong, maksudnya di sini adalah
condong kepada yang di cintai.
عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما ،
قَالَ : قَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم : مَثَلُ المُؤْمِنينَ في
تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمهمْ وَتَعَاطُفِهمْ ، مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى
مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى )رواه مسلم.(
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal rasa saling mencintai,
saling mengasihi, saling berkasih sayang adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka
seluruh anggota akan merasakan sakit dengan tidak bias tidur dan merasa demam. (HR. Muslim).[5]
Pada ayat-ayat di atas terdapat munasabah,
di dalamnya Allah Subḥānahu wa
Ta’ālā telah menunjukkan kekuasaan-Nya
dalam firman-Nya, yaitu dengan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan
dengan tujuan agar manusia merasakan suatu ketentraman. Masing-masing pasangan
diberikan rasa saling mengasihi dan mencintai. Meskipun mereka tidak dapat
berbuat adil kepada istri-istrinya, padahal sudah mengupayakanya, maka Allah Subḥānahu wa Ta’ālā akan mengampuni karena Allah Subḥānahu wa Ta’ālā merupakan dhat Yang Maha
Pengampun dan menyayangi makhluk-Nya.
Dengan adanya
hadis tersebut, maka lebih jelas mengenai pentingnya kasih sayang, jika setiap
orang mencintai sesamanya, khususnya dalam hubungan keluarga (suami istri) ia
mengharapkan berbuat baik pada dirinya sendiri dan pasanganya dan berusaha
tidak saling menyakitinya. Dalam hadis tersebut bahkan diisyaratkan bahwa
diperumpamakan seseorang yang saling mencintai dan menyayangi itu seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka
seluruh anggota akan merasakan sakit dengan tidak bias tidur dan merasa demam.
Ayat tersebut juga mengajarkan,
bahwa ketika kita mencintai seseorang yang kita cintai hendaknya yang
biasa-biasa saja, bahkan jangan sampai membiarkan hal yang lain menjadi
terkatung-katung. Hal ini di jelaskan pada hadis:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ أُرَاهُ رَفَعَهُ قَالَ أَحْبِبْ
حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ
بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا )رواه الترمذي.(
Rasululluh Ṣalla Allāh
‘Alayhi wa Sallam bersabda, Cintailah
kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi
orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia
akan menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi).[6]
2.
Surat Yusuf ayat 30, Surat Yusuf ayat 33, dan
Surat an-Nur ayat 2.
وَقَالَ نِسْوَةٌ
فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ
شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Dan wanita-wanita di kota berkata: "Istri Al Aziz menggoda
bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam
kesesatan yang nyata.[7]
قَالَ رَبِّ
السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي
كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku
sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan
dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.[8]
Ke dua ayat ini,
menjelaskan sebuah history pada zaman nabi Yusuf, yang mana nabi yusuf
merupakan laki-laki yang sangat tampan. Di dalamnya terdapat cerita tentang
bahwa Nabi Yusuf disukai wanita yang cantik (Istri al-Aziz), mereka menggoda nabi Yusuf karena mereka tertarik
kepadanya, yang pada intinya mereka mengajak untuk berbuat kedhaliman melakukan
suatu perzinaan. Maka dari itu nabi Yusuf lebih memilih dipenjara daripada
harus melayani wanita-wanita tersebut.
الزَّانِيَةُ
وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا
تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.[9]
Ayat ini
mengandung pesan bahwa tidak di perbolehkanya melakukan suatu perzinaan. Karna
zinaa merupakan salah satu dosa yang besar. Dari ayat ini, kita bias mengambil
contoh dari ayat sebelumnya yang terdapat diatas yang mengisahkan cerita Nabi
Yusuf. Meskipun Nabi Yusuf di goda wanita cantik (istri al-Aziz) untuk
melakukan suatu perzinaan, ia lebih memilih di penjara. Karena apabila
melakukan suatu perzinaan maka itu termasuk orang-orang yang bodoh.
IV. Pesan Moral Ayat secara Keseluruhan
Di dalam beberapa ayat di atas
terdapat kandungan pesan moral, yang mana Allah Subḥānahu wa Ta’ālā telah menciptakan makhluknya secara
pasang-pasangan. Allah Subḥānahu wa
Ta’ālā dalam
menciptakan manusia itu dibekali pikiran, kekurangan, kelebihan, dan perasaan
yang masing-masing makhluk berbeda kadarnya. Hal itu agar antara satu dengan
yang lainya saling melengkapi. ayat-ayat di atas menganjurkan kepada manusia
supaya saling mencintai dan menyayangi.
Pada ayat-ayat tersebut juga
memberi suatu pembelajaran, supaya ketika kita mencintai seseorang, tidak boleh
berlebih-lebihan. Hal ini juga telah di jelaskan pada hadis Nabi Muhammad yang
artinnya “Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja
suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya
karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu”.
Pada ayat di atas juga
menjelaskan mengenai larangan bercinta yang dilarang, yaitu bercinta yang tidak
halal (zina). Ayat tersebut menjelaskan larangan zina karena zina termasuk dosa
besar karena maḍaratnya sangat besar. Dan ini terdapat pada kisah Nabi
Yusuf ‘Alayhiwasallam, yang mana Nabi yusuf ‘Alayhuwasallam lebih memilih
dipenjara dari pada harus berzina melayani wanita tersebut (Istri al-aziz).
Dalam ayat-ayat tersebut juga
tidak hanya menganjurkan mencintai kepada manusia saja, namun juga kepada
makhluk lainya, kecuali Syaitan. Karena makhluk yang lainya juga makhluk Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Hal ini seperti kisah dari sahabat Umar Bin Khatab, yang menunjukkan
beliau menyayangi makhluk lain, ”ketika itu beliau sedang berjalan-jalan
mengamati lingkungan yang ada pada rakyatnya. Di tengah-tengah perjalananya
beliau melihat anak kecil yang memegang burung Ushfur (sebangsa burung
pipit), kemudian beliau mendekati anak kecil itu dan membeli burung itu dengan
harga yang tidak murah. Kemudian setelah burung itu telah di tangan Sahabat
Umar dan beliau sudah jauh dari anak kecil itu, kemudiaan burung tersebut diterbangkan
sahabat Umar”.[10]
Dari kisah ini menunjukan bahwa sahabat Umar memiliki jiwa kasih sayang
terhadap binatang, beliau tidak rela jika burung tersebut tersiksa ditangan
anak kecil tersebut.
Jadi, jelaslah
bahwa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi akan kasih sayang. Kita perlu
mencontoh teladan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam. dan para
sahabatnya yang benar-benar merealisasikan makna kasih sayang yang tanpa batas
itu, tentunya untuk mencapai keridaan Allah semata yang bukan untuk mencari
kesenangan dunia.[11]
V. Kesimpulan
Dari urain makalah metodologi
penelitian al-Qur’an di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kasih sayang
adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang atau kepada makhluk yang lainya. Kasih sayang mengajarkan banyak hal terhadap manusia, kasih sayang
memberikan kepekaan bagi kita semua, untuk berbagi kasih terhadap sesama, kasih
sayang yang mampu merubah banyak individu yang umumnya perubahan terjadi kearah
yang lebih baik. Baik itu terhadap sahabat, orang yang kita cintai, atau siapa
pun yang kita lihat, karena begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan
kasih sayang dari orang lain. Di dalam al-Qur’an dan hadis terdapat dalil-dalil
yang menjelaskan kasih sayang, bahkan di wajibkan atas manusia untuk saling
mencintai dan menyayangi.
VI. Pesan
Pada penyusunan
makalah penelitian al-Qur’an
yang bertema “Kasih Sayang Menurut Prespektif Al-Qur’an” ini, kami sangat
menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya
baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
VII. Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Retnoningsih,
Ana, Suharso. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang; Widya Karya. 2012.
Alwi, Hasan,
dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; PT Gramedia. 2013.
Nawawi, Imam (al). al-Wafi
fi Syarhil ‘Arba’in al-Nawawwiyah, terj. Pipih Imran Nurtsanti. Solo: Insan
Kamil. 2013.
Arifin,
Yanuar. Kisah-Kisah Ibadah Para Sahabat Nabi. Jogjakarta; Sabil. 2013.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/arti%20sebuah%20kasih%20sayang%2 0dalam%20islam%20_%20Ahyms%27s%20Blog.htm, Diakses pada
tanggal 11 April 2015.
[1] Drs. Suharso, Dra. Ana Retnoningsih,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang; Widya Karya, 2012), 227.
[2] Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta; PT. Gramedia, 2013), 1.234.
[3] Al-Qur’an, 30: 21.
[4] Al-Qur’an, 4: 129.
[5] Imam
An-Nawawi, Al-Wafi fii Syarhil ‘Arba’in An-Nawawwiyah, terj. Pipih Imran
Nurtsanti, (Solo: Insan Kamil, 2013), 162.
[6] Imam
An-Nawawi, Al-Wafi fii Syarhil ‘Arba’in An-Nawawwiyah, terj. Pipih Imran
Nurtsanti, (Solo: Insan Kamil, 2013), 163.
[7] Al-Qur’an,
12: 30.
[8] Al-Qur’an, 12: 33.
[9] Al-Qur’an, 24; 2.
[10] Yanuar Arifin, Kisah-Kisah Ibadah
Para Sahabat nabi, (Jogjakarta; Sabil, 2013), 18.
[11]file:///C:/Users/ACER/Downloads/arti%20sebuah%20kasih%20sayang%20dalam%20islam%20_%20Ahyms%27s%20Blog.htm, Diakses pada tanggal 11 April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar