Makalah Iman Kepada Qadha dan Qadar
Untuk Memenuhi Tugas dari Dosen Pengampu Matakuliah Pelajaran
Tafsir Aqidah
DR. HM. Ridlwan Hambali, LC, MA.,
Disusun Oleh:
1. Khoirudin Azis
2. M. Abdul Karim
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR SARANG REMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Iman adalah aspek agama Islam yang paling
mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak,
maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini
terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman
kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada hari akhir,
dan Iman kepada qadha & qadar.
Qadha dan qadar merupakan rukun Iman yang ke enam.
Kita umat muslim harus benar-benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim
dan muslimah) wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala
perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan
tidak ada campur tangan dari siapapun. Orang yang benar-benar beriman adanya
qadha dan qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya baik dan berusaha
menjauhi hal-hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam makalah ini akan
diuraikan mengenai persoalan qadha dan qadar. Dari pembahasan
makalah ini diharapkan kita semua bisa mendapatkan pemahaman yang bisa
meningkatkan kadar keimanan kita terhadap rukun Iman yang telah di tetapkan
khususnya Iman kepada qadha dan qadar.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian qadha dan qadar?
2.
Jelaskan macam-macam takdir?
3.
Ada berapakah tingkatan qadha dan qadar?
4.
Apakah hikmah Iman kepada qadha dan qadar?
1.3
Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan
yaitu, agar kita dapat mengetahui dan memahami apa itu qadha
dan qadar, mengetahui
macam-macamnya, mengetahui tingkatan-tingkatannya, hikmah beriman
kepada qadha dan qadar, dan untuk mempermudah memperdalam ilmu mengenai Iman kepada qadha dan qadar serta untuk dijadikan
referensi kepada para pembaca yang
ingin mendalami tentang Iman kepada qadha dan qadar.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Qadha dan Qodar
Dari segi bahasa, qadha artinya
memutuskan, menentukan atau memerintahkan, sedangkan menurut istilah qadha
adalah keputusan terhadap sesuatu rencana yang telah ditentukan. Dengan
demikian qadha merupakan
pelaksanaan dari suatu rencana yang telah ditetapkan berdasar qadar
Allah.
Dari segi bahasa qadar berarti
ketentuan. Sedangkan menurut istilah qadar adalah rencana yang telah ditentukan
oleh Allah SWT. pada masa azali (masa
dahulu,sebelum manusia lahir) dan segala sesuatu yang akan terjadi menurut qadar
yang telah ditentukan.
Iman kepada qadha
dan qadar artinya mempercayai bahwa semua kejadian baik yang sudah
terjadi, sedang terjadi, dan yang akan tejadi adalah kehendak dari ketentuan
Allah SWT.
Ibnu Atsir memberi
defenisi tentang qadar di dalam kitab An-Nihayah (4/22) sebagai berikut: Qadar (takdir) adalah
ketentuan Allah SWT. untuk seluruh makhluk dan ketetapannya atas segala sesuatu. Ia adalah bentuk masdar dari akar kata: qadara-yaqduru-qadaran (kadang-kadang
huruf dal-nya dimatikan, sehingga
menjadi qadran).[1]
Iman kepada qadha
dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih populer dengan sebutan Iman
kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi
di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur
dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan
ketentuan Allah SWT.
Sedangkan
takdir dalam bahasa Al-Qur’an, kata takdir (taqdir) terambil dari kata qaddara
berasal dari akar kata qadara yang berarti antara lain: mengukur,
memberi kadar atau ukuran. Sehingga jika ada yang berkata,“ Allah SWT. telah
menakdirkan demikian,” maka itu berarti,” Allah SWT. telah memberi
kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal
makhluk-Nya.[2]
Hukum beriman kepada
takdir adalah fardu ‘ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap
murtad. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang Iman kepada takdir cukup banyak antara lain :
ôMs9$s% Éb>u‘ 4’¯Tr& ãbqä3tƒ ’Í< Ó$s!ur óOs9ur ÓÍ_ó¡|¡ôJtƒ ׎|³o ( tA$s% Å7Ï9ºx‹Ÿ2 ª!$# ß,è=÷‚tƒ $tB âä!$t±o„ 4 #sŒÎ) #Ó|Ós% #\øBr& $yJ¯RÎ*sù ãAqà)tƒ ¼çms9 `ä. ãbqä3u‹sù ÇÍÐÈ
Artinya :
Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak,
padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah)
berfirman,” demikian Allah menciptakan apa yang dia kehendaki. Apabila Dia
hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya,”jadilah” maka jadilah
sesuatu itu.” (Q.S. Ali –
Imran :47).[3]
$¨B tb%x. ’n?tã ÄcÓÉ<¨Y9$# ô`ÏB 8ltym $yJŠÏù uÚtsù ª!$# ¼çms9 ( sp¨Zß™ «!$# ’Îû tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB ã@ö6s% 4 tb%x.ur ãøBr& «!$# #Y‘y‰s% #·‘r߉ø)¨B ÇÌÑÈ
Artinya : “dan ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)[4]
çm»oY÷ƒy‰ydur Èûøïy‰ôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ
Artinya :”dan kami telah
menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan(Q.S.AL-Balad:10).[5]
II.2 Macam-macam Takdir
1.
At-Taqdiirul
‘Aam (takdir
yang bersifat umum)
At-Taqdiirul
‘Aam adalah
takdir Rabb untuk seluruh alam, dalam arti Dia mengetahuinya (dengan ilmu-Nya),
mencatatnya, menghendaki dan juga menciptakanya.
2. At-Taqdiirul Basyari (takdir
yang berlaku untuk manusia)
At-Taqdiirul
Basyari adalah takdir yang di dalamnya Allah SWT. mengambil
janji atas semua manusia bahwa Dia adalah Rabb mereka, dan menjadikan mereka
sebagai saksi atas diri merekah akan hal itu , serta Allah SWT. menentukan di dalamnya orang-orang yang
berbahagia dan orang-orang yang celaka.
3. At-Taqdiirul ‘Umri (takdir
yang berlaku bagi usia)
At-Taqdiirul ‘Umri adalah takdir (ketentuan) yang terjadi hamba dalam kehidupanya hingga akhir
ajalnya, dan juga ketetapan tentang kesengasaraan atau kebahagiaan.
4. At-Taqdiirus Sanawi (takdir yang berlaku
tahunan)
At-Taqdiirus Sanawi adalah dalam malam qadar
(Lailatul qadar) pada setiap tahun ditulis apa yang akan terjadi dalam setahun
(kedepan) mengenai kematian, kehidupan, kemuliaan dan kehinaan, juga rizki dan
hujan, hingga (mengenai siapakah) orang-orang yang akan berhaji.
5. At-Tadiirul Yaumi (takdir yang berlaku
harian)
At-Tadiirul Yaumi yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi
dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan,
mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan dan lain sebagainya.
Selain macam-macam takdir
berdasarkan waktu yang telah di uraikan di atas, ada juga jenis takdir
berdasarkan penetapan takdir lain. Dibagi menjadi dua yaitu:
1. Taqdir Mu’allaq
Taqdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT. yang
masih dapat diusahakan kejadianya oleh manusia. Sebagai contoh dalam kehidupan
ini, kita sering melihat dan mengalami sunnahtullah, hukum Allah yang berlaku
di bumi ini, yaitu hukum sebab akibat yang bersifat tetap yang merupakan qadha
dan qadar sesuai kehendak Allah SWT. Seperti, bumi brputar pada porosnya
24 jam sehari, bersama bulan bumi mengitari bumi kurang lebih 365 hari setahun,
bulan mengitari bumi setahun 356 hari, air kalau dipanaskan pada suhu 100
celsius akan mendidih, dan kalau didinginkan pada suhu akan menjadi es, matahari
terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat, dan banyak lagi contoh
lainnya, kalau kita mau memikirkannya.
2. Takdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi
dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Dapat kita beri contoh nasib manusia, lahir,
kematian, jodoh, terjadinya kiamat dan sebagainya. Qadha dan qadar
Allah SWT. yang berhubungan dengan nasib
manusia adalah rahasia Allah SWT. hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia
diperintahkan mengetahui qadha dan qadarnya melalui usaha dan
ikhtiar.[6]
II.3 TINGKATAN QADHA’ DAN QADAR
Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah, qadha
dan qadar mempunyai empat tingkatan :
- Pertama : Al-‘Ilm (pengetahuan)
Artinya mengimani dan meyakini bahwa
Allah SWT. atas segala sesuatu. Dia mengetahui
apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu
termasuk perbuatan-Nya sendiri atau perbuatan makhluk-Nya. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya.
- Kedua : Al-kitabah (penulisan)
Artinya
mengimani bahwa Allah SWT. telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam
Lauh Mahfuzh.
Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya:
Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya:
أَلَمْ
تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاء وَالْأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي
كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian
itu terdapat dalam sebuah kita (Lauh
Mahfuzh). sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (Al-Hajj:70)
Dalam
ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah SWT. mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang demikian itu tertulis
dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh.
- Ketiga: Al-Masyiah (kehendak).
Artinya:
Bahwa segala sesuatu, yang terjadi atau tidak terjadi, di langit dan di bumi,
adalah dengan kehendak Allah SWT. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al-Karim.
Dan Allah SWT. telah menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya, serta apa yang
diperbuat para hamba-Nya juga dengan kehendak-Nya. Firman Allah:
لِمَن شَاء مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ . وَمَا
تَشَاؤُونَ إِلَّا أَن يَشَاء اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau
menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan
itu) kecuali apa bila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”. (At Takwir : 28
-29).
- Keempat: Al–Khalq (penciptaan)
Artinya
mengimani bahwa Allah SWT. pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan
di bumi penciptanya tiada lain kecuali Allah SWT. Sampai“ kematian” lawan dari
kehidupan itupun diciptakan Allah.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia
menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya”. (Al-Mul: 2).[7]
II.4 Hikmah Iman kepada Qadha dan Qadar
1. Keimanan
kepada takdir dapat mengkristalkan makna-makna rububiyah yang menyebabkan
seseorang bertawakal kepada-Nya dan ikhlas, serta semata-mata hanya menyembah
kepada-Nya. Inilah buah keimanan terhadap takdir yang tertinggi.
2. Ridha
dengan hukum Allah SWT. dan pilihanya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan
hati dan mengosongkannya dari kesusahan dan
kesedihan. Firman Allah SWT.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ
بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. at-Taghabun: 11).
لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا
آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Firman-Nya
pula, “(Kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid:
23).[8]
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari tulisan makalah di atas, maka dapatlah kita simpulkan sedemikian di
bawah ini:
1. Qadha dan qadar
adalah ketetapan Allah SWT. yang wajib kita imani.
2. Qadha berarti penetapan
hukum, atau pemutusan penghakiman sesuatu. Seorang qadhi (hakim) di namakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak
menghakimi dan memutuskan perkara antara kedua orang yang bersengketa di muka
pengadilan.
3. Takdir terbagi menjadi dua yaitu: Pertama
takdir mu’allaq, yaitu qadha
yang diketahui, ditulis dan
dikehendakai-Nya. Akan tetapi, Allah menggantungkan (masyarakat) penciptaannya
(terjadinya), baik dengan adanya sebab atau tidak adanya sebab. Kedua takdir qadha mubram
yang ia adalah qadha yang pasti terjadi dan tidak bisa di tolak dengan
sebab apapun. Ini terbagi menjadi dua; pertama,
yang dipengaruhi oleh sebab dalam mencapai akibat dengan izin Allah SWT. Kedua, yang tidak bisa dipengaruhi
sebab, dan sebab tersebut tidak akan bermanfaat baginya.
4. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar adalah orang yang
bisa qona’ah, ikhlas, dan ridha dalam menyikapi setiap persoalan
yang datang. Yang hasil dari pada itu adalah terciptanya kehidupan yang sehat
lahir dan batin.
III.2 Saran
Pada penyusunan makalah ini kami sangat
menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya
baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
v Laksana, Indra, Al-qur’an
Hijaz Terjemah dan Ushul Fiqh, Surabaya; Syaamil Qur’an, 2011.
v Ali bin As Syyid Al-Wahifi, Abu Abdurrahman, Qadha dan Qadar, cet.
Pertama, Jakarta Selatan; Pustaka Azzam, 2005, Hlm. 51.
v Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Bandung; Mizan Media
Utama, 2013, hlm. 81.
[1] Abu
Abdurrahman Ali bin as-Sayyid al-Washifi, Qadha
dan Qadar, Cet. Pertama,(Jakarta Selatan, Pustaka Azzam, 2005), hlm. 51.
[2] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,
(Bandung; Mizan Media Utama, 2013), hlm. 81.
[3] Indra
Laksana, dkk, Al-qur’an Hijaz
Terjemah dan ushul Fiqh, (Bandung ; Syaamil Qur’an, 2011), hlm. 54.
[4] Ibid.,hlm.423.
[5] Ibid.,hlm.594.
[8] Abu
Abdurrahman Ali bin as-Sayyid al-Washifi,
op.cit, hal.191-197
Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapusQada dan Qadar Kaifa Haluk Artinya Ufa Bunga SMartphone