TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN
ORIENTALIS AL QUR`AN JOHN WANSBROUGH
Makalah
Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pemikiran
Orientalis Dalam Kajian Al-Qur`an
Dosen Pengampu:
Oleh:
Khoirudin Azis
NIM: 2013.01.01.184
Ahmad Murtadlo
NIM: 2013.01.01.144
PROGRAM STUDI
ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2016
Foto dalam rangka penghijauan/penanaman 1000 pohon di area Sarang Rembang
TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN ORIENTALIS JOHN WANSBROUGH
ATAS AL QUR`AN
Oleh: Ahmad
Murtadlo dan Khoirudin Azis
I. Pendahuluan
Al Qur`an merupakan kitab suci yang diyakini semua
umat Muslim sebagai petunjuk hidup sepanjang zaman. Sehingga tidak heran bila
banyak orang yang tertarik untuk mengkaji al Qur`an. Kajian terhadap al Qur`an
tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim saja, namun juga dilakukan oleh umat non
Muslim. Dalam melakukan kajian ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda,
terutama bila kajian orang Muslim dibandingkan dengan kajian orang Barat. Orang
Muslim mengkaji al Qur`an dengan memiliki dasar keimanan, sedangkan orang non
Muslim sama sekali tidak memiliki keimanan. Sejak awal non Muslim menganggap al Qur'an
sama sekali bukan kalam Ilahi. Mereka menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk
menilai al Qur'an.
Banyak
sarjanawan Barat ketika mengkaji al Qur`an
dengan perspektif historis tanpa memperhatikan ruh spiritual yang melingkupi di
dalamnya. Pada akhirnya, terlepas dari motivasi mereka mengkaji al Qur`an
itu sendiri, banyak dari mereka yang hanya menyimpulkan kajiannya pada posisi
yang tidak semestinya. Salah satu tokoh orientalis yang mengkaji al Qur`an adalah John Wansbrough. Secara umum
karya John Wansbrough memberikan kritik yang tajam atas kenabian Muhammad dan
al Qur`an. Kenabian Muhammad dianggap sebagai imitasi (tiruan) dari kenabian nabi
Musa yang dikembangkan secara teologis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Arab. Sedangkan al Qur`an
bukan merupakan sumber biografis Muhammad, melainkan sebagai konsep yang
disusun sebagai teologi Islam tentang kenabian.
Oleh sebab itu, di dalam makalah ini akan mencoba
membahas tentang orientalisme al Qur`an John
Wansbrough, yang
mencakup: biografi John Wansbrough, pandangannya terhadap al Qur’an, serta
tanggapan dan kritikan atas pemikiran John
Wansbrough.
II. Biografi John
Wansbrough
John Wansbrough adalah seorang ahli tafsir terkemuka di London. Ia
memulai karier akademiknya tahun 1960. Pada saat itu, ia menjadi staf pengajar
di Departemen sejarah di School of
Oriental and Africa studies (SOAS University of London). Kemudian ia menjadi
dosen bahasa Arab yang berada di naungan Departemen Sastra Timur Dekat. Ia
sempat juga menjabat direktur di universitas tempat ia bekerja.[1]
Selain itu Wansbrough juga menyukai kajian literature, Ia banyak meneliti tentang sejarah perdagangan di
kawasan Mediterania dan yang berkaitan dengan Yahudi-Arab. Wansbrough juga
pernah meneliti dokumen zaman pertengahan
dengan fokus pada kajian literatur berbasis produk budaya, di sinilah awal mula
ketertarikan Wansbrough dengan studi al Qur`an.[2]
Wansbrough tergolong orang yang cukup produktif, terbukti banyak
literature yang ditulisnya. Salah satunya adalah Qur’anic Studies: Source of
Methodes of Spiritual Interpretation. Buku ini ditulis John Wansbrough selesai
pada bulan Juli tahun 1972 dan dicetak tahun 1977 di Oxford Universty Press. Karyanya yang
lain adalah “A note on Arabic rethoric” dalam Lebende Antika:
Symposium fur Rudolf Suhnel,”Arabic Retoric and Qur’anic Exegis dalam
bulletin of the school of oriental and african studies, Majaz al-Qur’an:
Pheriparastic exegis, The Sectarian Milleu Content and composition of Islamic
Salvation History. Dilihat dari karya-karya Wansbrough tampak bahwa John
Wangsbrough sangat intens dalam mengkaji al Qur’an dan yang terkait di dalamnya.[3]
Selain menulis buku-buku tentang al Qur`an Wansbrough juga menulis buku tentang
cerita-cerita fiksi yang berjudul “Let not the Lord Speak” dan sebuah
novel berjudul “Palimpsest”, dan juga masterpiecenya Qur’anic
Studies: Sources and Methods of Scriptual Interpretation.[4]
III. Pandangan John
Wansbrough Terhadap Al Qur`an
A. Historisitas al Qur`an
Dengan
pendekatan kesejarahan studi al Qur`an
di Barat dikaitkan dengan kitab suci tradisi Yahudi dan Kristen, John
Wansbrough menganggap al Qur`an
berasal dari tradisi Yahudi dan Perjanjian Lama. Menurutnya
ajaran tentang kemukjizatan al Qur`an
adalah imitasi dari tradisi Yahudi tentang Taurat Musa.
Di dalam karyanya yang berjudul Qur`anic Studies,
Source and Methods of Scriptural Interpretation, John Wansbrough menganggap
al Qur`an sebagai karya sejarah atau rekaman situasi dari budaya Arab abad ke 7
dan 8 M.[5]
Teks yang selama ini diterima dan diyakini kaum Muslimin sebenarnya fiktif yang
direkayasa oleh kaum Muslimin. John Wansbrough berkeyakinan, teks al Qur`an
baru menjadi baku setelah tahun 800 M.[6]
Pada tahun 1977, John Wansbrough menerapkan literary/source criticism dan form criticism ke
dalam studi al Qur`an. Ia berpendapat kanonisasi teks al Qur`an terbentuk pada
akhir abad ke 2 Hijriah. Oleh sebab itu, semua hadis yang menyatakan tentang
himpunan al Qur`an harus dianggap sebagai informasi yang tidak dapat dipercaya
secara historis. Semua informasi tersebut mungkin dibuat para fuqaha
untuk menjelaskan doktrin-doktrin syari’at yang tidak ditemukan di dalam teks,
atau mengikuti model periwayatan teks
orisinal pantekosta dan kanonisasi kitab suci Ibrani.[7]
B. Keotentikan al Qur`an
Para orientalis al Qur`an umumnya memang
mempertanyakan otentitas al Qur’an dengan melemparkan semacam tuduhan, mulai
dari doktrin ajaran dasarnya yang dipandang berdasar pada tradisi Kristen dan Yahudi,
masa kodifikasi yang bukan pada abad ke tujuh tetapi pada abad ke sembilan,
sampai tuduhan nabi Muhammad sebagai pembuat al Qur’an itu sendiri.[8]
Hal semacam itu juga dilontarkan oleh John Wansbrough, yang diutarakan dalam karyanya Qur`anic Studies, Source and Methods
of Scriptural Interpretation, yang juga mempersoalkan keotentikan al Qur’an.
Ia berpandangan bahwa al Qur’an adalah kompilasi dari hadis dan karenanya
dibuat pada masa pasca wafatnya nabi Muhammad. Pendapat John Wansbrough yang sangat ekstrem tersebut berangkat dari penegasianya terhadap semua
sumber tentang al Qur’an yang berasal dari penulis Muslim. Dalam penelitianya, John Wansbrough hanya mengandalkan literatur kontemporer karya non Muslim saja, ditambah
dengan data dari temuan arkeologi, epigrafi, dan numismatik. John Wansbrough mengklaim model penelitian seperti itu didasarkan pada metode kritik
terhadap sumber.[9]
Kenyataan bahwa sumber-sumber Muslim yang ditulis oleh
kalangan tradisional (kodifikasi al Qur`an, hadis, sejarah sahabat, dan sejarah
nabi) belakangan ini diklaim oleh kesarjanaan Barat kontemporer sebagai
menyisakan persoalan mendasar. Persoalan itu muncul dikarenakan sumber-sumber
itu ditulis belakangan jauh setelah peristiwa itu terjadi. Sehingga sumber
informasi itu perlu dipertanyakan tingkat keakurasiannya karena tidak
merepresentasikan fakta yang sebenarnya terjadi.[10]
Selain itu, John
Wansbrough juga
mempersoalkan ayat-ayat al Qur`an yang bekenaan dengan kenabian nabi Muhammad.
Ia berpendapat bahwa kenabian nabi Muhammad merupakan sebuah imitasi dari nabi
Musa. Sedangkan wahyu atau ucapan Muhammad sendiri derajatnya sangat rendah,
meskipun al Qur`an menyebutnya sebagai nabi. Namun al Qur`an menyebutkan
kelebihan nabi-nabi lain yang tidak dimiliki oleh Muhammad, misalnya dalam
beberapa ayat al Qur`an:
1. Adam menerima kalimat (QS. al-Baqarah 37)
2. Tuhan mengangkat nabi Ibrahim sebagai imam
bagi manusia dan mengujinya dengan beberapa kalimat (QS. Al-Baqarah 123)
3. Tuhan berbicara langsung dengan nabi Musa
(QS. An-Nisa 164)
4. Keadaan Musa ingin melihat Tuhan (QS. Al-A’raf
143)
5. Mu’jizat nabi Musa (QS. An-Naml 8-12)
6. Diperkuat dengan roh kudus (QS. Al Baqarah
253).[11]
Ayat-ayat di atas menurut John Wansbrough menunjukkan kelebihan nabi Musa dan nabi-nabi lainya. Atas pendapat John Wansbrough di atas dengan menganalisa adanya persamaan nabi-nabi dalam al Qur`an
dan beberapa keistimewaan nabi Musa, akhirnya John Wansbrough berkesimpulan bahwa nabi Muhammad berada di bawah nabi Musa dan nabi-nabi
lainya. Sedangkan al Qur`an menurut John
Wansbrough bukan
sebagai sumber biografis Muhammad, melainkan sebagai konsep yang disusun
sebagai teologi Islam tentang kenabian.[12]
Adapun mengenai ayat-ayat tentang perjalanan Isra
nabi Muhammad yang disebut di dalam al Qur`an, John Wansbrough mengungkapkan bahwa informasi yang terdapat di dalam al Qur`an tersebut
tidak benar, karena di dalam surat al Isra; 1 menurut John Wansbrough merupakan ayat yang menjelaskan perjalanan malam nabi Musa dan
dimodifikasi oleh penulis al Qur`an menunjukkan adanya tambahan, sehingga
seolah-olah Muhammad sendiri yang melakukan perjalanan malam.[13]
Utntuk membuktikan pernyataannya itu, John Wansbrough menganalisis surat al-Isra: 1. Ayat pertama pada surat al-Isra
tidaklah berkaitan tentang peristiwa Isra nabi Muhammad sebagaimana dipropogandakan
nabi dan diyakini umat Islam. Menurut John
Wansbrough, ayat ini
berkaitan dengan peristiwa nabi Musa dan kaumnya dari Mesir ke Israel.[14]
C. Metode John Wansbrough Dalam Mengkaji Al-Qur`an
John Wansbrough dalam melakukan kajiannya menggunakan dua metode, yaitu:[15]
1. Metode Critical of Historis
Metode ini sebenarnya berasal dari studi kritis kepada
Bible. Metode Critical of Historis
tersebut karena Bible memiliki persoalan yang sangat mendasar seperti persoalan
teks, banyaknya naskah asal, versi teks yang berbeda-beda, redaksi teks, gaya
bahasa teks dan bentuk awal teks (kondisi oral sebelum Bible disalin).
2. Metode Literary Criticism
Metode yang kedua yang digunakan John Wansbrough dalam mengkaji al-Qur`an adalah kritik sastra
metode Literary Criticism. Terkadang metode ini disebut sebagai studi
sumber, berasal dari metodologi Bible.
Pendekatan sastra ke dalam studi al Qur`an dilakukan
oleh John Wansbrough. John Wansbrough berpendapat kanonisasi teks al Qur`an
terbentuk pada akhir abad ke-2 H.
III. Krirtikan
Terhadap Pemikiran John Wansbrough
Setiap
pendapat seseorang pasti ada yang tidak setuju dan ada yang setuju, baik itu
pendapat tentang perkara yang sepele atau juga perkara yang mempunyai
kesensitifan yang luar biasa. John Wansbrough tidak terlepas dari berbagai
kritikan terhadap
pendapatnya tentang Islam, al Qur`an, dan Nabi Muhammad. Ketiga perkara ini
termasuk bagian dari golongan perkara yang nomor dua yaitu perkara yang
mempunyai kesensitifan yang luar biasa jika seseorang membahasnya, apalagi yang
membahas perkara ini adalah non-Muslim.
Banyak
sekali tokoh-tokoh yang mengkritik pendapat John Wansbrough
ini dan yang menjadi titik tekan kritikan adalah berkenaan dengan prasangka
dogmatik dan metode yang digunakan Wansbrough.[16]
Misalnya saja Montgomery Watt, tokoh yang juga orientalis ini mengatakan bahwa
dia meragukan Asumsi yang dilakukan John, untuk alasannya belum jelas karena
belum ditemukan penjelasan yang detail tentang kritikan Watt terhadap John
Wansbrough. Kemudian tokoh selanjutnya adalah Bucaille, ia mengkritkan pendapat
John mengenai penyetaraan al Qur`an dengan Bibel, menurut Bucaille al Qur`an
tidak dapat disangkal keotentikannya dan juga al Qur`an telah ada dan ditulis sejak zaman nabi Muhammad dan dikumpulkan
oleh sahabat-sahabat nabi Muhammad.[17]
Selain
kedua tokoh diatas ada Issa J. Boulatta dan Josep Van Ess yang juga tidak
setuju dengan pendapat John Wansbrough. Issa J. Boulatta mengkritik keabsahan
metode yang digunakan oleh john, bahkan Issa juga menolak seluruh tesisnya John Wansbrough. Adapun Josep Van Ess sama seperti Issa, tetapi
terhadap metode yang digunakan John Wansbrough Issa
menerimanya.[18]
Sementara Fazlur Rahman adalah salah satu kritikus muslim yang gencar menyerang
pemikiran John Wansbrough. Ia menganggap hasil yang dilakukan tidak memiliki
bukti yang tegas dan bagi Rahman untuk mengetahui al Qur`an haruslah dicari dalam al Qur’an sendiri. Dalam kajiannya, ia menganggap bahwa kajian John
Wansbrough mengancam masa depan orientalisme dan bertentangan dengan prasangka
dogmatic kaum muslimin.
John
Wansbrough melakukan perubahan istilah Islam dengan pemakaian ungkapan asing
yaitu mengenai prinsip-prinsip penafsiran. Dalam Qur’anic Studiesnya, ia
membagi prinsip-prinsip penafsiran dengan istilah principles of exegesis;
tasiran Masoreti (Masoretic Exegesis), penafsiran Haggadi (haggadic exegesis),
Deutungsbedurftigkeit, penafsiran Halaki (halakhic exegesis) dan retorika dan
perumpamaan (Rhetoric and allegory).[19]
IV. Sikap terhadap Pemikiran John Wansbrough
Para
pakar non-Muslim, betapapun dalamnya pengetahuan mereka, tidak akan memahami
secara baik dan sempurna ajaran Islam. Karena itu hendaklah mereka tidak
menjadikan diri mereka sebagai bagian dari kaum muslim atau menjadikan diri
mereka sebagai penasihat dan pembela ajaran Islam. Apa yang harus dilakukan
oleh kaum Muslim menyangkut akidah atau syariat mereka seharusnya dikembalikan kepada pendapat ulama-ulama Islam sendiri.
Tentang tuduhan John Wansbrough bahwa al Qur`an
adalah kepanjangan kitab Taurat merupakan satu tuduhan yang tidak masuk akal.
Kaum Muslim sendiri tidak menolak adanya kesamaan antara al Qur`an dengan kitab Taurat dan Injil atau Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Bahkan sekian banyak para mufassir yang menjadikan kedua kitab itu
sebagai referensi dalam menafsirkan al Qur`an. tetapi harus diingat bahwa
sesuatu yang datang kemudian dan mempunyai kesamaan dengan yang datang
sebelumnya adalah suatu jiplakan atau plagiat. Apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad yang memiliki
kesamaan dengan nabi Musa dan nabi Isa adalah karena kesamaan sumber dari ketiganya yaitu Allah, bukan karena nabi Muhammad menjiplak dari keduanya. Nabi Muhammad bahkan sejak dini
sudah mengakui bahwa ia adalah pelanjut dari risalah para nabi sebelumnya.
Tuduhan Wansbrough yang lahir dari skeptisisme tentunya dapat dianggap sebagai
salah satu bentuk subjektivitas dan sikap tendensius dirinya saja.[20]
V. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan mengenai
orientalis al Qur`an John Wansbrough di atas dapat diambil kesimpulan seperti di bawah ini:
John Wansbrough adalah salah satu tokoh orientalis al Qur’an. Ia merupakan seorang ahli tafsir terkemuka dari London. Wansbrough tergolong seorang orientalis yang cukup produktif, terbukti banyak literature yang ditulisnya.
Salah satunya yang populer adalah
Qur’anic Studies: Source of Methodes of Spiritual Interpretation. Kajian yang dihasilkan
selama melakukan penelitiannya terhadap al Qur`an melahirkan kritikan-kritikan
yang begitu tajam baik itu dari orang Muslim maupun tokoh orientalis sendiri.
John Wansbrough menganggap al Qur`an
berasal dari tradisi Yahudi dan Perjanjian Lama. Menurutnya
ajaran tentang kemukjizatan al Qur`an
adalah imitasi dari tradisi Yahudi tentang Taurat Musa. Selain itu ia juga menganggap al Qur`an
merupakan sebuah kitab suci yang diyakini orang Muslim tidak otentik. Ia
berpandangan bahwa al Qur’an adalah kompilasi dari hadis dan karenanya dibuat
pada masa pasca wafatnya nabi Muhammad. Dan masih banyak pendapat-pendapat John Wansbrough yang tidak selaras dengan apa yang diyakini oleh umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Azami , Muhammad Mustafa, Sejarah Teks al-Qur`an dari Wahyu Sampai
Kompilasi: Kajian Perbandingan Dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
terj. Sohirin Solihin, dkk. Jakarta: Gema Insani Pres, 2005.
Dardiri, Ahmadi Fathurrohman. Menelaah Pemikiran
John Wansbrough Tentang Muhammad, Al-Qur`An, Dan Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2013.
Fadholi, Ahmad “Studi Kritis Terhadap Pemikiran John Wansbrough Tentang
Historisitas Al-Qur`an”, Jurnal, ttp.: 2014.
Hamim, Thoha. “Menguji Autentitas Akademik Orientalis Dalam Studi Islam”.
(Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, di Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya). 2013.
Muzayyin. “Kesarjanaan Revisionis Dalam Studi Al Qur`an (Upaya
Merekonstruksi Sumber Awal Kemunculan Teks Al-Qur`an)”, (Skripsi, di IAIN
Jember). 2015.
Syarifuddin , M. Anwar. Kajian Orientalis
Terhadap al-Qur`an dan Tafsir. Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah. 2012.
Suryadalingga, Fatih (al).
“Kajian Atas Pemikiran John Wansbrough Tentang al-Qur`an dan Nabi Muhammad”. Jurnal
Tsaqafah, di ISID, 2011.
Yuniarti. “Kenabian Nabi Muhammad Dalam Pandangan John Wansbrough”. (Skripsi, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. 2012.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. “Tradisi Orientalisme dan Framework Studi
Al-Qur`an”, (Jurnal, di Institut Studi Islam
Darussalam Gontor Ponorogo. t.tp.
[1] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan
Tafsir, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2012), 91.
[2] Ahmadi Fathurrohman Dardiri, Menelaah Pemikiran John Wansbrough
Tentang Muhammad, Al-Qur`An, Dan Islam, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2013), 6.
[3] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan
Tafsir, 91-92.
[4] Ahmadi Fathurrohman Dardiri, Menelaah Pemikiran John Wansbrough
Tentang Muhammad, Al-Qur`An, Dan Islam,7.
[5] Hamid Fahmy Zarkasyi, “Tradisi Orientalisme dan Framework Studi Al-Qur`an”
(Jurnal, di Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo, t.tp), 14.
[6] M. M Azami, Sejarah Teks al-Qur`an dari Wahyu Sampai Kompilasi:
Kajian Perbandingan Dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terj.
Sohirin Solihin, dkk., (Jakarta: Gema Insani Pres, 2005), 3.
[8] Thoha Hamim, “Menguji Autentitas Akademik Orientalis Dalam Studi Islam”,
(Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, di Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2013), 3: 422.
[10] Muzayyin, “Kesarjanaan Revisionis Dalam Studi Al Qur`an (Upaya
Merekonstruksi Sumber Awal Kemunculan Teks Al-Qur`an)”, (Skripsi, di IAIN
Jember, 2015), 16: 2: 1.
[11] Yuniarti, “Kenabian Nabi Muhammad Dalam Pandangan John Wansbrough”, (Skripsi, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, 2012), 51.
[12] Al-Fatih Suryadalingga, “Kajian Atas Pemikiran John Wansbrough Tentang al-Qur`an dan Nabi Muhammad”, (Jurnal Tsaqafah, di ISID, 2011),
7: 1, 92-93.
[15] Ahmad Fadholi, “Studi Kritis Terhadap Pemikiran John Wansbrough Tentang
Historisitas Al-Qur`an”, (Jurnal, ttp.: 2014), 296.
[16] Muhammad Alfatih Suryadilaga, Kajian atas Pemikiran John Wansbrough Tentang Al-Qur`an dan Nabi
Muhammad, 11.
[17] Ibid, 12.
[18] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan
Tafsir, 97.
[20] M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis Terhadap al-Qur`an dan
Tafsir, 99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar