Foto K.H. Abdul Muntaha wa Zaujatuhu
Beliau adalah salah satu sesepuh di tanah kelahiranya. Di lahirkan
di dusun Jasem, desa Jepangrejo, kec. Blora, kab. Blora. Nama lengkapnya adalah
Abdul Muntaha, sedangkan nama panggilannya, masyarakat sering memanggil dengan
sebutan mbah Dul. Selain nama tersebut beliau juga memiliki nama lain, yakni
Jio. KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray lahir dari keluarga sederhana seperti
layaknya masyarakat pada umumnya yang ada di desanya, yaitu masyarakat yang
hampir semua petani. Kalau di tarik ke atas, nasab beliau sampai pada pendiri
atau sebutan orang jawa “cikal bakal” dusun Jasem yang ke-7.
Dalam tulisan ini akan sedikit diceritakan mengenai pendiri
tersebut. Pendiri tersebut bernama Embah Rajangsa. Pernah di ceritakan Rajangsa
merupakan orang yang memiliki kejadukan ilmu yang tinggi dan ahli tirakat. Ada
juga yang mengatakan bahwa Rajangsa merupakan salah satu murid dari Sunan
Gunung Jati (Wali Songo). Tidak hanya Rajangsa, anaknya pun juga demikian yang
bernama Kawiyo. Suatu ketika istri Rajangsa melahirkan putra yang bernama
Kawiyo. Ketika sudah tumbuh besar dan waktu akan di khitan, tukan khitanpun
heran dengan kawiyo. Karena alat yang di gunakan untuk mengkhitan tidak mempan.
Atas kejadian itu, kemudian kawiyo di printah oleh ayahnya untuk bertapa di
hutan belantara. Setelah puluhan tahun akhirnyapun kawiyo pulang. Ketika itu
kawiyo bukanlah anak-anak lagi, namun sudah tampak tua. Berjenggot tebal, berambut gondrong gimbal sampai tanah.
Ketika kawiyo sampai di rumah ia mencari ibu dan ayahnya yang ketika itu sudah
sangat tua. Kawiya mengaku kalau ia anaknya. Tentu saja ayah dan ibunya tidak
langsung percaya. Karena kawiyo ketika itu sudah sangat terlihat tua dan
menyeramkan karena berjenggot tebal dan berambut gondrong. Ayah dan ibunya mau
mengakui kawiyo sebagai anak jika ia mampu mendatangkan segala jenis binatang
yang ada, itulah persyaratan yang dilontarkan orangtuanya. Persyaratan itu di
sanggupi, tiba-tiba Kawiyo benar-benar mampu mendatangkan segala jenis binatang
seperti gajah, harimau, macan, ular dan binatang lainya atas kejadukan ilmunya
selama bertapa. Setelah ia berhasi, orang tuanya mengakuinya. Mengenai khitan
ada yang mengatakan setelah kepulanganya dari bertapa. Sampai saat ini kawiyo
di yakini masih hidup oleh orang-orang yang ada di daerah itu karena kejadukan
ilmunya ia mampu bergabung dengan makhluk gaib. Itulah sedikit uraian mengenai
cikal bakal desa tersebut.
Istri KH Abdul Muntaha al-Jasmy al-Bloray bernama Martini. Dari
pernikahanya tersebut beliau mendapatkan tujuh putra/putri. Dari ketujuh anak
tersebut hanya satu anak saja yang laki-laki dan letaknya di tengah. Adapun
nama-namanya yaitu:
1. Patri 2. Siti Khalifah 3. Siti Mutmainnah 4. Imam Syafi’i Manan 5.
Siti Khoiriyyah 6. Siti Nur Khatimah 7. Siti Istiqamah
KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray merupkan seseorang yang
memiliki jiwa teguh pendirian. Dalam hal aqidah beliau mengikuti ulama-ulama
besar yang ada di Blora, yakni Ahlussunah waljama’ah atau NU (Nahdlotul Ulama).
Dan dalam ajaran Tariqah beliau mengikuti Tariqah al-Naqsabandiyah.
Sejak kecil beliau tergolong anak yang rajin Talabul ‘Ilmi al-Din
(belajar ilmu agama Islam), meski lingkungan sekitarnya sudah beragama Islam,
namun kesadaran dalam belajar keagamaan dan beribadah sangat rendah. Dalam
menuntul ilmu agama beliau belajar di desanya sendiri kepada orang-orang
sebelumnya, kemudian melanjutkan kepada KH. Habib Gedongsari dan masih banyak
lainya. Setelah belajar beberapa tahun, oleh gurunya di tunjuk menjadi Muadzin
di Masjid al-Irsyad Gedongsari. Setelah dalam belajar (ngaji) di anggap
matang oleh gurunya, KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al Bloray di perintah gurunya
untuk membuat tempat peribadahan sendiri di desanya. Atas printah gurunya
tersebut, beliau tidak dapat menolak dan pada akhirnya mendirikan Musholla yang
olehnya di beri nama “Musholla al-Ibtidaiyyah”. Karena KH. Abdul Muntaha
al-Jasmy al Bloray tidak termasuk orang kaya, dalam pembangunannya beliau rela
menjual tahunan sebidang tanahnya yang paling bagus selama lima tahun. Musholla
inilah yang menjadi bangunan peribadahan pertama kali di Jasem meski terbuat
dari kayu berlantai gladak, sampai saat ini masih berdiri kokoh. Dan musholla
inilah yang pertama kali di gunakan dalam berjama’ah shalat Jum’at, shalat Rawatib
dan Tarawih.
Setelah terbangunnya musholla ini, ada salah satu orang yang
mendengar beliau dalam membaca al-Qur`an. Tidak di sangka, orang tersebut
tertarik dan ingin belajar kepadanya. Permohonannya orang tersebut di trima
tapi dengan satu syarat, yaitu mengajak teman-temanya. Dan persyaratan tersebut
di sanggupi. Pada keesokan harinya, tepatnya sore hari tak di duga, orang
tersebut mampu mengajak tidak sedikit teman yang ingin belajar ilmu agama,
sekitar lima puluh orang. Dengan rasa semangat mereka, KH. Abdul Muntaha al-Jasmy
al Bloray pun ikut semangat dalam mengajar ilmu keagamaan seperti membaca
al-Qur`an, tuntunan shalat, fikih, tauhid dan lain-lain. Karena ukuran Musholla
tidak muat untuk pembelajaran, sebagian murid-murid ditempatkan di dalam rumah
beliau.
Setelah beberapa tahun kemudian, masyarakat sudah mulai sadar
dengan beribadah. Kemudian dengan gotong royong mereka membangun masjid jami’
yang bernama “Masjid Jami’ Nurul Mustafa”, dan saat ini pula telah di bangun
madarasah “Hidayatussholikhin” . Semoga amal KH. Abdul Muntaha al-Jasmy al
Bloray di terima Allah, mendapatkan Rahmat dan Ridha-Nya. Amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar