Sabtu, 24 Oktober 2015

Nayla



“Nayla”
By: K. A


 
                               Nayla
           
Suara adzan nyaring terekam dalam daun-daun telinga. Mushaf al-Qur’an bewara merah muda yang dipegang sejak habis Magrib kini ditutup dan dikecup halus sebelum diletakkan di atas rak al-mari berjejer dengan kitab-kitab suci Islami lainya. Nayla Anggraeni, putri bapak H. Masmudin, yang sudah beberapa tahun menimba ilmu di pesantren putri Nurunnajwa segera mengenakan mukenanya untuk menjalankan shalat jama’ah Isyak bersama Ibu ny. Hj. Fatimah, istri Bpk. K.H. Mukhlis pengasuh pesantren Nurunnajwa.
          Seusai shalat Isyak, Nayla dan dua teman setianya, Aini Qomarul Azza dan Umy Fatihatul Azizah berjalan naik menuju ke lantai empat gedung pesantren putri Nurunnajwa, yang selama ini digunakan sebagai tempat jemuran pakaian santri-santri putri. Setelah sampai di atas, ke tiganya menghembuskan nafas dari dalam hidungnya. “Subhanallah, malam ini indah sekali”, ucap Nayla mengawali pembicaraan. “Iya nih,,sebuah nikmat yang besar yang diberikan Allah untuk kita, bintang-bintang dan bulan malam ini indah banget, terang benderang, bagaikan kunang-kunang berebut mangsa nya, kenangan yang takkan pernah terlupakan sobat, rasanya ingin selalu seperti ini, kita sudah bagaikan saudara dalam satu keluarga”, sahut Umi menanggapi Nayla. ”Rasanya hal yang tidak mungkin”, ungkap Aini sambil sedikit memancungkan mulutnya.” loh,,kenapa?”, tanya Umi pada Aini dengan penuh penasaran. “Besuk pagi saja, Nayla sudah meninggalkan kita Um”, jelas Aini pada Umi sambil membetulkan krudungnya yang sedikit menceng. “loh mbk Nayla mau kemana?”,tanya Aini pada Nayla.”Mulai besuk saya sudah boyong Ai,, aku harus berangkat ke Semarang, melanjutkan belajar, yah itung-itung cari pengalaman baru di sana”.”ngapain mbk Nay, kuliah kah?”,tanya Aini. “iya, Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa dan ditrima di kampus terbaik yang ada di Jawa Tengah”, jelas Nayla pada Aini. “syukurlah kami ikut senang mendengar ini mbk Nay, tapi,,,,”. tapi apa ai?”,rasa penasaran Nayla.” jangan lupakan kami ya,,? tanya Aini pada Nayla. “hehe..tenang saja, aku tidak akan melupakan kalian kug, selamanya, dan janji deh”,jawab Nayla sambil sedikit tersenyum. “makasih mbk Nayla”, terang Aini dan Umy. Dingin mulai menusuk pori-pori kulit. baju-baju di jemuran yang tergantung pada hanger mulai bergoyang-goyang di terpa angin malam. jam menunjukkan pukul 21.30 Wib. menandakan mereka bertiga harus turun ke bawah dan kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
          Pada ke esokan harinya, tepatnya setelah jama’ah subuh, Nayla mengemasi pakaian-pakaianya dan diahiri berkunjung ke Dalem dan berjabat tangan dengan semua santri putri. Rasa tangis mulai muncul dalam benak hati Nayla tak rela bila harus meninggalkan keluarga besar Nurunnajwa yang bertahun-tahun telah menjadi keluarga.         Setelah itu, Nayla pergi ke semarang menuju tempat tujuan dengan travel yang sebelumnya sudah dia pesan. Sekitar tiga jam lamanya, ia sampai di semarang. Rasa bahagia kembali tumbuh dalam hatinya ketika ia sampai di depan pintu gerbang kampus idamanya. wajah manisnya selalu senyum menyapa pada setiap mahasiswa yang melihatnya. kemudian, dia melangkahkan kakinya kedalam dan menjalankan semua aktivitas kegiatannya pada hari pertama. setelah usai perkuliahan iya menyempatkan diri untuk jalan-jalan sejenak di sekeliling area kampusnya. Tak sengaja, ia melihat seorang kakek tua memikul sesuatu pada pundaknya. Nayla penasaran dengan apa yang di bawa kakek-kakek itu. “krupuk,,krupuk,,krupuk,,krupuk,,” suara si kakek menawarkan daganganya. Dia baru tahu, ooh,,ternyata kakek itu jualan krupuk”, bisikan dalam hatinya. Krupuk,,krupuk,,”,suara kakek menawarkan lagi daganganya.” kek,,kek,,krupuk kek”, nayla memanggil kakek pedagang krupuk itu, “lumayanlah, meskipun krupak setidaknya bisa ngemil, besit hati nayla. “iya neng, beli berapa?, tanya si kakek sambil menurunkan pikulan dari pundaknya.” lima ribu aja kek”, jawab nayla.” iya neng,,ini krupuknya”, si kakek meenyodorkan tangan kanannya memberikan krupuk pada Nayla. “ini uangnya kek”, kata Nayla.” iya neng,,ini kembalianya,,ambil sendiri”, ucap si kakek sambil memberikan semua uangnya. “ loh kakek buta ya?”, tanya Naila pada si kakek.”iya neng, saya buta sejak empat tahun yang lalu”,jawab kakek.” loh nanti kalau kakek di bohongi pembeli bagaimana?,apa kakek tidak takut?,kakek kan tidak bisa melihat, apalagi dalam mengambil kembalian kakek suruh ambil sendiri, nanti kakek kalau rugi gimana?, kakek terus mau makan apa?, apakah besuk kakek bisa dagang lagi?, tanya naila dengan penuh heran dan hawatir sama si kakek.” meskipun saya buta tidak dapat melihat apa-apa, tapi Allah  tahu segalanya neng,,semua saya pasrahkan kepada-Nya, karna hanya Allah lah pemilik segalanya. yang mengatur mati, hidu,  dan satu lagi neng,,rezeki. Saya selalu bersyukur berapapun Allah memberikan rezeqi pada saya, sedikit, banyak, atau sama sekali tidak dapat uang, itu semua Allah. saya yakin asalkan kita berusaha, iklash dalam bekerja, tidak berbohong, dan halal,,pasti Allah akan menambah rezeqi pada saya neng,,kalu memang hari kemarin saya dapat untung sedikit,  pasti hari ini atau besuk atau besuknya lagi Allah akan menambah rezeki pada saya”, ungkap si kakek dengan penuh keyakinan. Melihat kejadian itu, air mata nayla langsung bercucuran membasahi kedua pipinya, tak sanggup menahan rasa harunya pada si kakek, betapa hebatnya si kakek,  seorang yang buta matanya, tapi memiliki hati yang begitu penuh keyakinan hanya Allah lah pemilik rizqi dan segalanya, si kakek benar-berar manusia yang teladan, Nayla sadar, dengan kejadian pada hari ini, janganlah memandang seseorang dari luarnya saja tapi hatinya jua, belum tentu orang berpangkat dan berdasi memiliki hati seperti sikakek buta ini, Nayla juga sadar, bahwa ilmu tidak hanya cukup di dapat dari dalam kampus saja, namun juga dari kejadian yang ada disekitar kita. “bagaimana neng, ini ambil uang kembalianya, ambil sendiri, tadi berapa uangmu?”, si kakek kembali menawarkan uang kembalian pada nayla lagi.” enggak kek,,tadi uangku dua puluh ribu, uang kembalianya buat kakek aja, makasih ya kek krupuknya. tanggap Nayla sambil mengelap air mata pada pipinya. “makasih ya neng semaga Allah membalas semua kebaikanmu. ucap trimakasih kakek pada Nayla. “iya kek sama-sama. jawab Nayla. kemudian si kakek itu kembali memikul daganganya dan ahirnya Nayla pun pergi menuju ke kos nya.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar