Dhahir dan Batin
(Diyanah dan Qodha)
Berdasarkan
Muttafaq ‘alaih, sesungguhnya perintah syariat Islamiyah dibagi menjadi dua:
Pertama, suatu
perkara yang berhubungan dengan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan dhohir
seperti puasa, shalat, amar ma’ruf nahi mungkar dan berjuang demi kemaslahatan
orang-orang muslim.
Kedua,
perintah yang berhubungan dengan perasaan dan hati. Seperti ikhlas, tawadhu’,
cinta dan benci hanya karena Allah, takut terhadap ancaman Allah serta berharap
pahala dan keridhaanNya.
Seperti
halnya ‘amr (perintah), larangan juga dibagi menjadi dua bagian:
Pertama,
larangan yang berhubungan dengan perkara dhohir seperti larangan membunuh tanpa
adanya hak, mencuri, berzina, menggunjing dan mengadu domba.
Kedua, larangan yang berhubungan dengan perasaan dan hati
manusia, seperti larangan bersikap sombong, ‘ujub, riya’(pamer), dendam, cinta
akan gemerlapnya dunia serta menuruti hawa nafsu.
Diriwayatkan dari Muttafaq ‘alaih di sisi seluruh kaum
muslim sesungguhnya terdapat suatu perkara yang harus dilakukan, yakni taat
yang berhubungan dengan ucapan-ucapan atau perbuatan dimana hal tersebut tidak
dapat diterima di sisi Allah Swt selama taat tersebut tidak tertanam di dalam
hati atau batin dalam arti selama batin tidak baik, maka dhohirnya pun tidak
akan baik.
Maka ketika ikhlas di dalam hati tidak terpenuhi, maka
taat tidak terwujudkan meskipun dengan berbagai cara pendekatan diri kepada
Allah yang Maha Agung. Ketika kamu tidak membersihkan diri dengan akhlak yang
baik sebagaimana yang telah diperintahkan Allah pada setiap Muslim dengan
penggambaran menenun pakaian dengan sempurna yang samar atau tidak terlihat,
maka tidak akan mungkin semua yang dipakainya itu cukup di depan manusia
pakaian kesholehan, ibadah dan takwa.
Adapun hati yang telah dikuasai oleh sifat-sifat sombong
dan dendam itu dapat melemahkan atau memperlambat proses taat, ‘ubudiyah, dan
merasuknya sifat keibadahan karena Allah Swt. Ketika hatimu terputus antara dhohir dan batin maka taatmu pun
tidak akan mampu mendekatkan dirimu kepada Allah dan sifat-sifat tersebut tidak
bisa membentengi seorang hamba dari gemerlapnya dunia dan jebakan-jebakan setan
serta hawa nafsu, seperti menunggu masaknya buah yang menempel pada pohon yang
kering. Apalagi yang kita tunggu kecuali kerusakan?
Hukum
syari’at terbagi menjadi dua bagian, termasuk hal yang dianggap penting yang
telah diperingatkan dalam kitab Allah dengan cara-cara atau metode yang
bermacam-macam. Allah telah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 120 yang
artinya:
“Tinggalkanlah
dosa-dosa yang bersifat dhohir dan dosa-dosa batin, sesungguhnya kelak mereka
akan mendapatkan pembalasan atas perbuatannya.”
Dalam Q.S
Al-An’am:151, Allah juga berfirman yang artinya:
“Katakanlah:
marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu” Sampai ucapan:
“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak
diantaranya maupun yang tersembunyi”.
Allah juga memperingatkan dalam
firman Nya:
“Barang siapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya”. ( Q.S Al-Kahfi:110)
Adapun pusat beberapa hukum syari’at secara keseluruhan
terdapat pada pembersihkan hati dari kotoran-kotoran batin dan menghiasnya
dengan fadhilah-fadhilah dan akhlak-akhlak terpuji, semua dalil-dalil shorih
tersebut diambil dari kitab Allah dan Sunnah Rasulullah.
Allah
Swt berfirman dalam surat Asy-Syams:10 yang artinya:
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya”.
Dalam
Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muttafaq ‘alaih, Nabi bersabda: “Ingatlah!!
Sesungguhnya dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka
seluruh tubuh pun menjadi baik, dan apabila ia buruk maka seluruh tubuh pun menjadi buruk,
ingatlah! Sesungguhnya segumpal darah itu adalah hati”.
Nabi juga
bersabda:
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat pada bentuk-bentuk kamu sekalian dan tidak melihat pada
jasad-jasad kamu sekalian, akan tetapi Allah melihat hati kalian”.
Dan
ketika sudah jelas mengenai penjelasan hakikat ini, maka untuk mengungkapkan
ta’bir dari hakikat ini berbeda-beda. Adapun cara pengungkapannya mudah.
Sebagian dari Ulama meredaksikan hakikat dengan redaksi “Dhohir dan Batin” dan
sebagian Ulama lain menamakannya “Diyanah dan Qadha” dan yang lain meredaksikan
dengan “Hakikat dan Syari’at.”
Semua
nama-nama tersebut baik, karena semua maknanya juga shahih. Sesungguhnya orang
yang shalat dengan terpenuhinya syarat dan rukunnya dalam segi dhohir dan dalam
hukum Qadha, dhahirnya syari’at dapat mengantarkan haknya Allah Swt. akan
tetapi ketika shalatnya disertai dengan riya’ atau ‘ujub atau akidah yang
mengkafirkan maka secara batin ia tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh
Allah.
Terkadang hukum keduanya sama, yaitu ketika bertemunya
syarat-syarat dan rukun-rukun dhohir yang membatasi hukum qadha duniawi dengan
beberapa syarat wajib yang bersifat batin dan tidak bisa terdefinisikan. Adapun yang demikian itulah yang diterima disisi Allah Swt. Dalam
hukum qadha duniawi ketika salah satu syarat dari dua sisi tersebut (dhohir dan
batin) tidak terpenuhi, maka amal seseorang tersebut akan diterima dhohir dan
batin secara bersamaan.
Terkadang
keduanya berbeda, yaitu ketika dhohir terpenuhi tetepi batin tidak menetapinya,
maka amal seperti itu adalah amal bathil yang tidak diterima di sisi Allah Swt.
Adapun kriteria tersebut sudah tercakup dalam firman Allah QS. Al-Furqon:23 :
Bahwa
sesungguhnya kedua sisi (dhohir dan batin) terdapat perbedaan penamaan yang
saling berkaitan, maka dhohir tidak patut jika tanpa batin, begitu pula
sebaliknya. Demikian juga seperti keterkaitan hakikat dan syariat atau diyanah
dan qadla’.
Dalam keterangan Izzuddin bin Abdissalam r.a. menyebutkan
bahwa : “Hakikat tidak bisa dipisahkan dengan syariat, akan tetapi syariat
tersebut melalui perbaikan hati dengan pengetahuan, tindakan, kemauan, niat dan
sebagainya yang termasuk dalam af’alul qulub ketika kamu mengetahui hukum-hukum
dhohir berarti kamu mengetahui syariat yang kongkrit. Adapun mengetahui hukum batin berarti mengetahui syariat yang
abstrak. Tidak ada yang mengingkari hal tersebut kecuali orang kafir dan jahat.
Ada yang berpendapat bahwa batin atau hakikat merupakan
ibarat lain dari syariat yang ditemukan oleh akal dengan beberapa riyadhoh
tertentu atau dengan menjaga kedekatan di sisi Allah, dan sesungguhnya hakikat
dapat menghapus kewajiban terhadap hukum syariat karena ketika sudah
menjalankan batin maka ia sudah mencakup dhohirnya. Orang yang demikian adalah paling bahaya-bahayanya syi’ar dari
kafir zindiq dan golongan ibahiyah yang menjerumuskan.
Tidak ada yang
mempropagandakan kebatilan ini kecuali kafir zindiq yang menyusup dalam Islam
dan berpura-pura berpegang teguh pada Islam karena berharap akan merakayasa dan
menyamakan hakikat batin, terkadang mereka menampakkan sisi tasawwuf, terkadang
juga menenakan jubah tasyri’ pada kesempatan lain, akan tetapi pada hakikatnya
kafir zindiq tersebut hendak memerangi Islam dan memprovokasinya.
Dinuqil dari syeikh Mushtofa al Arusi dalam Hasyiahnya
pada Ar-Risalah Al Qusyairiyyah dari Imam
Ghazali yang berkata ”Seandainya ada orang yang beranggapan antara
dirinya dan Allah ada sekat khusus sehingga diperbolehkan untuknya tidak
sholat, boleh minum arak, memakan harta pemerintah atau KKN seperti pendapat
orang-orang bodoh yang mengaku tasawwuf, maka tidak ada keraguan dalam
kewajiban membunuhnya. Membunuh
orang semisal mereka lebih utama daripada membunuh seratus orang kafir, karena
itu merupakan masalah besar.
Syeikh
Abul Qasim Al Junaidi ditanya mengenai hal ini, beliau mengatakan “adapun orang
yang mencuri dan berzina lebih baik daripada tingkah mereka”.
Syeikh Izzuddin
bin Abdissalam berkata “orang-orang yang beranggapan seperti di atas, mereka
hanya berpura-pura sebagai ahli tasawwuf padahal tidak ada sifat mereka yang
mendekati sifat seorang tasawwuf. Mereka lebih hina dari pembegal, karena
mereka memutus dari jalan Allah swt. Mereka mengatas namakan Allah dan su’ul
adab kepada Rosul dan para Nabi serta pengikutnya yaitu para ulama yang
bertakwa. Mereka melarang untuk mendengar apa yang disampaikan karena mereka
tahu bahwa Fuqaha’ dapat mencegah jalan mereka”.
Ketika sebagian
manusia melihat yang batil terhadap masalah dhohir dan batin atau hakikat dan
syariat dengan tanpa menyadari makna yang sesungguhnaya di mana seorang muslim
tidak seyogyanya ingkar terhadap makna hakiki tersebut. Tidak memberikan ruang
kecuali ingkar terhadapnya. Mereka
mengingkari dhohir dan batin, hakikat dan syariat, diyanah dan qadha’.
Unggulnya pendapat ini menurut mereka di dalam agama, mereka mencaci maki
pembagian ini dalam agama. Karena mereka tidak berpijak pada agama kecuali
ta’wil yang batil tersebut sebagaimana yang diucapkan para kafir zindik dan
golongan ibahiyyah untuk menutupi keburukan-keburukan mereka di hadapan manusia
dengan tasawwuf, karomah atau kesempurnaan.
Sebenarnya ketika mereka mengingkari, tidak akan ada
madharatnya, dan ketika mereka tidak mendistorsi kalimat-kalimat ini yakni
adanya kalimat hakikat hanya lafad-lafad yang diistilahkan ulama tentang makna
hakiki yang tidak ada keraguan bagi orang yang berpegang pada kitab Allah dan
Sunnah Rosul. Kemudian
sekelompok golongan yang sesat memberikan istilah yang menyimpang dari ta’bir
ulama sehingga menyesatkan mereka.
Sesungguhnya hukum-hukum syariat dhohiroh tersebut
diumpamakan dalam ucapan-ucapan lisan dan perbuatan-perbuatan anggota badan
yang tidak diterima di sisi Allah dan tidak diberikan pahala baginnya dan tidak
menghilangkan dosa-dosanya selama af’al dhohir tersebut belum bisa bersamaan
dengan tongkahnya hati yang harus ditancapkan dan sesungguhnya kebaikan hati
merupakan dasar baiknya amal-amal dhohir dan yang membuahkan hasilnya.
Maka ketika mereka mengatakan tentang masalah hakikt ini
yang merupakan inti dan ruh dari Islam, mereka mengibaratkan hakikat seperti
yang mereka inginkan dan menjauhkan lafad-lafad dan nama-nama yang digunakan
untuk dalil terhadap hakikat pada seluruh perkara yang tidak mereka inginkan.
Pada kesimpulannya, sesungguhnya hakikat Islamiyyah yaitu
menyembah kepada Allah, tidak berpedoman kecuali melihat keselarasan antara
motivasi-motivasi hati serta melakukan amal-amal dhohir. Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju jalan ketuhanan yang
berpijak pada Kitab Allah dan Sunnah Nabi. Jika salah satu dari keduanya
bertentangan, maka salah satu jalan yang lain tidak dapat diibaratkan sebagai
hakikat Islamiyyah.Jika tidak ada dhorurotnya keselarasan ini, maka tidak ada
bedanya Muslim dan munafik.
Jika tidak ada
bahaya mengenai keselarasan ini, maka apalah arti jihad dan pengorbanan dalam
Islam.
Jika
tidak ada bahaya mengenai keselarasan ini, maka kalian pasti akan melihat
orang-orang muslim pada zaman sekarang berada pada ujung atau puncak kemuliaan
dan persatuan yang kuat. Maka akan tercipta kemakmuran antar muslim dan
meriahnya masjid-masjid mereka, mimbar-mimbar yang bersuara keras dan
lisan-lisan penuh dakwah yang berhias dengan ilmu. Akan tetapi hati dan
persatuan mereka berada dalam keterbelakangan dan jauh dari semua itu. Karena
tidak adanya keselarasan antara dhohir dan batin dan antar dhohir yang saling
menipu dan samarnya hakikat yang hanya diketahui Allah yang Maha Tahu terhadap
perkara-perkara ghaib yang tidak dapat ditipu oleh sesuatu apapun.
“Bahaya
Terbesar”
Apakah bahaya terbesar itu ?
Bahaya terbesar itu bukanlah musuh yang menyerang, yang
menetap, menjajah didalam Negara, bukan juga perpecahan yang memecah kekuatan
dan menjauhkan barisan, hal-hal tersebut bukanlah senjata yang mengancam yang
mengakibatkan kemusnahan masal, dan bukan pula kelaparan menakutkan yang
mengancam setengah penduduk dari bumi yang bulat ini karena berkurangnya
presentase produksi masa yang akan dating dengan bertambahnya jumlah penduduk
bumi.
Sesungguhnya
bahaya terbesar adalah hal yang lebih menakutkan dari itu semua. Sesungguhnya
dia memungkinkan musuh untuk menyusuk kerumah, dia yang menyiapkan senjata
untuk meledakkan bahan bakar untuk dinyalakan, dia juga yang mewujudkan
sebab-sebab permusuhan dan perpecahan dan juga menghilangkan kesempatan
persatuan dan tolong menolong.
Sesungguhnya
musuh-musuh yang paling berbahaya bagi kita itu mutlak yaitu dia nafsu-nafsu
kita yang ada diantara kanan dan kiri kita.
Ya, maka nafsu
manusia yang tidak bebarengan bersama amal sholeh, dalam berjalan menetapi
aturan-aturan Islam yang benar, dia adalah bahaya terbesar dalam kehidupan
muslimin sekarang, hal tersebut tidak diragukan lagi.
Maka
sesungguhnya Islam dalam hakikatnya tidak lain adalah pensucian dan pendidikan
untuk melepaskan dari hal yang berciri khas dengan nafsu, keegoisan,
kesombongan, dan bergantung dengan gemerlapnya kehidupan dunia ini. Kemudian
untuk masuk dalam mihrab kehambaan kepada Allah SWT dengan sukarela yang pada
hakekatnya dicap secara terpaksa seperti syari’at-syari’at Islam yang merupakan
hukum yang memaksa namun kita harus secara sukarela menjalankannya. Maka dari
hal itu hasil perbuatan benar dari hasil-hasil/buah-buah kehambaan kepada Allah
dan adanya fakta dari kedua hasil tersebut (perbuatan dan hati) itu benar atau
saling membenarkan, pada akhirnya akan tertanam mahabbah pada seorang yang
membenarkan tempat terletaknya ego, dan tunduknya nafsu untuk memperbaiki
kehambaan pada Allah yang bergandengan dengan kesombongan yang palsu untuk
memutuskan nafsu, yang dimaksud dari hal ini adalah kehidupan yang tidak lain
dalam hakekatnya kepada kehidupan yang kekal nanti, maka nafsu yang tidak
bergantung dari hal dunia dan tidak mengambil kebaikan dan kenikmatan dunia,
kecuali hal-hal yang didalamnya terdapat jalan dalam jalan Islam dan mewujudkan
keridloan Allah. Sehingga ketergantungan dari keselarasan yang diharapkan
antara kebenaran nafsu (perwujudan nafsu) dan diwujudkan dan perbuatan Islam
yang menyebar dalam perkumpulan dan tolong menolong antara muslim dan tidak
menemukan antara muslim-muslim sebab-sebab untuk permusuhan atau acuh tak acuh
dan tidak mungkin akan adanya diantara muslim tersebut kebencian dan hasud atau
dipecah belah dari sebagian muslim oleh dunia karena saling berlomba didalamnya
dan saling mnedahului pangkat. Maka berlimpahlah dari hal tersebut kekuatan
yang tidak dikalahkan dan persatuan yang tidak retak dan Allah memberikan
kepada muslim pertolongan yang benar dan nyata. Dan muslim yang selaras dalam
batin dan perbuatan dalam negaranya akan mulia dan aman.
Dan
ketika nafsu tidak mengambil bagian dalam pendidikan, seperti keadaan nafsu
kita sekarang. Maka sesungguhnya percampuran yang berbahaya akan muncul dalam
diri muslim,ketika pribadi yang terbelah dua diantara perbuatan islam yang
dhohir yang tergambar dalam ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang terlihat
dengan nafsu yang terombang-ambing bingung, tenggelam dalam angan-angan duniawi
dan hal-hal impian duniawi.
Ujung
dari orang yang memiliki pada keutamaan dan keistimewaan islami, dia akan
memilih dari bentuk-bentuk perbuatan islam yang jelas yang mana hal-hal
tersebut dapat mendatangkan keuntungan dan tidak mewajibkan dia untuk adanya
kerugian. Maka dalam dhohirnya perkara orang ini dia telah menjalankan di jalan
Allah dan dalamhatinya tertuju pada nafsu yang berwarna lain dari keinginan
duniawi dan impian-impian duniawi.
Agama dalam kenyataannya menurut orang yang memiliki
nafsu jelek tidak lain hanya sebgai tameng (pelindung) yang mereka gunakan
untuk menjaga apa yang mereka terima yaitu berupa keingkaran pada isinya
sesuatu perintah-perintah agama atau agama tidak lain adalah sebagai penutup wajah yang menutup dirinya
dari hakikat manusia.
Alangkah
jauhnya masyarakat islam yang diharapkan bias bangkit. Dibangkitkan oleh tameng
(tutup muka) yaitu berupa pura-pura beragama. Mereka tidak lain menemukan
kesadaran diri kepada sesuatu yang menyesakkan hati dan bahwa nafsu dan
keinginan pribadi.
Alangkah mudahnya pemilik nafsu ini untuk membuat alas an
dan menjadikannya sebagai pembuka jalan lari yang dibenarkan oleh syari’at
untuk mempromosikan dari kiri kanan nafsu kepada orang sekitar dalam hal
kesucian yang berupa kabut yang menutupi akan kejelekan isi orang tersebut
dengan kesucian ini yangberupa taat beragama dll
Akan tetapi agama sesungguhnya tidak akan tertipu dengan
sesuatu seperti ini. Datang
orang yang membuat alas an pada Rasulullah SAW berkata ”dia takut atas fitnah
dirinya dalam agama jika dia keluar untuk perang melawan orang romawi dan
melihat dari sekitar perempuan Bani Ashfar. Maka turun ayat Allah SWT.
ومنهم
من يقول ائذنلي ولاتفتني الافيالفتنةسقطوا
وان جهنم لمحيطة بالكافرين
“Dan
diantara mereka ada orang yang berkata, “berilah aku izin (tidak pergi
berperang). Dan janganlah engkau
(Muhammad) menjadikan aku terjerumus ke dalam fitnah”. Ketahuilah, bahwa mereka
telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sungguh, jahanam meliputi orang-orang
yang kafir.” (At-Taubah:49)
Dan datang juga orang yang pandai bersilat lidah berkata:
“Sesungguhnya rumah-rumah kami di Madinah itu terbuka bagi musuh dan di
dalamnya hanya ada anak-anak dan perempuan! “Sehingga mereka lepas dari jihad untuk menggali parit. Maka turun
ayat Allah yang berkaitan dengan peristiwa itu.
واذ قالت
طائفة منهم يا اهل يثرب لا مقام لكم فا رجعوا ويستاْذن فريق منهم النّبيّ يقولون
انّ بيوتنا عورة وما هي بعورة ان يريدون الاّ فرارا
“Dan
(ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yatsrib
(Madinah)! Tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.” Dan sebagian dari
mereka meminta izin kepada nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata;
“Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Padahal
rumah-rumah itu tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari.” (Al-Ahzab:13).
Maka
bagaimana akan memperoleh sebuah pertolongan dari Allah untuk kaum muslimin
ketika lisan dan ucapan mereka berada pada jurang kepura-puraan. Dan
nafsu-nafsu mereka bingung untuk saling merebutkan dunia serta berlomba-lomba
untuk mendapatkan kesenangan di dalamnya?!
Bahwa
sesungguhnya tiangnya kemenangan Islam tidak akan mungkin berbuah dalam
kehidupannya manusia yang seperti ini.
Mereka yang tidak akan menemukan mufakat karena mulutnya
menyatakan keislaman akan tetapi nafsunya menyeleweng dalam waktu yang
bersamaan menuju perkara lain (dhohirnya memperjuangkan islam tetapi batinnya
meninggalkan hukum syara’) maka mereka tidak akan di satukan dengan tujuan yang
hakiki dan tidak mendapatkan kesepakatan dalam intinya tujuan.
Mereka tidak
akan menyayangi dan mencintai dengan tulus, karena hati mereka bergantung pada
dunia untuk meraup keuntungan dunia. Hasud akan menyebar di antara mereka. Maka
salah satu di antara tidak akan mendapatkan perlakuan, tempat yang bagus dan
harta dan hasud akan menyebar di hati orang lain atau kebencian menyala di hati
mereka. Bahkan mereka akan hidup susah dengan perasaan tersebut dan mereka akan
kembali serta menunggu di antara kekuasaan Allah dengan susah pula.
Mereka tidak akan saling menolong, kecuali pada
waktu-waktu tertentu tergantung bagaimana mereka mendapatkan suatu
kemaslahatan, hal ini di lakukan untuk mendapatkan pujian yang indah dan
pendididkan yang pantas. Maka
sesungguhnya mereka saling menolong
dalam hakikatnya untuk mencapai sebuah keuntungan yang mana keuntungan
tersebut tidak dapat di capai kecuali dengan jalan ini. Maka ketika menjalani
perjalanan yang panjang kamu akan melihatnya bercerai berai di jalan yang
saling bertentangan. Dengan adanya kejadian di atas maka kamu di harapkan untuk
saling mencari taufiq, tolong menolong, dan cinta persaudaraan, sehingga kamu
tidak akan mengikuti jejak mereka.
Mereka tidak akan di beri pertolongan, karena dari tangan Allah-lah
mereka akan mendapatkan pertolongan dan Allah akan menolong mereka dengan
melihat ilmu hakikat mereka. Ketika kamu melihat perkumpulan yang banyak atau
mendengarakan pidato menakutkan yang berapi-api atau melihat rancangan indah
yang teliti, maka sesungguhnya semua itu tidak menakutkan musuh, tidak
mendatangkan persatuan, tidak menegakkan perkumpulan karena semua ini adalah
buih dan buih tidaklah sesuatu yang menakutkan.
Rahmat ta’dhim Allah untuk seorang yang menakuti orang muslim dari
bahaya besar hari kiamat berkata:
“hampir saja
terjadi tarik menarik di antara kalian semua umatku, sebagaimana berebutnya
orang yang makan suatu makanan pada suatu wadah. Kemudian mereka bertanya pada
Rasul: Apakah waktu itu sedikit ya Rasulullah? Kemudian Rasul menjawab: waktu
itu banyak, akan tetapi kalian semua ibarat buih, sebagaiman buihnya banjir.
Dan Allah akan mencabut ketakutannya musuh pada kamu dari hatinya musuhnya dan
Allah akan meletakkan “Al-Wahn” di hatimu, lalu mereka bertanya lagi: Apakah
“Wahn itu?” dan nabi menjawab: Wahn adalah cinta dunia dan membenci kematian”.
Sumber
Bahaya Terbesar
Sesungguhnya
sumber bahaya terbesar adalah menggantungkan hati kepada dunia, dengan
meletakkan dunia di tempat yang tinggi dan pangkatnya dunia. Adapun dunia
tidaklah seperti yang dipersangkakan sebagian orang yang di ringkas hanya pada
emas, perak, bumi, dan pekarangan. Adapun dunia itu di umpamakan seperti
syahwat yang condong pada nafsu dunia, seperti : kedudukan, pangkat,
kepemimpinan, sombong, dan condong pada gambar-gambar kenikmatan. Adapun semua
perkara ini bersumber dari dunia yang mana Allah SWT memberi cobaan kepada
manusia untuk memerangi nafsu dalam menjauhi dunia dan melepaskan nafsu dari
tawanan dunia, serta mengalahkan dunia sebagai pijakan dalam jalan mencari
ridlo Allah.
Ketika hati bergantung pada kesenangan dunia dan tidak
mampu melepaskan dari tawanan dunia, dan tidak ada yang perjuangan yang di
lakukan seseorang untuk berusaha melepaskan nafsu dari cengkraman dunia dan
dari mcam-macam penyakit hati yang merupakan bahaya terbesar dalam kehidupan
seorang muslim, maka hati akan di beri cobaan yang berupa kesombongan, hasud,
riya’, ‘ujub, macam” kebencian, dendam, pelit, yang akan mengalahkan nafsu dan
menyebar di dunia, sehingga ia tidak akan suka pada akhirat/zuhud akhirat &
pahalanya. Ketakutan
mereka pada akhirat akan mengecil dari siksa Allah & besarnya azab
Allah.dan merubah arti jihad untuk saling berebut dunia. Setelah jihad
menciptakan kemenangan dari tawanan & menjatuhkan pada hiasan dunia.
Beberapa Akibat Yang Timbul Dari Bahaya Terbesar
Beberapa
akibat yang ditimbulkan dari bahaya terbesar telah aku jelaskan kepadamu,
diantaranya:
1.
Robohnya pondasi masyarakat islam, kekuatan orang-orang islamn
menjadi pudar dan terpecah belah.
Aktivitas keislaman diantara mereka hanya tinggal logo dan perjuangan
dangkal yang tidak berbuah dan tidak
berfaidah.
2.
Aktivitas keislaman yang mereka lakukan hanya strategi yang berupa
gambaran atau teori sedangkan gerakan keislaman yang mereka lakukan hanya
sampai pada kulit luarnya saja dan tidak menyelam masuk kedalam. Hal ini
dikarenakan kekuatan islam telah memudar dari hati, kemudian sedikit demi
sedikit berkurang hingga islam tidak mempunyai kekuatan sedikitpun. Dan
akhirnya hukum Islam dikembalikan kepada kepentingan dunia yang bersifat
pribadi dan kehendak nafsu.
Diantara
manusia yang mempunyai hati seperti ini adalah orang-orang Islam yang mempunyai
angan-angan, bahwasannya bila Islam bisa kembali memimpin dan hukum kembali
seperti dahulu maka mereka akan mengangkat kepala tinggi- tinggi mereka merasa
mempunyai kekuasaan dan kekuatan. Impian mereka hanya anga- angan dunia yang
tidak bertentangan dengan apa yang telah tertancap dihati mereka dan bergantung
pada nasib mereka.
Mereka
bergerak untuk menolong Islam, tapi gerakan –gerakan yang mereka lakukan
seperti mendukung aliran lain, yaitu: gerakan yang ditopang ide, pemikiran dan
aturan- aturan dangkal. Mereka tidak faham bahwa diantara karakter atau
ideology islam dengan ideology lain itu ada perbedaan yang mencolok.
Islam
dibangun dengan inti perwujudan kehambaan kepada Allah dalam hati. Ini
merupakan tempat pijakan pertama untuk semua aktivitas, gerakan, dan pejuangan
dijalan Islam. Islam mewajibkan umat-umat islam untuk memperbaiki hatinnya
sebelum melakukan apapun. Sedangkan ideology lain tidak mewajibkan para
pemeluknya dari hal-hal tersebut dan mereka tidak dituntut untuk menjauhi
sesuatu yang dikatakan al-Qur’an sebagai “Bathinul Itsmi” atau dosa yang
tersembunyi. Oleh karena itu ajakan mereka diawali dengan aktivitas yang
berupa gerakan dan berakhir dengan aktivitas yang berupa
gerakan pula. Maksud berjalan bersama mereka dengan sewajarnya, karena mereka
tidak dituntut untuk meninggalkan dan berpaling dari nafsunnya.
Sesungguhnya
kebanyakan orang islam berpaling karena tidak memikirkan perbedaan mendasar
yang sifatnya sangat penting. Oleh karena itu, mereka tidak mementingkan untuk
memperbaiki hati dan nafsunnya. Mereka memilih metode-metode yang ditempuh oleh
ideology lain dan terkurung dalam lingkaran yang tidak ada jalan keluar, yaitu:
perdebatan, diskusi, pertemua, membanggakan pemikiran, saling beradu teori, dan
tidak ada selain itu semua.
Terkadang sebagian mereka menganggap remeh urusan ibadah,
dzikir, menghadiri jama’ah, dan amal-amal sholeh yang dari itu semua diharapkan
dapat menghidupkan dan membangun hati kepada hakikat keislaman dan dari itu
juga diharapkan dapat membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang sedang kita
bicarakan. Mereka menganggap bahwa ibadah yang dilakukan oleh kebanyakan
orang-orang umum tidak patut dilaksanakan oleh orang yang berjuang dalam
gerakan dan dakwah keislaman seperti mereka.
Sesungguhnya
hal ini adalah suatu kesalahan yang mengherankan. Penyebabnya telah aku
katakana kepadamu yaitu, mereka tidak memahami perbedaan besar yang mendasar
antara islam dan ideology pemikiran lain. Sedangkan penyebab ketidakfahaman
tersebut adalah berpalingnya mereka dari memerangi hawa nafsu dan membiarkan
nafsunya bersama dengan segala sesuatu yang diinginkan olehnya.
Pandangan
ini adalah pandangan yang salah yang menyusahkan.! Sayan tidak mengatakan bahwa
aktifitas keislaman tidak baik bila disertai dengan strategi dan gerakan –
gerakan keislaman. Tapi yang saya maksud adalah setiap perbuatan keislaman itu
terhenti keberhasilannya, keberhasilan itu tergantung pada inti yang terlupakan
yaitu: membenarkan dan meluruskan hati dan menghilangkan kecintaan pada dunia
dari hati.
3.
Pandangan yang salah yang mengherankan terhadap orang yang
mengarahkan dirinnya untuk melihat dan menjaga hatinya sendiri. Mereka berjuang
dengan cara-cara yang berbeda dari yang telah disyari’atkan untuk memperbaiki
nafsu, orang-orang tersebut dipandang sebelah mata. Kebanyakan manusia melihat
bahwa sesungguhnya orang-orang tersebut menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang
tidak ada hasilnya dan tidak ada buahnya. Terkadang mereka juga menganggap
bahwa apa yang dilakukan orang-orang tersebut adalah bid’ah dan kesesatan yang
tidak datang dati agama.
Padahal
tidak ada keraguan lagi pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang
mengetahui haknya Allah, kewajiban ynag diwajibkan Allah kepada mereka dan
kemudian mentaatiNya dan tidak melenceng dariNya. Apa yang mereka tekankan pada
dirinya itu adalah ajaran yang di bawa nabi Muhammad Saw. yang menjadi inti
dalam dari agama Islam. Tidak ada kebaikan pada
islamnya seseorang yang tidak membersihkan hatinya, tidak dapat
menguasai hatinya dengan kebenaran, dan tidak mengeluarkan kesenangan dunia
dari hatinya.
Benar, memang perlu kita ingkari orang-orang yang
mengurung diri yang membatasi dirinya hanya dalam aktifitas kebatinan saja,
sehingga dia tidak mempunyai kewajiban anar ma’ruf nahi munkar dan mencwgah
kerusakan. Orang ini dianggap mengabaikan bagian besar dari kewajiban yang
Allah bebankan atas dirinnya dengan dalih sibuk memperbaiki hati dan
membersihkan tingkah lakunnya.
Semestinya bila seseorang ingin menjadi muslim yang
sempurna maka, dia harus memenuhi hak-haknnya Allah yang dimulai dengan
memerangi hawa nafsu dan dilanjutkan untuk memperbaiki keluarga dan kerabat
kerabatnya kemudian ditambah dengan saling menolong diantara sesame saudara
untuk menegakkan masyarakat islam yang lurus.
4.
Kefanatikan yang bathil yang menempel pada dirinnya yang masih ada
hubungannya dengan orang yang memiliki nafsu tersebut. Kefanatikan tersebut
adakalannya kepada keluarga, kabilah, guru, jama’ah atau organisasi yang
sekirannya dapat memberikan dukungan dan persaudaraan bukan hanya tertuju pada sesuatu yang
berhubungan dengan dirinnya. Hati mereka telah termakan oleh perasaan ini dan
cenderung untuk menurutinnya hingga makna dari firman Allah:
“Sesungguhnya orang- orang yang beriman adalah saudara”
Telah terhapus dari dalam dirinnya, digantikan dengan keyakinan
persaudaraan yang sempit yang tertancap
dalam keyakinan dirinnya. Kemudian dari sini timbul akibat yang
membahayakan yang sifatnnya bermacam-macam yang tidak mereka sadari.
Termasuk dari
akibat ini adalah berpindahnya mereka dari mengagungkan pemikiran dan aturan
kepada pensucian terhadap seseorang atau
pribadi-pribadi lain.
Kemudian kenyataan
yang terjadi adalah seseorang yang mereka kultuskan itu menjadi tolak ukur atau
barometer terhadap kebenaran yang mereka
imani. Ini dilakukan sebagai ganti suatu perkara yang mesti dijalankan yaitu
menyambut suatu kebenaran yang
semestinnya mereka jalankan yang kemudian dihubungkan dengan
pengkultusan terhadap seseorang dan
kemudian mengagungkannya.
Perbandingannya
adalah salah satu dari mereka tidak melihat sesuatu yang lain selain yang
berhubungan dengannya. Karena kebenaran (menurut mereka) tidak akan muncul dan
terjaga kecuali dengan sesuatru yang berhubungan dengannya.apabila orang lain
memiliki perbedaan dengannya maka itu mereka jadikan sebagai bukti kesalahan.
Apabila ada orang lain yang cocok dengan mereka maka mereka beranggapan bahwa
kebenaran tersebut datang dari dirinnya. Alangkah banyaknya manusia yang
tersesat pada jalan ini.alangkah banyaknnya manusia yang mengganti hukum-hukum
Allah dan merubah syari’at Allah disebabkan hal tersebut.
Seorang tokoh
Islam Badi’u az-Zaman Syaikh Sa’id an-Nursi (semoga Allah merahmatinnya) pada
suatu ketika pernah merasa bahwa salah satu muridnya itu mengkultuskan dirinnya
hingga beranggapan bahwa kebenaran itu
apa yang datang dari Syaikh Sa’id an-Nursi dan mengimani segala sesuatu
yang terdapat dalam diri Syaikh. Kemudian Syaikh Sa’id menulis nasehat yang
panjang kepada murid-muridnya yang isinnya:
“ kalian menghubungkan kebenaran yang aku ajak kalian kepadannya
dengan diriku yang mempunyai banyak dosa dan suatu saat bisa musnah. Tapi
kalian harus menghubungkan kebenaran kepada sumbernya yang suci yaitu al-Qur’an
dan sunnah Nabi. Dan agar kalian tahu bahwa sesungguhnya aku tidaklah lebih dari
seorang yang menunjukkan jalan menuju dzat ar-Rahman yang maha agung.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku adalah manusia yang tidak terjaga dari
kesalahan. Terkadang dari diriku muncul dosa dan penyimpangan yang karena hal
tersebut tercorenglah gambar kebenaran yang kalian sambungkan kepadaku.
Kemudian kalian jadikan diriku panutan dalam keburukan atau membelokkan manusia
dari kebenaran.”
Dan tempat kembali
fanatic itu adalah keegoisan pada manusia dan itu adalah bahaya bahayannya
penyakit hati yang seharusnnya diperangi oleh umat muslim.
Akan tetapi, oleh sebagian dari manusia sifat
ego ini kadang diwujudkan atau digambarkan dalam “keyakinan yang pribadi”,
sebagian dari mereka adalah orang yang mempunyai keadaan dimungkinkan karena
keadaan mensucikan kepada pribadi-pribadinnya, kebanyakan dari mereka itu
berinteraksi dengan masyarakat lain atau orang lain.
Orang lain kadang mewujudkan keegoisan dalam
bentuk keyakinan secara jama’ah yaitu orang orang yang meninggalkan
kepribadiannya dengan bergabung dengan para kaum, organisasasi, atau
masyarakat. Bahkan
terkadang sifat ego tergambarkan dalam mengajak pada kebenaran, sebagaimana
seperti orang yang benci kepada kemunkaran yang dilakukan didepannya yang
dianggap menghina agama. Sebenarnya mereka itu berubah ubah dalam pemikiran.
Pada lahirnya mereka marah marah pada kehormatan agama yang telah rusak. Tapi
sebenarnya mereka marah karena merasa dihina pribadinnya dan kemuliaan diri
sendiri. Buktinnya adalah jika mereka tidak dalam gambar agama yang tidak dikenal
apapun oleh orang orang. Ketika orang orang melakukan kemunkaran maka ia akan
berjalan tanpa menoleh pada mereka maksudnya tidak peduli.
Contohnya seperti orang yang mempunyai hubunga dengan syaikh atau
masyarakat maka, ia akan selalu fanatic kepadannya. Karena hal itu akan
memenuhi pribadi seseorang denga keegoisan. Sehingga keegoisan itu sampai pada
pandangan mereka, bahwa orang orang orang itu adalah muslim tingkat dua dan
orang orang yang bukan dari golongan mereka akan dimusuhi.kadang kadang kefanatikan
ini diwujudkan dalam pengajaran, logo logo yang diberikan kepada anggotannyadan
memberi tahu bahwa itu adalah bagian dari pengajaran islam.
Untuk mengatasi kefanatikan yang timbul akibat
dari keegoisan adalah bukan dengan menjauhi syaikh yang telah mendidiknnya,
atau menjauhi seorang mursyid yang mana kita dapat mengambil faedah dari beliau
atau masyarakat yang telah membantu kita, dengan menjauhi mereka bukanlah
sebuah obat atau jalan keluar. Sesungguhnya
obatnya adalah ketika kamu mengerti
sesungguhnya setiap Syaikh yang kita belajar kepadanya atau mursyid yang telah
membimbing kita ataupun masyarakat yang telah membantu kita. Sesungguhnya
mereka hanyalah penengah bukan puncak, dan penengah adalah tidak mengeluarkan
keutamaan dari sebuah hal yang penting kecuali dengan takaran yang selaras dan
disepakati.
Maka, ketika muslim telah mengetahui hal ini,
mereka mengetahui sesungguhnya sebaiknnya yang harus dijadikan tujuan adalah
Islam. Dan jalan untuk
mencapai itu adalah Syaikh, mursyid dan masyarakat yang memungkinkan menjadikan
umat muslim berpegang teguh pada agama Allah yaitu dengan berpegang teguh pada
hukum hukum Allah. Ketika kekasih/ kecintaan muslim pada kebenaran itu
bertambah maka akan hancur tabi’at bara keegoisan dan apabila tidak ditemukan
sesuatu yang melekat maka akan hilang kecondongan orang tersebut pada individu
atau kelompok. Tetapi, dibalik keadaan berfikir secara sungguh sungguh menuju
hakikat keislaman itu sendiri, maka tidak akan terwujud hubungan orang muslim
tersebut dengan yang lain dalam segala hal kecuali mendapatkan pertolongan dan
pengawasan dari Allah.
Kecintaannya kepada Syaikhnya itu tidak menyibukkan dia sehingga
lupa dengan haknya Allah yang ada didirinnya. Dan tidak menjauhkannya dari
masyarakat dan saudara-saudarannya yang sama-sama mencintai muslim yang jujur
hal itu karena hubungannya dengan Syaikh atau dengan masyarakat dan
saudara-saudarannya itu merupakan cabang dari hubungan pribadinnya yang sangat
erat dengan kitab Allah dan sunnah Rosulallah, yang darinnya terdapat
dasar-dasar dan hukum-hukum.
Ringkasan atau kesimpulan dari pembicaraan
ini, sesungguhnya segala sesuatu yang berkaitan atau mengenai orang Islam pada
waktu itu berupa musibah yang bermacam-macam, adapun sumber dari semua itu
adalah nafsu (bahaya terbesar). Apabila
tidak ada nafsu pasti dalam hati umat muslim akan tumbuh kejujuran dan
keikhlasan, apabila keduannya sudah terwujud maka kan tumbuh kepercayaan
terhadap kita semua dan apabila sudah terwujud kepercayaan di antara kita maka
kita akan saling tolong menolong, bersatu, saling mendukung dalam mempercepat
suatu pekerjaan atau usaha dan memudahkan jalan. Dan apabila sudah terwujud
dalam diri mereka sifat seperti itu, maka akan muncul sebab-sebab atau
sumber-sumber kekuatan dalam hidup mereka dan akan memunculkan ketakutan musuh
yang akan menyusup kepadannya, dan akan mengembalikan pada kehormatan yang
pernah dicuri dan mengembalikannya pada kedudukan yang agung di muka bumi ini.
Tetapi ketika mereka berpaling, tergoda atau
tergiur pada macam-macam bentuk dunia dan rayuannya seperti: harta, jabatan dan
kedudukan atau tergoda pada yang lainnya, maka akan menyebar pada diri mereka
untuk berlomba-lomba mendapatkan dunia dan mementingkan diri sendiri, maka
dalam hati mereka akan tertanam kebencian, kedengkian dan ketika berjalan
mereka akan saling memangdang dengan pandangan hasud atau saling melecehkandan
akan hilang kepercayaan diantara mereka serta memunculkan kecurigaan pada hati
mereka dan ketika musuh mereka melihat adannya penyakit dan musibah yang
menyakitkan itu, maka musuh tadi itu akan meletakkan kepentingan mereka dan
memfokuskan pekerjaan pada penyakit tadi dan itu merupakan jalan yang paling
mudah untuk menghancurkannya.
Disini kita dapat melihat sesuatu yang
ditutupi tadi, kita hanya melihat sesuatu yang berada diatas yang ditutup tadi
(terlihat secara dhohir) seperti bentuk-bentuk perbuatan yang mementingkan
kepada Islam, sesuatu yang dhohir tadi tidak akan bisa menggerakkan cara-cara
pemikiran membela agama Islam, sesuatu yang dhohir tadi tidak akan bisa
menggerakkan sesuatu yang diam, menipu orang yang bodoh dan memperbaiki orang
yang rusak.
Tetapinya, terkadang pemuda itu terkena tipu,
yang tipuan tadi menumbuhkan keyakinan Islam yang kuat diantara diri mereka,
dan pemikiran-pemikiran mereka. Maka
mereka tidak akan terperdaya ketika melihat sesuatu yang mementingkan Islam
ataupun mendengarkan kalimat-kalimat yang dihiasi dengan kepentingan Islam,
kecuali mereka benar-benar maju dengan keberanian dan kejujuran untuk berjalan,
bekerja dan berjuang dengan ukuran tangannya bisa memegang dan mereka mungkin
mampu untuk melakukannya.
Dan ketika bisa mendapat rahmat dari Allah itu semua karena
utamanya atau keutamaan anak muda tadi. Dan apabila Allah marah terhadap kita
dan akan diturunkan siksa yang cepat semua itu bisa dihalang-halangi oleh
ikhlasnya anak muda tadi. Anak muda yang menghabiskan masa mudannya dengan
berjuang dijalan Allah yang hatinnya diliputi dengan godaan, kesenangan,
menepati janji dan dapat dipercaya janjinnya dan juga menggantungkan
angan-angannya hanya pada ridho Allah.
Ya Allah yang mengilhami pada kebaikan yang
membolak-balikkan hati, sucikanlah hati kami dari segala sifat yang menjauhkan
kami dari kesaksian kepada-Mu (beriman), mahabbah kepada-Mu dan berpegang teguh
pada agama-Mu. Dan
kumpulkanlah hati kami supaya dapat berjuang untuk mendapatkan ridho-Mu,
angkatlah hamba-hamba yang berdakwah pada jalan kebenaran pada derajat yang
mulia, agung, ikhlas, sebagai kejujuran dan kematian. Dan jadikanlah kami orang
yang selalu husnudhon atau baik sangka pada anak muda yang suci. Sesungguhnya
Engkau maha mendengar do’a.
“Ini
Adalah Obatnya”
Sebelum saya membicarakan
tentang tanda-tanda untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh “ al-khotor
al-akbar” dengan segala akibatnya, alangkah baiknya jika saya bertanya
terlebih dahulu tentang al-khotor al-akbar? Dan apakah kamu yakin
tentang obat dan keberadaannya? Pertanyaan tersebut .
Karena sesungguhnya agar
dapat menemukan masalah yang menyamai setengah jalan untuk mendapatkan
solusinya untuk mengatasinya. Adapun
bersikukuh dengan memantapkan kepada obat tersebut dianggap sebagai
penanggulangannya.
Apabila kamu tidak
meyakini dengan apa yang saya jelaskan diatas (obat) maka saya akan menuturkan
kepadamu bahwa kamu berada pada keragu-raguan, dari sumber-sumber bencana
tersebut. Perselisihan yang dhahir, dari bahaya terbesar yang telah saya
jelaskan kepadamu dengan ringkas, maka sesungguhnya mensifati obat ini tidak
ada manfaatnya karena beberapa pendorong untuk mengunakannya tidak lagi
dibutuhkan atau diperlukan.
Adapun jika perkataan saya
telah merasuk dalam hatimu dan kamu yakin bahwa khotor al-akbar adalah
rahasia dari apa yang kita keluhkan dari tingkah-tingkah kita, maka
sesungguhnya kamu akan menoleh pada perkara yang akan saya ucapkan dengan
perhatian yang seksama, dan akan berusaha untuk menumbuhkan rasa ikhlas
terhadap Allah atas agamamu, dan kamu akan menggunakan obat ini dengan
menyerahkan segala kekuatan dan akan mengajak manusia serta mengingatkan
mereka.
Dan akan menjadi mudah
bagimu untuk meyakini bahwasanya obat-obat ini tidak ada gantinya, dan akan
memantapkan bahwa sesungguhnya seluruh orang Islam berada pada perselisihan
antara derajat dan pangkatnya. Dan selamanya membutuhkan pada penggunaan obat
tersebut dan mengambil faedah nya.
Dan saya, pertama-tama
akan menerangkan pada diri saya sendiri, dan untuk yang kedua kalinya saya akan
menerangkan kepada orang-orang muslim yang berkenan untuk menyimak keterangan
saya, dan saya akan meminta kepada Allah untuk menjadikan kita bagian dari
orang-orang yang berwasiat kepada kebeneran dan berwasiat kepada kesabaran.
Ada seorang murid yang
sedng duduk di dalam ruang ujian. Dia tenggelam dalam kefokusan mengerjakan
soal-soal ujian. Dia merasakan haus lalu dia mendatangi seorang pengawas
kemudian murid tersebut meminta segelas air untuk diminum. Ketika diberikan
kepadanya segelas air yang dia minta, dia segera meminumnya. Kemudian kedua
matanya tertuju pada sebuah gelas yang berisikan air putih jernih dan murni,
lalu murid tersebut mengarahkan fikiranya pada air tersebut dan berangan-angan
tentang kemurnian, kejernihan dan kelembutan air tersebut serta produsen yang
menciptakan air tersebut.
Murid tersebut terlupa
akan ujian dan beberapa soal yang belum usai ia kerjakan. Sedangkan waktu terus
berlalu begitu cepatnya sehingga waktu untuk mengerjakan soal ujian hampir
habis. Sedang si murid masih tenggelam dalam memandangi gelas yang berisikan
air tersebut.
Jika dilihat dari
penuturan diatas, bahwasanya obat dari kelupaan murid tersebut adalah adanya
seseorang yang mendatanginya dan mengingatkannya, bahwasanya dia berada di
ruang ujian sedangkan waktu untuk mengerjakan sudah hampir habis dan pengawas
segera mengambil kertas yang ada padanya.
Sesungguhnya masalah
tersebut satu, yang mana tidak ada perbedaan antara dua permasalahan: kecuali
bahwasanya ruang ujian disini adalah lebih agung-agungnya sebuah keagungan, dan
besar-besarnya keluasan adapun masa dalam mengerjakan adalah lebih banyak bahayanya,
adapun obat untuk permasalahan di atas adalah satu yaitu dengan mengingatkan
pada orang-orang tersebut bahwasanya waktu dia tidak banyak lagi, waktunya
untuk berjalan ke tempat kembali yang menakutkan yang menantinya . Sebaik-baik
orang yang mengingatkan orang ini dengan perkara yang menjuruskan kedalam
hatinya yang paling dalam. Obatnya adalah hendaknya mulailah kita
mengingat-ingat wahai saudaraku sesama muslim, yakni mengingat akan identitas
kita dikehidupan ini. Kemudian tugas yang telah diberikan kepada kita untuk
kita laksanakan lalu berlanjut (berkesinambungan) dalam mengingat segala yang
kita lalaikan dan kita lupakan.
Apa sebenarnya identitas
kita? Sesungguhnya kita merupakan hamba yang dimiliki Allah ‘Azza wa Jalla
dan berada pada kekuasaan-Nya lah segala tingkah kita, dan hanya kepada-Nya lah
satu-satunya tempat kembali kita.
Sebuah identitas disini
ditandai dalam firman Allah:juz
Adapun persifatan dalam
identitas ini adalah sama, baik dari setiap orang mukmin atau kafir. Adapun
tugas yang telah dibebankan kepada kita yakni dengan meletakkan kehambaan kita
pada tempat pelaksanaan kehidupan nyata. Kita menggerakkan, menegakkan, dan meluruskan
jalan kita di atas identitas yang didasari kehambaan tadi, segala bentuk
kehidupan kita yang demikian dapat terwujudkan dengan menjauh dari banyaknya
sifat, nafsu, dan kesenangan. Allah memerintahkan kita untuk patuh terhadap apa yang diperintahkan dan meminta dengan merendahkan diri kita, serta tidak menggantungkan
hati kita pada salah satu selain Allah. Dantidak meminta
kebaikan kecuali kepada-Nya. Juga tidak pula meminta perlindungan dari
kejelekan melainkan hanya kepada-Nya semata dan ini merupakan suluk
yakni perbedaan antara mukmin dan kafir.
Ketika kita sudah
mengetahui tujuan besar yang wajib bagi kita. Untuk berjalan pada tujuan dalam
kehidupan kita didunia. Dan kita telah menemukan seberapa pentingnya tujuan
ini. Di saat itu kamu mengetahui sesungguhnya segala sesuatu yang dibawah
adalah sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Adapun sarana tersebut terbagi menjadi dua bagian:
- Sarana untuk mencapai pada tujuan ini
- Penghalang terputusnya tujuan tanpa adanya sarana.
Apa yang kamu lakukan jika kamu berada di tanah lapang agar bisa mencapai tujuan kamu?
Sesungguhya kamu menyengaja pada sarana yang bisa menjadikan pada tujuan sampai
mendekatkan diri pada Allah. Dan kamu melihat pada siksaan-siksaan maka kamu menghindar darinya. Atau kamu melewati dari atasnya.
Ini adalah perkara yang
megajak kita pada perkara yang menuju suluk dalam kehidupan, menghadap
pada tujuan besar yang telah diciptkan pada kita.
Adapunsarana untuk mencapai pada
tujuan adalah dengan kita menggunakannya. Dan hal tersebut adalah bersyukur kepada Allah atas tujuan
tersebut. Adapun penghalang yang
menghalangi untuk menghindar dari sarana tersebut atau melewati di atas. Hal
tersebut adalah dengan sabar dalam menjalani perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan kebenaran ini tidak
ada kebodohan kecuali pada salah satu dari dua lak-laki: yakni orang yang
meremahkan Allah ‘Azza wa Jalla yaitu orang yang tidak beriman dengan
penghambaan, tugas dan tujuan. Hal ini akan saya ceritakan pada kita dalam maqom
ini atau orang yang lupa terhadap penghambaan disebabkan oleh sesuatu yang
menenggelamkan orang tersebut kedalam godaan dan perkara yang melalaikan serta
perkara yang melupakan. Obat dari perkara ini adalah dengan mengingatkan
(memberi peringatan).
Allah benar-benar telah
mengetahui pengaruh yang dapat melalaikan dunia dan menjauhkan orang mukmin
dari mengingat pada Dzat yang hakiki dan beberapa tugasnya sebagai seorang
hamba. Lalu di meletakkannya didepan kedua matanya dengan lambang atau logo dua kalimat
x$Î)ßç7÷ètRy$Î)urÚúüÏètGó¡nS
dan memerintahkannya untuk
mengulang-ulang keduanya diantara
kekuasaan Allah dalam tiap-tiap rakaat salat
yang dia kerjakan, sehingga dia menjadi seorang mukmin yang menghamba dan
meminta pertolongan Allah. Apabila dia menjadi seorang muslim yang hakiki yang
melindungi kelalaiannya terhadap dunia dan melupakannya, lalu dia mengingat bahwa
sesungguhnya dia adalah hamba yang hina terhadap Dzat yang merajai, yang
mengalahkan lagi Maha Agung, jadi tugas seorang mukmin adalah memeluk agama
dengan melakukan penghambaan yng sempurna dan hendaknya meyakini bahwa tidak
ada kemanfaatan dan tidak pula ada bahaya kecuali dari Allah SWT. Yakni Allah
yang Maha Esa yang menolong dalam segala sesuatuJika kamu mengingat seorang
mukmin dari kebenaran ini, lalu mengingatkannya dengan terus menerus atau
bergegas sadar dari segala sesuatu yang menyibukkan dunia dan hawa nafsunya.
Hatinya akan sepi dari bergantung kepada selain Allah. Maka hatinya tidak akan
bergantung pada harta, pangkat, pujian, ujub, dan kesombongan. Dan hatinya
tidak dipenuhi rasa kebencian marah, atau hasud dan tidak pula berangan-angan dengan
mempercayakan pada salah satu makhluk ciptaan Allah Yang demikian itu telah
dicampuri maka penghambaan kepada Dzat yang merajai kerajaan dan hal itu tidak
mengarahan hajatnya melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak hanya meminta
selain kepada pintu Allah. Jika dia beri nikmat, maka ia mensyukurinya dan
menggunakan pemberian tersebut untuk mewujudkan tambahnya keridhoan Allah. Dan
jika dicegah maka ia sabar dan yakin bahwasanya hal tersebut merupakan hal
terbaik baginya baik dunia maupun akhirat. Ini adalah makna dari sabda nabi
Muhammad kepada ibnu Abbas:
اذاسالت فاسال الله واذا استعنت فاستعن
بالله,واعلم ان الامة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك الا بشييء لم يضروك
الا بشيء قد كتبه الله عليك.
Hal ini menerangkan padamu
bahwa sesungguhnya tidak disyaratkan untuk meniadakan bergantungnya hati dengan
sesuatu yang berhubungan dengan dunia yang dapat mencabut hati manusia dan
watak yang membutuhkan dunia. Pada hal-hal yang menjadi syahwat dunia. Ini
adalah perkara yang bertentang dengan fitrah manusia yang telah difitrahkan
oleh Allah pada hambanya. Maka sesunguhnya makna dari mengarahkan seluruh
hajatnya pada Allah dan meminta apa yang dikehendak dan disenangi Allah saja,
mengad kepadanya atas apa yang membuatnya sakit dan susah hal ini yang dijelaskan
pada firmanAllah Qs. Al Ankabut: 17.
(#qäótGö/$$sù”yZÏã«!$#XøÎh9$#[2]“وقوله :(#qè=t«óur©!$#`ÏBÿ¾Ï&Î#ôÒsù3[3]“وقوله(#ÿrÏÿsùn<Î)«!$#(ÎoTÎ)/ä3s9çm÷ZÏiBÖÉtR×ûüÎ7B[4]
Akan tetapi sesungguhnya
seorang hamba jika hatinya hanya bergantung pada Allah maka akan bertambahlah
kehambaannya setiap kali perasaan butuh pada Allah dan bermacam-macam
keinginanya bertambah. maka hal tersebut karena masa kehambaan pada setiap
insan yaitu hajat yang lemah (manusia tercipta sebagai makhluk yang lemah). Dan
apabila dia tidak membutuhkan sesuatu yang menancapkan sifat butuhnya kepada Allah
meskipun menjadikannya lemah terhadap harapan yang diinginkannya.
Oleh karena itu tidak akan
ada pertentangan antara ridho dengan
ketetapan Allah dan mengeluh pada Allah. Akan tetapi keduanya merupakan dua
bagian dan tidak akan sempurnahakikat penghambaan
terhadap Allah tanpa keduanya. Dan keduanya telah sepakat dalam do’a nabi SAW:
اللهم اليك اشكو ضعف قوتي و قلة حيلتي
وهو اني على الناس , يا أرحم الراحمين أنت رب المستضعفين وانت ربي. الى من تكلني؟
الى بعيد بتجهيمني أم الى عدو ملكته امري؟ ان لم يكن بك علي غضب فلا ابالي_ولكن
عافيتك او سع لي. أعوذ بنور وجهك الذي اشرقت له الظلمات وصلح عليه امر الدنيا والاخرة
من أن انزل بي ظظبك أو يحل علي سختك, لك العتبى حتى ترضى ولا حول ولا قوة الا
بك"
Maka sesungguhnya obatnya
adalah dengan mengingat-ingat Allah terus menerus secara hakiki dan mengetahui
tugas yang telah dibebankan oleh Allah pada kita dan menjadikan tujuan tegak
yang diletakkan didepan kedua mata kita dan mengambil dari dunia suatu sarana
untuk mewujudkan tujuannya.
Hal tersebut adalah
hakikat penghambaan terhadap Allah dan itu juga merupakan tinggi-tingginya
pangkat yang ditempati para siddiqun dan yang diidamkan oleh orang-orang
yang ikhlas ( mukhlishun ). Adapun orang awam maka akan terkelabuhi oleh
kebenaran ini dengan bentuk ibadah maka mereka berhenti ketika memegang erat
ibadah ini dan tidak menoleh pada suatu yang lebih utama lagi dan lebih penting.
Oleh karena itu orang-orang yang melaksanakan perkara ibadah yang dhohir
kebanyakan dari mereka adalah mayoritas seorang muslim sedangkan orang yang
menerapakan ibadah batiniyah mereka adalah orang muslim yang langka lagi
sedikit (minoritas) muslim.
Cara Menggunakan Obat Pada Bab Sebelumnya
Dalam
bab sebelumnya telah dijelaskan tentang obat hati. Tapi, bagaimana jalan untuk merealisasikannya? Cara untuk merealisasikannya adalah dengan jalan
hakikat penghambaan kepada Allah, maka kamu tidak akan diperbudak oleh harta,
kedudukan, kepentingan pribadi dan sesuatu apapun dari bahaya nafsu yaitu,
sifat egois, takabbur, sombong, mementingkan diri sendiri dan lain-lain.
Tidak diragukan lagi, jalan tersebut bukan jalan yang mudah untuk dilewati,
tetapi sesungguhnya itu adalah jihad (jalan yang pertama) yang telah diwajibkan
oleh Allah dalam firman-Nya: “Bersungguh-sungguh dalam jalan Allah dalam
berjihad adalah kemulyaan.” dan juga “Orang-orang yang berjihad pada jalanKu
maka Aku akan menunjukkan jalan kepadamu." . dan jalan itulah adalah الفارق (jalan nomor dua) yang membedakan antara orang mukmin dengan orang munafiq
yang menghias dirinya dengan keimanan. Jalan yang lain adalah الحاجز (penghalang)
yang menjadi penghalang orang muslim
untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw. Hal tersebut sebagaimana sabda
Rasulullah, sungguh akan rusak orang-orang yang memperbudak dirinya dengan
(memburu) dirham, dinar, pakaian sutra yang indah(modis). Orang itu benar-benar rusak, sebagaimana halnya
sesuatu yang kemasukan duri, maka duri tersebut sulit dicabut. Dan ketika
permintaannya terpenuhi dia akan senang, namun ketika permintaannya tidak
terpenuhi maka dia akan jengkel).
Jalan
yang nomor empat adalah الحارس(penjagaan). Penjagaan
yang mampu melindungi iman seseorang dari dua serigala yang lapar. Dua serigala
tersebut seperti yang diwaspadai Rasulullah dalam sabdanya: “Seseorang yang
tergila-gila pada harta dan kedudukan yang menyebabkan rusak pada agamanya, itu
lebih berbahaya daripada dua serigala yang lapar, yang diumpani beberapa
domba.”
Salah satu dari pentingnya jihad adalah, karena jihad merupakan jalan
satu-satunya untuk mendapatkan ridla Allah Swt, dan mendorong kepada
penghambaan diri kepada Allah, untuk mendapatkan suatu kebenaran. Bahkan para
ulama’ mencurahkan segala kekuatannya dalam jalan ini (jihad) - baik dalam
bentuk jihad nafsu dan menolak segala bentuk kejahatan nafsu yang berbeda-beda.
Sehingga mendatangkan perhatian dari sebagian ulama’ terhadap keberlakuan dan
pembebanan nafsu yang mampu mengeluarkan ulama’ dari batas-batas syari’at dan
ajaran Nabi Muhammad.
Disini
saya menyampaikan pendapat para Ulama’ Salaf untuk mengingatkan pada kita
semua, jihad adalah inti dari Islam. Jihad juga satu-satunya jalan untuk
mewujudkan metode penghambaan dalam beribadah dan untuk membuka perkara yang hilang kebenarannya, dan juga bisa untuk meraih kemenangan.
Yang pertama, saya mengingatkan itu semua untuk
diri saya pribadi. Yang kedua saya mewasiatkan untuk saudara-saudaraku untuk
selalu meminta agar dipanjangkan pertolongan-Nya dan taufiq-Nya. Dan ini adalah
perantara untuk menggapai wasiat tersebut:
- Manusia diharapkan berfikir dalam hal penciptaannya, tempat kembalinya, dan harus memikirkan bahwa manusia selalu dalam pengawasan Allah, kemudian menyadarkan akal ketika merasa lupa dan lalai.
Berfikir
merupakan gerakan akal. Dengan tanpa berfikir, akal tidak akan memberikan
faidah sama sekali. Berfikir merupakan hal yang dapat membebaskan akal dari
godaan nafsu, kesenangan nafsu, keterikatan nafsu. Dan dengan tanpa berfikir,
manusia tidak bisa membedakan antara keinginan akal dan bisikan nafsu.
Hal ini sudah
banyak dijelaskan oleh Allah dalam beberapa ayat al-Qur’an, agar kita selalu
berfikir :
لعلكم تتفكرون.......... ان في ذلك
لاية لقوم يتفكرون ...... افلا تتفكرون ؟
Salah satu pentingnya juga, berfikir adalah merupakan tanaman yang agung
dalam kehidupan seorang Nabi sebagai seorang mukmin, Da’i, mujtahid.Dan itu tidak suatu permainan yang tidak ada faedahnya ketika Allah
mengilhamkan Nabi jauh dari keramaian manusia, kehidupan mereka,
kerusakan-kerusakan yang dibuat manusia. Faedahnya
supaya menyendiri dengan akalnya, seraya berfikir, mengangan-angan di
dalam gua hira’ dalam waktu yang panjang. Karena salah satu pentingnya Khalwatà berfikir à mendapatkan
hikmah.
Ketika kita
berfikir kemudian menjauh dari keramaian manusia dan gemerlapnya dunia, maka
hasilnya akan lebih benar dan teliti, karena akal adalah
logika yang benar. Salah satu kesenangan yang ada dalam diri manusia adalah
rasa yang selalu tidak puas. Seseorang yang menerima bisikan dari nafsu akan
mempunyai sifat jahat, sombong, dengki dan berlomba-lomba untuk mendapatkan gemerlapnya dunia. Seringkali
masalah itu bukan terletak pada diri manusia yang kalah dengan bisikan nafsu,
tetapi masalah yang paling besar adalah manusia tidak dapat mendengarkan
bisikan dari akal saja, melainkan tidak bisa membedakan bisikan akal dan
bisikan nafsu. Manusia menjadikan Khalwat atau ‘uzlah sebagai suatu cara untuk
memfokuskan akal. Kemudian dia bertanya kepada akal, dimana tempat saya
kembali?
Saya tidak
mengajak kamu hidup menjauh dari masyarakat, dari gunung, dari jurang. Karena
hal itu bukan fitrah manusia juga bukan tugas orang muslim, tetapi saya
mengajak kalian untuk menyepi dan berfikir. Setiap kali kalian melihat hitungan
kotak, sebagaimana yang dilakukan pedagang yang hidup dalam keramaian manusia
dan gaduhnya pasar. Layaknya seorang pedagang
di pasar, meskipun dia melayani pembeli, namun hal itu tidak mencegah dirinya
menyendiri pada waktu luang ketika dirumah, dia menyisikan waktu luangnya untuk
menghitung hasil dagangannya sendirian, tidak bersama anak ataupun keluarganya,
dia meneliti lembaran-lembaran uang. Jika dia tidak menyempatkan waktu untuk
menghitung hasil dagangnya dalam hidupnya, maka dia tidak mengetahui secara
pasti dagangannya rugi atau untung.
Saya mengajak kalian untuk menempuh jalan ini yang mampu membersihkan
fikiran kalian dari kelupaan(kekhilafan) dan pengawasan dari kefanatikan atau
mendorong kebagusan yang palsu yang diharamkan atau pendorong nafsu, sehingga
kalian memiliki ketenangan dalam berjalan yang sesuai dengan metode angen-angen yang merdeka dari
kesalahan-kesalahan atau bisikan-bisikan nafsu.
Dan ini merupakan wasilah
yang dilakukan Rasulullah selama hidupnya, yakni mengatur nafsu dengan menyepi
(خلوة) dari keramaian manusia. Dan hal itu tidak dilakukan
Rasulullah kecuali untuk memberikan pembelajaran kepada ummatnya.
Dan kalian semua jangan lupa, bahwa sesuatu yang paling penting yang bisa
membantu kalian dalam membiasakan/menetapkan/keberlangsungan((دوام fikiran dan dzikir yaitu memperbanyak mengikuti
majelis-majelis yang dilakukan oleh orang-orang shaleh dan segala sesuatu yang
condong kepada mereka.
Dan sesungguhnya penting-pentingnya sesuatu yang dapat menjauhkan kalian
dari membiasakan/menetapkan/keberlangsungan ((دوام fikiran dan dzikir yakni tenggelam dalam majelis yang
penuh permainan dan condong kepada orang-orang lupa, dan menikmati majelis yang
justru menghabiskan waktu berharganya untuk kehidupan yang tidak bermanfaat. Dan mereka
hanya berhenti pada mencakar dagingnya batang, yakni mereka mengikuti
pengajian, tetapi perilakunya tidak mencerminkan demikian, contohnya sering dan
senang menggunjing orang lain.
Cara yang kedua dalam menggunkan obat, supaya selalu ingat bahwa hidup di
dunia ini hanyalah sementara yakni dengan berdzikir secara istiqomah dari
ayat-ayat Al Qur’an seperti membaca tasbih, istighfar, dan dzikir-dzikir yang
mengingatkan kita kepada Allah.
Adapun membaca
Al Qur’an sudah tidak saya ragukan lagi merupakan kebutuhan kalian seperti yang
disebutkan dalam hadits-hadits sahih dalam keutamaan membaca Al Qur’an dan
mengangan-angan maknanya. Dan tidak ada perbedaan diantara kaum muslimin
didalam mendekatkan diri kepada Allah yakni dengan membaca Al Qur’an yangmana
hal tersebut dianggap sebagai utama-utamanya mendekatkan diri kepada Allah.
Banyak hati yang keras
yang tidak bisa ditaklukkan kecuali dengan membaca Al Qur’an, dan banyak juga
orang-orang yang lupa yang justru menjerumuskan terhadap kerusakan, tidak ada
yang bisa menyadarkan dirinya kecuali dengan membaca Al Qur’an , dan banyak
mata yang tidak bisa merasakan tangis karena takut pada Allah kecuali di
tengah-tengah membaca Al Qur’an.
Setiap sahabat memiliki wirid khusus yang
diambil dari Al Qur’an untuk dibaca setiap hari dan setiap malam. Apabila ada
udzur (yang sifatnya tidak bisa ditinggal), sehingga ketika mereka tidak bisa melaksanakan wirid, maka dia
mengqodlo’i karena menyesal tidak bisa mengerjakan wirid tersebut pada
waktu seperti biasanya. Dan mereka biasanya mengqodlo’i pada hari
setelahnya. Sebagaimana yang terjadi pada sahabat Umar dalam sebagian waktu.
Adapun dzikir, tasbih, dan
istighfar itu merupakan obat yang diwajibkan Allah kepada Rasulullah, yangmana
perintah tersebut merupakan sesuatu yang banyak diulang-ulang di dalam Al
Qur’an.
"وسبح بحمد ربّك قبل طلوع الشمس وقبل
غروبها, ومن أناءالليل فسبح واطرف النهار لعلك ترضىô
وسبح بحمد ربّك
بالعشيّ ولابكار
واذكر ربّك في نفسك تضرعا وخيفة ودون الجهر من القول بالغدوّ
ولاصال
واذكراسم ربك بكرة واصيلا و من الليل فاسجد له وسبّحه لبلا
طويلا
Dari penjelasan diatas, Ulama’ sepakat bahwa
sebagian muslim harus mengambil wirid tersebut berupa bacaan tasbih, istighfar,
dan bacaan Al Qur’an. Dan sesungguhnya waktu utama untuk membaca itu adalah
pagi dan sore.
Ketika datang suatu perkara yang
menghalang-halangi untuk tidak melakukan dzikir pada waktu yang telah
dibiasakan maka yang lebih utama adalah mengqodlo’inya pada waktu sengang.
Sehingga kesibukannya tidak menjadi akar untuk mengabaikan dan menyia-nyiakan
wirid.
Dan benar-benar ada hadis
shahih muslim dari Umar yang menjelaskan hal tersebut:
Umar berkata, bahwasanya
Rasulullah telah bersabda “barang siapa
tidur lalu meninggalkan dzikirnya, kemudian membacanya (mengqodlo’inya) pada
waktu antara shalat subuh dan shalat dzuhur, maka pahalanya akan dicatat sebagaimana
dzikir pada malam hari.”
Jangan melihat pada orang
yang beranggapan bahwa dzikir adalah sebagai ibadah mutlaq, karena hal tersebut
akan dianggap mengkhususkan waktu untuk hal baru. Dan itu
merupakan bid’ah yang diharamkan. Mereka (orang-orang yang beranggapan
demikian) menghendaki kalian jauh dari jalan-jalan Allah. Orang yang mengambil
pendapat ini, maka dia tidak mendekat untuk melakukan ibadah besar pada waktu
hidupnya, karena takut bid’ah dalam anggapannya tersebut.
Terkadang kamu melihat orang yang berpendapat
seperti ini di waktu utama, yakni waktu pagi dan sore. Lalu kamu melihat dia
tidur pulas atau pada waktu seperti itu dia melakukan suatu permainan atau
menggunjing yang diharamkan dengan tanpa sadar bahaya yang mereka lakukan itu
adalah dosa yang telah diperingatkan Al Qur’an dengan jelas.
Terkadang alasan mereka untuk melakukan itu
(tidur pulas,bermain, dan menggunjing) karena mereka tidak ingin menyibukkan
waktunya dengan melakukan perkara bid’ah, dalam hal ini berupa dzikir yang
ditentukan waktunya.
Ketahuilah, pengaruh bacaan Al Qur’an itu
sangatlah penting dalam mengobati penyakit nafsu karena akan terbentuk sebuah
perasaan dalam hati dengan menetapkan fikiran dan dzikir. Perasaan tersebut
berupa pengawasan dari Allah pada semua yang dilakukan oleh manusia. Dia tidak melakukan
sesuatu apapun. Atau dia memendam suatu tujuan yang diharamkan sehingga
menghilangkan perasaan ini (berupa rasa pengawasan Allah) yang bertujuan untuk
meluruskan pekerjaannya dan membenarkan niatnya.
Ini adalah penjagaan ilahiyah yang agung dalam
kehidupan seorang muslim. Hal itu merupakan al Ihsan sebagaimana yang telah
disifatkan oleh Rasulullah : dengan gambaran seseorang meyakini bahwa Allah
melihat mereka ketika mereka sedang menyembah Allah. yang menyembah Allah
seakan-akan mereka melihat Allah.
Ihsan tidak akan terwujud, kecuali dengan
membaca Al Qur’an, dzikir, dan lain-lain. Ini adalah obat yang agung untuk
membersihkan nafsu dan segala sesuatu yang termasuk di dalamnya berupa penyakit
sombong, dengki, hasud, dan senang duniawi, dan berhubungan dengan
sebab-sebab pencitraan diri, pangkat, derajat duniawi yang fana.
Tidak ada ke raguan, bahwa
dzikir yang saya maksud bukan merupakan gerakan lisan, dan juga bukan bunyi
tasbih, dan bukan gerakan tubuh ketika berdzikir. Bukan itu yang
saya maksudkan. Yang saya maksud dengan dzikir adalah apa yang dikehendakiNya
di dalam kitabNya sebagaimana perintahNya kepada nabi Muhammad saw.
Sebagaimana yang dicontohkan dengan bahasa
arab, seperti ucapan; “saya selalu mengingat si fulan sepanjang hari”. Itu
merupakan ingatan hati, gerakan fikiran, sadarnya perasaan. Kalau gerakan lisan
itu faedahnya. Gerakan itu adalah mengingatkan hati, menyadarkan perasaan, dan
mengahalangi hati dari pembicaraan yang melailaikan yang justru menyibukkan
lisan kepada dosa atau tidak ingat kepada Allah.
Adapun ketika ada penghalang antar lisan dan
hati, sehingga lisan memperbanyak berdzikir, berdoa, membaca tasbih secara
terus menerus, tetapi hatinya justru tenggelam dalam dunia, impian-impian
dunia, dan kesenangan-kesenangan dunia yang diharamkan. Maka orang-orang yang
dalam keadaan seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai orang yang berdzikir
maupun beribadah. Tetapi orang-orang ini dikatakan sebagai orang yang berdzikir secara
dzahirnya saja. Dan dia dengan
dzikirnya tidak memiliki faidah yang lebih besar daripada dzahirnya saja.
Cara yang ketiga dalam menggunkan obat ini
adalah memperbanyak doa dan tunduk atau bersimpuh dihadapan Allah. Obat ini
adalah ibadah yang sangat penting, bahkan doa itu merupakan hal yang paling
inti dalam ibadah. Dan doa merupakan penggambaaran penghambaan yang paling
tinggi tingakatannya dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Allah telah menegaskan di dalam Al Qur’an
perintah doa, dan memperbanyak doa kepada hamba-hambaNya. Mendasarkan perkara untuk memerintah hanba
dengan berdoa. Dan Allah telah menjadikan ini (doa) sebagai penting-pentingnya
alamat seorang hamba yang mukhlish.
(#qãã÷$#öNä3/u%Yæ|Øn@ºpuøÿäzur4¼çm¯RÎ)w=ÏtäúïÏtF÷èßJø9$#ÇÎÎÈ
55.
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].
[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang
diminta dan cara meminta.
wur(#rßÅ¡øÿè?ÎûÇÚöF{$#y÷èt/$ygÅs»n=ô¹Î)çnqãã÷$#ur$]ùöqyz$·èyJsÛur4
56.
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan).
Dan Allah
mensifati hambanya yang mukhlish dengan firmannya :
öNßg¯RÎ)(#qçR$2cqããÌ»|¡çÎûÏNºuöyø9$#$oYtRqããôtur$Y6xîu$Y6yduur((#qçR%2ur$uZs9úüÏèϱ»yzÇÒÉÈ
90.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas[970]. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada
kami.
[970] Maksudnya: mengharap agar dikabulkan
Allah doanya dan khawatir akan azabnya.
Manusia baru akan merasakan penting-pentingnya
doa, dan bersimpuh kepada Allah ‘Azza wa
Jalla ketika mereka merasakan sangat butuh kepada Allah, dan mereka meyakini
bahwa tidak ada yang bisa membantunya kecuali hanyalah Allah, dan tidak ada
pengharapan kecuali hanya pada Allah. Ketika manusia seperti ini, maka mereka
akan berdoa dengan hati yang benar, dan dengan kesadaran yang penuh. Mereka itu
seperti orang yang tertimpa kesusahan yang sangat dalam, dan merasa lemah
ketika hilangnya kesusahan tersebut sehingga mereka putus asa, kemudian mereka
mulai mengerti bahwa Allah adalah satu-satunya yang bisa menghilangkan
kesusahan mereka dan menghilangkan bahaya atas mereka. Kemudian mereka
mengangkat tangannya dan dihadapkan ke langit dengan sepenuhnya ucapan dan hati
mereka: Ya robbi.
Obat Untuk
Bahaya Terbesar Yang Ketiga Dan Keempat
Amalan ketiga untuk obat
atau sebagai penawar bahaya terbesar yaitu banyak-banyak berdo’a yang disertai
dengan ketawadlu’an kepada Allah SWT.. Penawar ini merupakan ibadah yang sangat
penting, berdo’a juga merupakan inti dari ibadah itu sendiri dan suatu kehambaan
yang dibilang tingkatan tertinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa
Jalla. Dan sungguh Allah telah menguatkan perintah ibadah dengan banyak-banyak
berdo’a di dalam kitab-Nya (al-Q ur’an), Allah menjadikan berdo’a sebagai salah
satu tanda kehambaan yang penting, yaitu keikhlasan. Sebagaimana firman Allah
Swt.
(#qãã÷$#öNä3/u%Yæ|Øn@ºpuøÿäzur4¼çm¯RÎ)w=ÏtäúïÏtF÷èßJø9$#ÇÎÎÈ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Maksudnya: melampaui batas tentang yang
diminta dan cara meminta.
(#qãã÷$$sù©!$#úüÅÁÎ=÷ãBçms9tûïÏe$!$#öqs9uronÌx.tbrãÏÿ»s3ø9$#ÇÊÍÈ
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat
kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).”
wur(#rßÅ¡øÿè?ÎûÇÚöF{$#y÷èt/$ygÅs»n=ô¹Î)çnqãã÷$#ur$]ùöqyz$·èyJsÛur4¨bÎ)|MuH÷qu«!$#Ò=Ìs%ÆÏiBtûüÏZÅ¡ósßJø9$#ÇÎÏÈ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.”
Dan Allah menyifati
hamba-hamba pilihannya yang tercantum dalam firmannya :
§NèOÞOßg»oYø%y|¹yôãuqø9$#öNßg»uZøpgUr'sù`tBurâä!$t±®S$uZò6n=÷dr&urtûüÏùÎô£ßJø9$#ÇÒÈ
“Kemudian Kami tepati
janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan
orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui
batas.”
Sebenarnya manusia itu
merasa akan pentingnya berdo’a dan bertawadlu’ kepada Allah Swt., ketika
manusia merasa butuh pada Allah Swt. Mereka meyakini bahwa ada dzat yang
menentukan semua dan tidak ada harapan kecuali dari Allah. Maka ketika manusia
berdo’a dengan benar dan merasa tunduk, hal tersebut seperti orang yang jatuh
dalam kesusahan dan merasa lemah untuk menghilangkan keresahannya sehingga
timbul perasaan putus asa. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah itu dzat yang
menghendaki untuk menghilangkan kesusahan dan bahaya tersebut. Maka dari itu
mereka mengangkat tangannya menghadap ke langit dan berkata di mulut dan hati
mereka dengan perkataan “Yaa Robbii”.
Adakalanya orang yang
tidak butuh dan tidak merasa sempit cobaan dalam hidupnya. Maka, dia tidak akan
menemukan perkara yang mendorong untuk berdo’a, karena
dia tidak merasa butuh pada sesuatu tersebut. Dan dia tidak melihat
disekitarnya yang dibenci, karena dia tidak merasa hal tersebut, sehingga dia bertanya bagaimana cara
dia meminta pada Tuhannya. Diumpamakan seperti orang yang terbelenggu baunya
perkara haram dan tenggelam dalam ombak hawa nafsu, karena dia tidak merasakan
apa-apa kecuali kelezatan yang rusak dan hasilnya.
Saat engkau berjalan,
kemudian menasehatinya dengan do’a supaya Allah mengeluarkan dari segala
urusannya, maka ia akan menghinamu dan mereka menganggapmu sebagai golongan
pertama, terkadang orang yang mengangkat tangannya itu menggerakkkan lisannya
dengan sebagian do’a yang biasa dilakukan atau mengamini do’a orang lain, hal
seperti itu tidak di namakan
do’adalam hakikatnya,akan tetapiitu hanyalah sesuatu yang mirip dengan do’a.
Dan ini merupakan perkara
yang jauh dari pandangan Allah dalam do’a yang telah di perintahkan-Nya seperti
dalam firman-Nya:
ادعوربكم
تضرعا وخفية
Dan sebuah contoh
yang mudah dalam hal ini yaitu orang-orang yang berenang dalam kehidupan yang
penuh kemelencengan dan dosa, ketika engkau menghadapi salah satu dari mereka.
Kemudian kamu memberi suatu nasihat
tentang kebenaran dan ingat kepada Allah serta siksa-Nya, maka mereka akan
mengangkat tangannya dengan mengucapkan:
الله يهد ينا
Di depan kamu dia
mengucapkan do’a, akan tetapi hatinya bertolak belakang dalam do’a tadi, karena
dia takut, dalam hakikatnya menggunakan suatu do’a tadi hanya untuk sebuah
permainan atau sebuah kemaksiatan. Ketika di hilangkan kenikmatannya dengan
keinginannya ini justru jalan yang dia tempuh dalam membuat do’a adalah sebuah permainan
atau kemaksiatan itu semakin mudah dan besar. Karena sesungguhnya dia
berpura-pura berdo’a didepan kita supaya ia lupa dengan nasihat yang kita
berikan. Dan memutus jalan yang menjadi hujjah mereka.
Ketika orang yang berma’siat merasakan hinanya kemaksiatan yang ia
lakukan, serta hatinya merasa susah dengan apa yang bergantung padanya yaitu (yang
dimaksud) dosa dan siksa. Maka , kemudian dia meminta pada Allah petunjuk dan
pertolongan untuknya, hal seperti inilah termaksud do’a yang benar serta di
perintahkan-Nya.
Telah diketahui bahwasanya tolong menolong pada
sesama manusia untuk berjalan dengan jalan yang
istiqomah (tetap) serta dalam taufiqnya Allah. Meskipun taufiqnya Allah itu
jauh dari orang yang sholeh serta istiqomah. Maka dia akan terlempar jauh dari
tempat kemelencengan.
Taufiq Allah SWT menjadi sempurna pada diri
seorang muslim dengan 2 perkara:
- Keteguhan tekad yang bulat untuk menuju kebaikan.
- Ikhlas dalam berdo’a pada Allah dengan bersimpuh di hadapan-Nya.
Maka ketika seorang muslim membenarkan keinginan untuk khusyuk dan mengikuti
jalan keridloan kepada Allah, kemudian mendekatkan diri kepada Allah dengan
hati yang khusyuk dan rendah diri, maka Allah akan menggiring dia pada jalan
hidayah dan dilindungi dari keburukan nafsu dan setan.
Pada suatu hari seorang pemuda
menemukan di depan universitas dan mengadu padaku tentang suatu keadaan dan
kesusahan. Nafsu telah mengalahkannya pada keburukan dan dia hampir tidak kuat
mengendalikan dan mengalahkan nafsu tersebut. Sesungguhnya hidup di Universitas
malah menambah nyala nafsunya dan dia meminta untuk ditunjukkan pada jalan agar
dapat terlepas dari belenggu nafsunya.
Kemudian aku berkata
padanya: Apakah kamu lihat kesusahan dan pengharapan yang kamu ungkapkan
padaku? Ungkapan pengaduan tentang keadaan nafsu ini kepada Tuhanmu yang Maha
Agung. Bisikkan dan dekatkan dirimu kepada Allah, ada saat dimana tak ada
seorang pun diantara kau dan Allah. Mintalah taufik dan kekuatan kepada Allah,
jika kau melakukan itu semua dan megulangi terus menerus, maka Allah akan
mengabulkan do’amu dan mewujudkan jalan paling mudah bagimu untuk terlepas dari
belenggu nafsu.
Sesampainya seorang
manusia kepada keadaan yang menjadikannya terpaksa mengulurkan tangannya kepada
ornag yang menolongnya dari belenggu yang mengenainya. Kemudian dia tidak
menemukan seorang pun kecuali Allah Azza wa Jalla. Itulah hakikat kehambaan
terpaksa yang Allah jadikan manusia luluh kepada-Nya.
Berdirinya seorang manusia
pada pintu Allah Azza wa Jalla dengan rendah diri dan kehinaan disertai do’a,
meminta dan mengharap kepada Allah. Itulah hakikat kehambaan sukarela yang
Allah perintahkan kepada manusia untuk melakukannya.
Terkadang kau lihat
manusia yang meremehkan perintah do’a. Mereka beralasan bahwa sesuatu yang
menimpa seorang hamba itu adakalanya sudah tertulis pada keputusan Allah, dan
adakalanya tidak tertulis.
Apabila sudah tertulis
maka sebuah do’a tersebut bermanfaat membentengi dirinya. Apabila tidak
tertulis, maka sejatinya do’a tersebut tidak dibutuhkan.
Aku tidak ingin
memanjangkan jawaban terhadap alasan ini dengan fatwa-fatwa para Ulama’ dalam
kitab-kitab tauhid. Pembahasan disini berbeda dan punya sifat yang berbeda
pula. Tapi aku mengatakan: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan
hamba-hamba-Nya untuk brerdo’a dan Allah berjanji mengabulkan do’a mereka.
Allah berfirman:
“وقال ربكم
ادعوني استجب لكم......"
Janji Allah itu benar dan
tidak dikenai keingkaran. Ini adalah suatu yang penting bagimu. Untuk apa kau
bahas sesuatu diluar tugas dan kemampuanmu? Dan untuk apa menyusahkan pikiranmu
pada sesuatu perkara yang kembali pada pengaturan Allah Ta’ala yang mempunyai
kekuatan dan kerajaan yang agung? Keputusan Allah adalah hukum dari segala
hukum. Mengabulkan do’a adalah janji yag pasti ditepati Allah. Tugasmu hanya
tunduk dan iman kepada janjinya dan kemudian menyerahkan segala urusan kepada
Allah.
Maksud ucapan ini adalah
sesungguhnya pada awalnya seorang muslim mencari orang yang dapat menolong
hatinya dari penyakit samar yang tidak terlihat oleh orang lain. Kemudian dia
merasakan bahaya dan pengaruhnya dalam menghalangi dirinya dari mengikuti jalan
keridloan Allah Ta’ala, dan diluarnya ia berhias dengan jalan-jalan yang
dilalui oleh orang-orang sholih yang lurus.
Ketika kamu masih merasa
seperti itu obatilah dengan kedua do’a tersebut (membaca al-Qur’an dan wiridan)
–dengan berdo’a terus-menerus dengan hati yang susah, merasalah bahwasannya
kamu tidak memiliki apapun dan sesungguhnya hati itu berada dalam kedua jari
Allah. Karena hanya Allah yang mampu untuk menyembuhkan dari
penyakit-penyakitnya dan melepaskan dari bahaya-bahayanya.
Untuk mendahulukan wasilah
dan syafa’at kepada Allah SWT yaitu ada tekad yang bulat dan bersihnya niat,
seta merasa diri hina di hadapan Allah SWT.
Memilih seperti itu
merupakan lebih utama-utamanya waktu untuk mendekatkan do’a diterima, berusahalah mengambil dari waktu
sahur, yaitu suara bising dalam kema’siatan
pada waktu itu telah diam, nafsu sudah tenang, maka kelihatan pengawasan
Allah pada hambanya.
Berusahalah dengan
sungguh-sungguh untuk mengusap matamu hilangkan tutup-tutup tidur, berdirilah
kemudian sempurnakanlah wudlumu, berdirilah menghadap Allah yang menguasai
langit dan bumi. Kemudian bukalah kedua tanganmu pada Allah. Sesungguhnya
yakinlah bahwa Allah melihat kehinaan, mendengar tangismu, rintihan nafsumu
dari penyakit hatimu, dan mintalah dibersihkan hatimu dari penyakit hati,mintalah
supaya menjauhkan bahaya terbesar dari dirimu. Dan mohonlah do’a kepada Allah
dengan sangat dan memperbanyak berharap, menangis atas diri sendiri yang kamu
habiskan dalam lupa pada Allah, dan lupa dari pengawasan hatimu.
Sesungguhnya apabila kamu
melakukan perkara tersebut dan melakukannya dalam setiap keadaan. Maka Allah
akan mengabulkan do’a-do’amu dan menyusun perkaramu, membersihkan
ranjang-ranjangmu dan Allah memberikan kejujuran dalam ibadah. Kamu merasa
keikhlasan dalam do’a.
Tetapi kamu harus istiqomah
dalam keadaan ini, karena lari pada Allah, menjauh pada Allah dengan jalan
seperti ini, ini adalah tanda yang bisa menaikkan kamu. Selama kamu ini masih
dalam putaran kehidupan maka kamu harus meneruskan naik pada tangga kalau tidak
kamu akan terpeleset pada telapak, suatu saat maka kamu akan kembali ke asal
kamu.
Obat nomor empat yaitu
menjauhi makan barang haram. Karena jisim yang diatas barang haram biasanya
memuat nafsu yang condong pada kemelencengan dan muncul dari batas-batas Allah,
menurut peraturan Allah ketika dhohir, maka akan terkumpul penyakit yang bahaya
dalam hatinya.
Harta haram itu dimulai dengan mengambil harta orang lain dengan tanpa ridha.
Lalu bermacam-macam dibagi menjadi bagian-bagian bentuk yang macam-macam sampai
mencapai yang paling ringan syubhat, yang mana di sangka haram.
Orang yang tidak
mampu melepas dari syubhat, maka dia dapat menjahuinya dari barang haram. Seorang menemukan alasan yang dia buat alasan itu untukmengambil
barang syubhat yang dinisbatkan
pada yang pertama. Tetapi dia tidak dapat menemukan alasan yang dibuat dalil didalam arahnya yaitu
barang haram. Maka dengan barang haram mendapatkan hasil yang bahaya dalam kehidupan seorang muslim. Yang paling ringan bahayanya yaitu
hatinya keras, yang tidak bisa digerakkan oleh orang yang menuturi dan mengingatkan.
Dan tidak bermanfaat ditakut-takuti dan
disenang-senangi, karena terjadi perpisahan akal dan hati, akal mengerti dengan
tanpa menganut hati. Yang awal itu tunduk (akal) dengan tanpa kelembutan
hatinya. Tidak jauh sekali, hanya akal saja bisa
memiliki atau menyetir dalam tingkah pola manusia, karena
pengaruh yang besar itu pemilik hati atau sumber perasaan
semuanya.
Tingkah yang meremehkan
mengenai do’a ini, keadaan ketika mereka menyepelekan ini merupakan suatu
perkara yang besar. Maka orang ini menjadikan Islam sebagai lambang yang
dhohirnya saja. Adapun batin yang samar, dia didorong
dijalan yang lain. Yang direncanakan oleh syahwat dan macam-macam sifat nafsu.
Ketika seorang muslim
menganggap mudah atau meremehkan, dia mengambil harta yang dapat dipegang
tangannya dengan berbagai cara, maka sudah tidak berfaedah lagi obat-obat yang
dulu diterangkan. Maka pembacaan Al-Qur’an tidak bisa
mengingatkannya, wirid tidak dikabulkan.
Telah diriwayatkan oleh
Imam Muslim dan Tirmidzi dan lainnya dari hadits Abu Huroiroh dari Nabi yang
artinya :” Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu dzat yang bagus, maka Allah
tidak menerima kecuali perkara yang bagus, dan sesungguhnya Allah memerintahkan
kepada Mu’minin sebagaimana yang diperintahkan kepada para utusan”. Maka Allah
berfirman:
$ygr'¯»túïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=à2`ÏBÏM»t6ÍhsÛ$tBöNä3»oYø%yu(#rãä3ô©$#ur¬!bÎ)óOçFZà2çn$Î)crßç7÷ès?ÇÊÐËÈ
“Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Abu Huroiroh berkata : Ada seorang laki-laki melakukan perjalanan panjang
yang berantakan dan berdebu rambutnya, dia
mengangkat tangannya ke langit dengan berkata {يا رب, يا رب} dan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya
haram dan dia diberi makanan yang haram.
Alangkah banyaknya orang muslim dengan hitungan ibadah, memberi lisan
bentuk ceramah yang menandai, alangkah sedikitnya orang Islam dengan menjaga
diri dalam harta yang haram. Maka apakah aku harus mengabulkannya?
Alangkah banyak orang Islam pada saat ini ketika kamu menghitung dengan
hitungan sholat dan ibadah dlohir yang memegang tasbih di tangannya dan
membiasakan lisan untuk mauidloh dan kalimat-kalimat agama yang dihias-hiasi.
Namun alangkah sedikitnya dalam hitungan yang menjaga dirinya dari jatuhnya
perkara haram dan menetapi batas-batas yang telah ditentukan Allah di dalamnya.
Dan kalau dihitung dengan memandang ridlo Allah itu seperti di dalam saku,
banyak kita melihat orang Islam dianggap bagus dan lebih utama, mereka
menguntai ucapan yang manis dalam dakwah Islam, ketika terlihat bagi mereka
jalan perdagangan yang menguntungkan menyebabkan sebagian melenceng dari
hukum-hukum Islam, dia cepat-cepat menerjang jalan tadi dalam dengan tanpa takut dan malu. Ketika
diingatkan sesama Islam dia menta’wil dengan perkara yang
tidak bisa di ta’wil. Dia membuat fikih baru
yang tidak ada dalilnya
Empat obat ini adalah jalan yang harus dilalui untuk memperbaiki keadaan
hati dan melepaskan dari penyakit yang samar, yang diibaratkan al-Qur’an dengan
bathinul itsmi.
Tanpa menggunakan obat ini dan pentingnya bathinul itsmi, maka suatu
perkara tidak patut bagi muslimin, jamaah yang benar tidak mengumpulkan mereka
dan tidak bisa terlepas dari rintangan mereka yang berbeda-beda yang banyak
terjadi dimasa sekarang.
Ringkasan
Ini adalah ringkasan dari
setiap apa yang telah kita bahas, sesungguhnya orang islam saat ini itu saling mengadu, saling terpecah-belah, dan saling acuh tak acuh, mereka bertanya
tentang apa yang bisa menyatukan jalan mereka?
Jawabannya adalah
sesungguhnya yang dapat memecah perkara umat Islam adalah dinding pemisah yang
berada dalam hati mereka, tanpa menghilangkan dinding pemisah ini maka mereka
tidak akan bisa bersatu dan keadaan mereka tidak akan membaik. Penghalang
(dinding pemisah) ini lebih kuat pengaruhnya dari pada forum-forum dan
pertemuan-pertemuan rutin yang menjadi simbol pemersatu. Kita telah
menyelesaikan pembahasan tentang dinding pemisah ini, macam-macamnya serta
pengaruh-pengaruhnya yang bohong dalan kehidupan umat islam. Kemudian kita
telah bahas pula obat-obat atau penawar yang dapat menghancurkan dinding
pemisah ini dan menghilangkannya dari hati kita. Inti atau ringkasan dari
pembahasan tentang penawar yang dapat menghancurkan dinding pemisah ini adalah
sebuah keikhlasan. ketika ikhlas itu terwujud dalam hati para umat muslim, maka
hilanglah sifat sombong dalam hati dan timbullah ketawadlu’an, hilanglah sifat
kebencian(kemarahan) dari hati dan timbullah kasih sayang (belas kasih) dalam
hati, hilanglah sifat cinta dunia(sifat terlalu senang dengan pangkat-pangkat
dan rayuan dunia) dan timbullah sifat senang akan ridlo Allah serta keselamatan
dari siksa dan ancaman-ancaman Allah dan kefanatikan dengan berbagai bentuk dan
macam-macamnya itu akan hilang. Dengan begitu, akan menimbulkan ketundukan dalam
hati mereka terhadap agama islam.
Ikhlas adalah kalimat yang
mudah diucapkan di lisan dan menyenangkan hati ketika didengar. Oleh sebab itu,
kalimat ikhlas itu sangat familiar dan sering diulang-ulang. makna ikhlas itu
agung-agungnya makna, dalam artian sifat yang penting dalam kehiduapn manusia.
Meskipun seperti itu ucapan ikhlas jauh dari pengaruh masyarakat. ikhlas itu
dapat membelah nafsu-nafsu dalam keadaan sempit, kecuali jika kalimat ikhlas
yang mempunyai makna penting itu hilang dan jauh dari pengaruh kalimat itu
sendiri. Pada masyarakat ini banyak orang-orang yang mengaku dengan kalimat
ikhlas untuk suatu perdagangan, denagn kalimat ikhlas itu hanya dibuat sebagai
hiasan oleh orang-orang yang berbohong serta orang-orang yang mempunyai
simbol-simbol yang kosong.
Sesunnguhnya ikhlas itu
ketika tetap di dalam hati, maka
tertancaplah rasa untuk berkorban disertai rasa ikhlas itu sendiri dalam diri
seseorang. Apa yang dikorbankan oleh orang-orang ikhlas itu? Sesungguhnya orang
yang ikhlas itu mengorbankan beberapa kesenangannya dan penyakit-penyakit nafsu
di jalan yang benar, mukhlis mengorbankan semua itu disertai denag rasa
mengihlaskannya. Bagi orang yang resah bahwasannya tidak bisa menemukan jalan
menuju kebenaran, karena dirinya sudah sangat tertawan oleh nafsu. Orang yang
seperti itu membiasakan dirinya melakukan hal sudah tersebut.
Adapun orang yang tidak
menghendaki melakukan hal ini dan itu, maka sebaiknya berhenti untuk
mengaku-ngaku islam dan memegang dengan nama islam. Cukuplh dari kita untuk
keramaian yang terus-menerus dalam perpecahan dan sifat saling acuh tak acuh
antar umat muslim.
Orang yang tidak melihat
sesuatu yang dapat mencegah pengembangan hukum Allah, mempermainkannya,
mempertahankan pangkat keduniawiannya dan melakukan kesenangan nafsunya,
orang-orang seperti itu tidak pantas mengucapakan kalimat yang satu atas
perpecahan dan sifat saling acuh tak acuh antar umat muslim. Orang seperti itu
juga tidak merasakan susahnya umat muslim dalam suatu perkara serta tidak ada
damai dalam hatinya. Artinya hidup atau susah. Orang hidup didunia yang
membiarkan didalamnya kesombongan, mengurusi keegoan, dan membela dari
kefanatikan itu tidak pantas memakai atas namanya dengan muslim, hingga
bercampur antara semangat beragama dangan
semangat kesombongan, bercampur antara pemebelaan yang haq dengan
pembelaan yang tergolong kefanatikan.
Orang yang memahami
tentang islam dengan kepahaman bahwa didalamnya terdapat ketawadluan diri,
kehambaan didalam hati, dzikir yang melebihi waktu dan do’a yang dipanjatkan
pada waktu sahur itu hanya mengharapkan (dalam khayalan) berupa ucapan, gerakan
dan merencanakan saja. Memahami islam tidak harus membicarakan tentang
simbo-simbol keislamannya yang berada
diantara ayat-ayat Allah, sunnah Rasulullah serta ulama’-ulama’
salafussholih dari orang-orang terdahulu. Sebenarnya mereka itu membahas
tentang pemimpin-pemimpin madzhab dan pemikir-pemikir modern. Mereka hanyalah
membahas diantara pemimpin-pemimpin madzhab dan pemikir-pemikir modern, serta
orang yang ada disekitarnya saja yang mampu mengekspor ideologi yang mereka
harapkan untuk mengisi wadah islam.
Orang yang senang dengan
tidak adanya islam dari terlalu fokus di masjid-masjid dan musholah, tidak
mewajibkan wiridan yang diulang-ulang setiap pagi dan sore dan nasyidan yang
menyegarkan hati mereka diatas pemahaman bahwa hal tersebut bisa memperbaiki
hati. Orang yang seperti itu wajib untuk
tidak mengulangi ayat jihad, tidak perlu mengingat perjalanan Rasulullah
dalam gerakan mendirikan masyarakat Islam dan hukum Islam, tidak perlu
mengingat sesungguhnya rasulullah telah membnagun masyarakat islam yang agung
kemudian memasrahkan amanatnya pada penerus agama setelahnya.
Adapun orang yang memahami
Islam dengan benar adalah orang yang diberi iman yang satu oleh Allah azza wa
jalla, meyakini Tuhan yang satu, meyakini bahwa makhluk di dunia ini supaya
menyembah pada Allah dengan usaha dan ikhtiyar. Sebagaimana Allah itu
menciptakan hambanya sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa ada keterpaksaan.
Orang yang beriman meyakini sesungguhnya tempat kembali itu kepada Allah dan
mereka akan mendapat balasan dari apa yang dahulu mereka lakukan.
Kemudian amalan tersebut
dilakukan terus-menerus untuk menolak nafsu amarah dengan keburukan yang ada di
jalan-jalan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk mendorong
masyarakat yang ada didalamnya untuk naik memegang hukum yang telah diturunkan
Allah. Orang yang pemahamannya seperti ini, itu dianggap sebagai bibit unggul
untuk mempersatukan umat Islam yang baik, perkara yang berada diatas poros ini
memungkinkan dapat mempersatukan perkara-perkara orang islam. Dari permulaan
inilah Allah menolong jamaah orang Islam dan membantu mereka dengan
pertolongan-Nya. Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin.
Perjanjian
Didepan Allah
Thariqoh
Sa’idiyah
1.
memulai
aktivitas dengan sholat shubuh berjama’ah dimasjid terdekat lebih baik lagi
jika bangun sebelum shubuh dan sholat tahajjuad dahulu lantas kita berdzikir,
bermunajah, dan berdo’a menghadap Allah sampai terbitnya matahari
2.
Ketika
mendengar suara adzan dimanapun kita berada dan dalam keadaan apapun, maka kita
harus cepat-cepat menuju masjid terdekat untuk melakukan sholat berjama’ah.
Karena seorang muslim yang selalu menuju dan mengungsi kerumah Allah lima kali
dalam sehari semalam, maka aktivitas keduniaannya tidak akan membahayakannya.
3.
Berusaha dengan
sekuat tenaga untuk tidak menggunakan umur kita yang berharga kecuali untuk
taat kepada Allah, bekerja untuk mencari ilmu dan rizki yang halal, dan untuk
beristirahat karena merasa bosan dan lelah.
4.
Ketika kita
hendak tidur, maka kita harus membayangkan bahwa kemungkinan tidur ini adalah
tidur untuk selama-lamannya, tidur terakhir kita dialam dunia. Sebelum tidur,
kita mengingat-ingat umur kita yang telah lalu yang kita gunakan untuk
permainan dan maksiat lalu kita beristighfar kepada Allah dengan perasaan susah
dan menyesal. Kemudian membaca surat an-Naas, al- Falaq, al-Ikhlas, al-Kafirun
dan do’a-do’a tidur. Setelah itu, kita berusaha untuk tidur dalam keadaan suci
membaca tasbih, tahmid, takbir, istighfar, dan dzikir.
5.
Ketika kamu
mendapatkan kenikmatan atau cobaan, maka jangan lupa hakikat bahwa tidak ada
yang memberi manfaat dan tidak ada yang menolak madhorot kecuali Allah SWT.
Semua manusia tidak bisa mengatur dirinya apalagi mengatur orang lain. Lalu
gantungkan hatimu kepada Allah semata, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar atas
cobaaan-Nya, dan bersimpuh didepan pintu-Nya.
6.
Sesudah kamu
melakukan sholat dan selesai dari aurad-auradmu, maka jangan berdiri dulu
sebelum mengangkat tanganmu kepada Allah seraya berdo’a dengan segala
kerendahan hati dan penuh kehinaan, meminta kepada-Nya untuk memberikan
hajat-hajatmu, menghindarkan dari segala ketakutanmu, dan mengampuni segala
kesalahanmu. Tidak ada kebaikan dalam sholat yang tidak diakhiri dengan berdo’a
kepada Allah SWT.
7.
Ketika kamu
merasa ditinggalkan manusia dan dibenci oleh mereka maka jadikanlah ridho Allah
sebagai pelipur hatimu. Dan ketahuilah bahwa hal itu lebih baik dari pada
manusia mneyukaimu tetapi engkau dibenci Allah.
8.
Ketika nafsumu
menarikmu untuk ghibah (membicarakan kejelekan) pada saudaramu, maka
ingatlah bahwasannya kamu mempunyai banyak kecacatan dan apabila Allah
membukannya niscaya kecacatanmu itu menjadi pembicaraan manusia dan menjadi
bahan penggunjingan diantara mereka. Jika kamu mengingat hal ini maka kamu akan
menjadi malu kepada Allah untuk melakukan ghibah yang diharamkan ini. Lalu kamu
akan focus kepada Allah atas nikmat-Nya yang berupa ditutupinnya kecacatanmu.
9.
Berusahalah
sekuat tenaga untuk menjadikan modalmu yang kamu haturkan nanti dihadapan Allah
berupa hati yang suci berupa kotoran kebencian. Karena taat yang sedikit itu
menjadi cukup kalau keluar dari hati yang bersih. Dan banyaknya taat tidak
mencukupi kalau keluar dari hati yang kotor dan penuh dengan kebencian.
10.
Ketika nafsumu
mengajak untuk melakukan keharaman atau keluar dari perjanjian ini, maka
ingatlah akan kematian karena kematian itu akan mengecilkan besarnya
maksiat-maksiat dan menjadikan besar danb banyaknya ibadah dan taat.
“ Do’akanlah
saudaramu ini untuk bisa menetapi perjanjian ini, dan aku do’akan kamu juga
bisa menetapinya….Amiiiin”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar