KITAB HADIS SAHIH, MUTAWĀTIR
DAN MASYHUR
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Bahtsul Kutub Hadits
Dosen Pengampu:
Sidqon
Famulaqih, Lc., M.S.I.
Oleh:
1. Abdur
Rouf NIM:
2013.01.01.177
2. Ahmad
Iwanuridlwan NIM: 2013.01.01.207
3. Khoirudin
Azis NIM: 2013.01.01.184
PROGRAM
STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG
REMBANG
2015
KITAB
HADIS SAHIH, MUTAWĀTIR
DAN MASYHUR
Oleh: Abdur Rouf, Ahmad
Iwanuridlwan
I. Pendahuluan
Dalam
Islam, hadis memiliki kedudukan yang sangat penting, yakni sebagai sumber hukum
Islam kedua setelah al-Qur`an. Karena keduduknnya inilah keberadaan hadis
sangat diperhatikan oleh para ulama`. Ini dapat dilihat, mulai dari masa Rasulullah
Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam hingga masa sekarang ini perkembangan ilmu
yang membahas tentang hadis, mulai dari matan hadis hingga sanadnya telah
berkembang begitu pesat.
Pada
masa Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam hadis hanya disimpan dalam hafalan para sahabat,
dalam arti belum ada pembukuan terhadap hadis. Baru pada masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz, yakni khalifah kedelapan dari dinasti Umayyah hadis mulai dibukukan
secara resmi.
Pada
masa ini pembukuan hadis masih dilakukan secara global. Maksudnya, tidak
dibedakan antar hadis yang sahih dan yang tidak. Usaha untuk membedakan antara hadis yang sahih
dengan yang tidak terjadi pada abad ketiga. Pada masa ini mucul kitab ṣaḥiḥayn yang hanya memuat hadis-hadis sahih.
Sebagai
umat yang menjdikan hadis sebagai pedoman utama setelah al-Qur`an, kita perlu
mengetahui bagaimana kitab-kitab hadis itu disusun. Sehingga kita dapat
mengetahui kitab mana saja yang di dalamnya memuat hadis-hadis sahih. Kita juga
perlu mengetahui sejarah hidup penulisnya.
Dalam
makalah ini, penulis akan menjelaskan bagaimana kitab-kitab hadis itu disusun.
Penulis juga akan memaparkan sedikit tentang biografi penulisnya. Tetapi,
karena keterbatasan penulis, tidak semua kitab hadis yang ada akan dipaparkan
dalam makalah ini. Penulis hanya akan memberikan penjelasan tentang kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī karya Muḥammad bin Ismā’īl al-Bukhārī, Naẓm al-Mutanāthir min al-Ḥadīth al-Mutawātir karya al-Kattānī dan al-Maqāṣid al-Ḥasanah karya al-Sakhāwī.
II. Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī Karya al-Bukhārī
A. Pengertian Hadis Sahih
Dalam bahasa arab kata sahih
(الصحيح) berarti benar. Dalam
kamus bahasa Indonesia sahih berarti sah, benar,
sempurna, tiada cela (dusta, palsu), sesuai dengan hukum atau peraturan.[1]
Sedangkan secara istilah, yang dimaksud hadis sahih adalah hadis yang sanadnya
sambung sampai kepada Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam yang
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan memiliki hafalan yang kuat, terhindar
dari cacat, baik dalam matan maupun sanadnya, dan tidak bertentangan dengan
hadis yang lain.
B. Biografi Penulis
Nama
lengkap imam al-Bukhārī adalah
Abū
‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah bin Bardizbah al-Ju’fī al-Bukhārī. Dia dilahirkan pada tahun 194 H di sebuah tempat
bernama Bukhārā dan meninggal pada usia 62, bertepatan dengan
tahun 256 H.
Selama
hidupnya, ia selalu tekun dalam mempelajari hadis yang didapat dari gurunya.
Karena ketekunan, ketelitian dan kecerdasannya dalam mencari, menyeleksi dan
menghafal hadis, ia mendapat gelar amīr al-mu`minīn fi al-ḥadīth. Di antara ulama` yang menjadi gurunya adalah Isḥāq bin Raḥawayh, ‘Alī al-Madinī, Aḥmad bin Ḥanbal, Yaḥyā bin Ma’īn dan Muḥammad bin Yusūf al-Faryabī
Mengenai
kecerdasannya di bidang hadis, Ibnu Khuzaymah, sebagaimana dikutip oleh Abu Zahw
berkata “Aku tidak melihat orang di bawah langit ini yang lebih mengetahui dan
lebih hafal hadis Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam kecuali Muḥammad bin Ismā’īl al-Bukhārī.”[2]
Karena kecerdasannya ini, banyak ulama`
dari generasi setelahnya yang menjadi muridnya. Di antara murid-muridnya adalah
Muslim bin al-Ḥajjaj atau yang lebih dikenal dengan imam Muslim yang menulis
kitab Ṣaḥīḥ Muslim, Abu ‘Isā al-Tirmidhī, al-Nasa`ī, Ibnu Khuzaymah dan Ibnu Abī Dawūd.
Adapun
karyanya yang paling monumental adalah kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang menjadi objek
pembahasan dalam makalah ini.
Selain karyanya tersebut, masih banyak lagi kitab yang dia tulis, di antaranya
ialah al-Tārīkh al-Kabīr, al-Tārīkh al-Ṣaghīr, Raf’u al-Yadayn dan Kitāb al-‘Ilal.
C. Sistematika Penyusunan
Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī merupakan kitab yang disusun oleh Muḥammad bin Ismā’īl al-Bukhārī yang memuat
kumpulan hadis sahih. Dalam menyusun kitab tersebut al-Bukhārī hanya memasukkan
hadis-hadis yang sahih.
Kitab
hadis karya imam al-Bukhārī ini
disusun dengan pembagian beberapa judul. Judul-judul tersebut dikenal dengan
istilah “Kitāb”. Jumlah kitab yang terdapat di dalamnya adalah 98 kitab.
Setiap Judul dibagi menjadi beberapa sub judul yang dikenal dengan istilah “Bāb”. Jumlah total babnya adalah 3966 bab, yang dimulai dengan kitāb bad`i al-waḥy, dan disusul dengan kitāb al-īmān, kitāb al-‘ilm, kitāb al-wuḍū` dan seterusnya. Adapun untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di lampiran I.
Perlu
diketahui bahwa dalam kitab Ṣaḥīḥ
al-Bukhārī ada sejumlah hadis yang tidak dimuat dalam
bab. Ada juga sejumlah bab yang memuat banyak hadis, tetapi ada pula yang hanya
memuat beberapa hadis. Di tempat terpisah, ada pula bab yang hanya berisi
ayat-ayat al-Qur`an tanpa disertai hadis, bahkan ada pula yang kosong tanpa isi
hadis.
Imam al-Bukhārī tidak menjelaskan kriteria kritik hadisnya,
tetapi para ulama` melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang ada di dalam
kitab tersebut dan menyimpulkan bahwa kriteria yang digunakannya sangat
ketat. Imam al-Bukhārī menggunakan kriteria kesahihan hadis seperti sanad
yang sambung, keadilan dan kuatnya hafalan periwayat, terhindar dari shadhdh
dan ‘illāt. Tetapi, untuk sanad yang sambung imam al-Bukhārī menggunakan kriteria yang dapat dipastikan bertemu
antara satu periwayat dengan periwayat yang lain. Dia juga menyebutkan sanadnya
secara lengkap yang sampai kepada sumber pertamanya.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī adalah kitab hadis yang paling sahih. Pendapat
ini disetujui oleh mayoritas ulama` hadis. Meskipun termasuk kitab hadis yang
paling sahih, kitab ini tidak luput dari kekurangan. Tapi kekurangan ini bisa
ditutupi dengan kelebihannya. Dibawah ini akan dikemukakan kelebihan dan
kekurangan dari kitab Ṣaḥīḥ
al-Bukhārī.
1. Kelebihan Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
a. Terdapat pengambilan hukum
fikih.
b. Periwayatnya lebih terpecaya.
c. Banyak memberikan faedah, manfaat
dan pengetahuan.
d.
Hadis-hadis dalam Ṣaḥīḥ
al-Bukhārī terjamin kesahihannya karena imam al-Bukhārī mensyaratkan perawi haruslah sezaman dan
mendengar langsung dari periwayat yang diambil hadis darinya.
2. Kelemahan Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī memuat hadis ‘Ā`ishah mengenai kasus tersihirnya Nabi Ṣalla
Allāh ‘Alayhi wa Sallam yang dilakukan oleh Labīd bin A’ṣam. Dengan menerima hadis tersebut berarti kita
ikut membenarkan tuduhan orang-orang kafir bahwa beliau adalah seorang nabi
yang terkena pengaruh sihir, padahal tuduhan tersebut telah disanggah oleh
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
Adapun
kekurangan yang lain dari kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yaitu bahwa kitab tersebut tidak memuat semua
hadis sahih, tetapi masih ada hadis sahih lain yang belum tercantum dalam kitab
tersebut.
III. Kitab Hadis Mutawātir
A. Pengertian Hadis Mutawātir
Secara
bahasa, mutawātir berasal dari bahasa Arab “المتواتر” yang merupakan bentuk fā’il dari at-tawātur yang artinya beruntunan.
Atau juga berarti al-mutatābi’ yang bermakna datang kemudian,
beriring-iringan, atau beruntun.
Sedangkan
menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang
menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga
ahir sanad.[3] Banyaknya periwayat ini
terdapat dalam semua tingkatan. Jadi sudah dapat dipastikan bahwa semua hadis
mutawatir adalah hadis yang sahih, karena tidak mungkin periwayat yang banyak
itu bersepakat untuk berdusta.
B. Biografi Penulis[4]
Muḥammad bin Ja’far al-Kattānī. Nama lengkapnya adalah al-Sayyīd al-Shaykh
Muḥammad
bin Ja'far al-Kattānī
al-Hasanī
al-Idrisī. Ia
lahir di kota Fas pada tahun 1273 H. Dan dibesarkan di sana. Ia melakukan
perjalanan ke berbagai negara dan menerima ijazah dari ulama` Barat dan Timur.
Dia memiliki posisi terkemuka di Universitas Qarawiyin. Di Fas, beliau mengajar
berbagai ilmu dari dua belas ilmu Shar’ī, terutama fikih dan hadis, sampai ia
memperoleh peringkat tertinggi dan menjadi profesor dengan kursi khusus
sendiri.
Dia
pergi untuk haji pertama kali pada tahun 1321 H. Dalam perjalanannya ia mengunjungi
kota Mesir, Hijaz, al-Quds dan Damaskus. Di sana ia diterima dengan baik oleh
orang-orang dan tokoh, dan bertukar pengetahuan. Pada tahun 1325 H, ia kembali
pergi untuk haji, dan menetap bersama keluarganya di Madinah.
Pada
tahun 1345 H, ia kembali ke Fas, dan melanjutkan kegiatan keagamaan di
Universitas Qarawiyin, mengajarkan Musnad dari Imam Ahmad bin Hanbal untuk
pertama kalinya. Orang-orang dari semua lapisan sosial menghadiri kelas di
al-Qarawiyyin, yang diisi sampai penuh dengan sebanyak 10.000 orang.
Muḥammad bin Ja’far al-Kattānī adalah salah satu ulama terbesar pada
zamannya. Dia meninggal di Fas pada 16 Ramadhan 1345 H dan dimakamkan di bagian
Kattani, makam keluarga di pinggiran Fas. 100.000 orang dari semua lapisan
sosial Fas menghadiri pemakamannya. Dua tahun kemudian, tubuhnya dipindahkan ke
tempat pemakaman khusus di dalam kota Fas. Hal ini dilakukan pada tengah malam,
di hadapan 10.000 orang. Tubuh itu ditemukan tidak berubah, dan bau wangi yang
berasal dari kuburnya ketika dibuka.
C. Sistematika Penyusunan
Kitab ini merupakan kitab yang disusun oleh Muḥammad bin Ja’far al-Kattānī yang memuat
kumpulan hadis mutwātir. Dalam menyusun kitab tersebut al-Kattānī hanya memasukkan
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh banyak periwayat, yang mana mereka tidak
mungkin bersepakat untuk berbohong. Jadi dapat dipastikan hadis-hadis yang ada
adalah hadis sahih.
Sebagaimana
al-Bukhārī,
kitab hadis karya al-Kattānī ini juga disusun dengan pembagian beberapa judul
yang judul-judul tersebut juga diistilahkan dengan “Kitāb”. Hanya saja
jika jumlah kitab yang terdapat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī adalah 98 kitab, dalam kitab yang ditulis
al-Kattānī
ini hanya terdapat 31 kitab.
Dalam
menyusun kitabnya, al-Kattānī tidak
menyebutkan hadis secara lengkap disertai sanadnya. Terkadang dia hanya
menyebutkan matan hadis secara lengkap. Tetapi dia juga sering menyebutkan
potongan hadisnya saja. Semua itu tidak disebutkan urutan sanadnya. Hanya saja
setelah menyebutkan hadis atau potongan hadis, dia menyebutkan nama-nama
sahabat yang meriwayatkan hadis yang dimaksud.
Sebagai
contoh, hadis Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam:
من
شهد أن لا إله إلا الله ، وجبت له الجنة
Tentang
hadis tersebut al-Kattānī
menjelaskan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak sahabat. Di antara
nama-nama sahabat yang di sebutkan al-Kattānī adalah Mu’ādh bin Jabal, Abu Dhar, Uthmān
bin ‘Affān, Abū Hurayrah, Abū Bakr al-Ṣiddīq, ‘Umar bin al-Khattāb, Suhayl bin
Bayḍā`, Abū Musā al-Ash’arī, Anas, Bilāln Zayd bin Arqam, Jarīr bin ‘Abdullāh,
Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbās, Sa’d bin ‘Ubadāh, ‘Iyāḍ al-Anṣārī, Jābir bin ‘Abdullāh
dan ‘Abd al-Raḥmā bin ‘Awf.[5]
IV. Kitab al-Maqāṣid al-Ḥasanah Karya al-Sakhāwī
A. Pengertian Hadis Masyhur
Secara
bahasa, kata masyhur berasal dari bahasa Arab شَهَرَ
يَشْهُرُ شُهْرَةً وَمَشْهُوْرٌ. Artinya adalah tenar, terkenal atau dan
menampakkan. Sedangkan secara istilaah, yang dimaksud hadis masyhur, Zein
menjelaskan dalam bukunya:
ما رواه الثلا
ثة فأ كثر ولم يصل درجة التواتر
Sesuatu yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum
mencapai derajat mutawatir.[6]
Jadi
yang dimaksud dengan hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga
orang perawi atau lebih pada setiap tingkatannya tetapi belum mencapai derajat
mutawatir.
B. Biografi Penulis
Nama
lengkap al-Sakhāwī
adalah Muḥammad bin
‘Abdurraḥmān bin Muḥammad bin Abī Bakr bin ‘Uthmān bin Muḥammad Shamsuddīn
al-Qāhirī al-Shāfi’ī al-Sakhāwī yang biasa disebut al-Sakhāwī. Dia dilahirkan
pada tahun 831 H dan meninggal pada tahun 902 H.
Diantara
guru-gurunya adalah Zayn ‘Abd al-Ghanī al-Ḥaythamī dan Ibnu Ḥajar al-Asqalānī. Beliau belajar banyak dan lama
bersama Ibnu Ḥajar
dan mengambil manfaat darinya. Beliau banyak berguru dari ulama`-ulama` pada
masanya baik di Mesir, Makkah maupun Madinah.
Tahun
870 H, beliau bersama keluarga dan anak-anaknya melaksanakan ibadah haji. Beliau
sempat berkeliling dan mengajar di sana. Setelah kembali dari haji ke Kairo,
beliau mulai mengajarkan hadis kepada ulama`-ulama` dan banyak orang yang
berguru hadis kepadanya. Beliau dalam hidupnya berkali-kali menunaikan ibadah
haji sekaligus mengajarkan hadis.
Beliau
banyak mengutip hadis dari guru-gurunya dan menyusun buku tentang biografi
guru-gurunya. Adapun karyanya yang paling
monumental adalah kitab Fatḥ al-Mughīth. Selain karyanya tersebut, masih banyak lagi
kitab yang dia tulis, di antaranya ialah al-Sirr al-Maktūm, al-Ghāyah Sharh al-Hidāyah fi ‘Ilm al-Riwātah, dan al-Maqāṣid al-Ḥasanah yang menjadi objek pembahasan dalam
makalah ini.
C. Sistematika Penyusunan
Kitab
ini dikategorikan sebagai jenis kitāb takhrīj sebagaimana bisa dilihat
pada al-Maktabah al-Shāmilah.[7]
Sistematika penulisan buku ini menggunakan dua cara yaitu:
1. Bab Pertama
Pada
bagian ini al-Sakhāwī menulis hadis-hadis yang masyhur di kalangan ulama` dan
umat. Al-Sakhāwī menyusunnya menurut urutan abjad huruf, yaitu awal huruf
sebuah matan. Mulai dari al-alif sampai al-yā`. Setiap huruf
menampilkan sesuai dengan urutan huruf sesudahnya juga. Seperti al-alif dengan
setelahnya al-alif, kemudian al-alif dengan huruf setelahnya al-bā`,
kemudian al-tā` dan seterusnya sampai al-yā`. Kemudian al-Sakhāwī
tidak mencantumkan matan secara lengkap. Dia hanya mencantumkan potongan awal
matan saja. Pada bab ini memuat 1356 hadis masyhur.[8]
2. Bab Kedua
Pada bab
ini al-Sakhāwī menulis ringkasan semua potongan matan yang telah dijelaskan pada
pertama. Pada hakikatnya isi dari bab kedua ini adalah kumpulan potongan matan
tersebut dalam bab-bab yang tersusun secara mawḍu’ī. Penyusunan kembali
matan-matan tersebut mungkin bertujuan untuk mempermudah pembaca untuk sampai kepada hadis yang diinginkan secara
lebih cepat dan praktis, kemudian mengetahui penjelasan takhrīj dan pembenarannya pada bab pertama yang telah disusun
menurut abjad huruf secara berurutan.
Hal ini
bisa dilihat pada contoh isi bab kedua sebagai berikut:
كتاب الصيام :يوم صومكم يوم نحركم، من علامة الساعة انتفاج الأهلة، استعينوا
بطعام السحر على صيام النهار، أفطر الحاجم والمحجوم، الفطر مما دخل، صوموا تصحوا،
الصوم جنة، الصوم في الشتاء الغنيمة الباردة، الشتاء ربيع المؤمن وفيه وقصر نهاره
فصامه، من فطر صائماً كتب له مثل أجره، الصائم لا ترد دعوته، تعرض الأعمال في كل
خميس واثنين، سيد الشهور رمضان، رجب شهر اللَّه وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي،
شعبان شهري، إذا انتصف شعبان، فضل شهر رجب على الشهور، من اكتحل بالإثمد يوم
عاشوراء لم يرمد أبداً، من وسع على عياله يوم عاشوراء.[9]
Contoh
kutipan di atas merupakan gambaran dari bab kedua. Koma pada teks di atas
adalah sebagai pemisah atau pembatas antara satu matan dengan matan yang
berikutnya yang telah diurai pada nomor-nomor hadis secara acak karena harus
mengikuti susunan urutan abjad huruf.
Kritik
terhadap sistematika ini adalah bahwa sistematika yang diterapkan oleh
al-Sakhāwī memudahkan pembaca untuk sampai pada hadis yang dimaksud, karena
jika diketahui awal hadis yang ingin
ditelusuri, maka bisa langsung ditemukan. Kesulitannya adalah jika hadis yang
ada adalah potongan akhir dari sebuah matan atau bukan potongan hadis yang
dicantumkan oleh al-Sakhāwī dalam bukunya maka akan menemui kesulitan dalam
pencarian.
V. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun kitab hadis ulama`
menggunakan metode yang berbeda-beda. Ada kalanya penulis menyusun kitabnya berdasarkan
tema tertentu sebagaimana yang dilakukan oleh al-Bukhāri dan al-Kattānī. Ada pula yang menyusun berdasarkan abjad
sebagaimana yang dilakukan al-Sakhāwī.
Selain itu kriteria hadis yang mereka
muat dalam kitabnya pun berbeda-beda. al-Bukhāri hanya memasukkan hadis-hadis sahih dalam kitabnya, meskipun
tidak semua hadis sahih termuat di dalamnya. al-Kattānī hanya memasukkan hadis mutawātir. Sedangkan al-Sakhāwī hanya memasukkan hadis masyhur ke dalam
kitabnya.
Lampiran
I
Judul Kitab dan Jumlah Bab[10]
الباب
|
الموضوع
|
الرقم
|
الباب
|
الموضوع
|
الرقم
|
6
|
كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة
|
20
|
6
|
كتاب بدء الوحي
|
1
|
18
|
كتاب العمل في الصلاة
|
21
|
43
|
كتاب الإيمان
|
2
|
9
|
كتاب السهو
|
22
|
54
|
كتاب العلم
|
3
|
98
|
كتاب الجنائز
|
23
|
79
|
كتاب الوضوء
|
4
|
79
|
كتاب الزكاة
|
24
|
29
|
كتاب الغسل
|
5
|
152
|
كتاب الحج
|
25
|
31
|
كتاب الحيض
|
6
|
20
|
كتاب العمرة
|
26
|
9
|
كتاب التيمم
|
7
|
11
|
كتاب المحصر
|
27
|
109
|
كتاب الصلاة
|
8
|
27
|
كتاب جزاء الصيد
|
28
|
42
|
كتاب مواقيت الصلاة
|
9
|
13
|
كتاب فضائل المدينة
|
29
|
166
|
كتاب الأذان
|
10
|
69
|
كتاب الصوم
|
30
|
41
|
كتاب الجمعة
|
11
|
1
|
كتاب صلاة التراويح
|
31
|
6
|
كتاب الخوف
|
12
|
5
|
كتاب فضل ليلة القدر
|
32
|
26
|
كتاب العيدين
|
13
|
19
|
كتاب الاعتكاف
|
33
|
7
|
كتاب الوتر
|
14
|
113
|
كتاب البيوع
|
34
|
28
|
كتاب الاستسقاء
|
15
|
8
|
كتاب السلم
|
35
|
19
|
كتاب الكسوف
|
16
|
3
|
كتاب الشفعة
|
36
|
12
|
كتاب سجود القرآن
|
17
|
22
|
كتاب الإجارة
|
37
|
20
|
كتاب تقصير الصلاة
|
18
|
3
|
كتاب الحوالات
|
38
|
37
|
كتاب التهجد
|
19
|
56
|
كتاب أحاديث الأنبياء
|
60
|
5
|
كتاب الكفالة
|
39
|
28
|
كتاب المناقب
|
61
|
16
|
كتاب الوكالة
|
40
|
32
|
كتاب فضائل أصحاب ألنبي
|
62
|
21
|
كتاب الحرث والمزارعة
|
41
|
53
|
كتاب مناقب الأنصار
|
63
|
18
|
كتاب المساقاة
|
42
|
91
|
كتاب المغازي
|
64
|
20
|
كتاب الاستقراض وأداء الديون والحجر والتفليس
|
43
|
كتاب تفسير القرأن
|
65
|
10
|
كتاب الخصومات
|
44
|
|
2
|
1. سورة الفاتحة
|
12
|
كتاب اللقطة
|
45
|
|
55
|
2. سورة البقرة
|
35
|
كتاب المظالم
|
46
|
|
20
|
3. سورة آل عمران
|
16
|
كتاب الشركة
|
47
|
|
27
|
4. سورة النساء
|
6
|
كتاب الرهن
|
48
|
|
15
|
5. سورة المائدة
|
20
|
كتاب العتق
|
49
|
|
10
|
6. سورة الأنعام
|
6
|
كتاب المكاتب
|
50
|
|
6
|
7. سورة الأعراف
|
37
|
كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها
|
51
|
|
8
|
8. سورة الأنفال
|
30
|
كتاب الشهادات
|
52
|
|
20
|
9. سورة التوبة
|
14
|
كتاب الصلح
|
53
|
|
2
|
10. سورة يونس
|
19
|
كتاب الشروط
|
54
|
|
6
|
11. سورة هود
|
37
|
كتاب الوصايا
|
55
|
|
6
|
12. سورة يوسف
|
199
|
كتاب الجهاد والسير
|
56
|
|
1
|
13. سورة الرعد
|
20
|
كتاب فرض الخمس
|
57
|
|
3
|
14. سورة إبراهيم
|
22
|
كتاب الجزية والموادعة
|
58
|
|
5
|
15. سورة الحجر
|
17
|
كتاب بدء الخلق
|
59
|
|
40. سورة غافر
|
1
|
16. سورة النحل
|
|||
1
|
41. سورة فصلت
|
14
|
17. سورة الإسراء
|
||
1
|
42. سورة الشورى
|
6
|
18. سورة الكهف
|
||
43. سورة الزخرف
|
6
|
19. سورة مريم
|
|||
6
|
44. سورة الدخان
|
3
|
20. سورة طه
|
||
1
|
45. سورة الجاثية
|
1
|
21. سورة الأنبياء
|
||
2
|
46. سورة الأحقاف
|
3
|
22. سورة الحج
|
||
1
|
47. سورة محمد
|
23. سورة المؤمنون
|
|||
5
|
48. سورة الفتح
|
13
|
24. سورة النور
|
||
3
|
49. سورة الحجرات
|
5
|
25. سورة الفرقان
|
||
2
|
50. سورة ق
|
1
|
26. سورة الشعراء
|
||
51. سورة الذاريات
|
27. سورة النمل
|
||||
1
|
52. سورة الطور
|
2
|
28. سورة القصص
|
||
7
|
53. سورة النجم
|
29. سورة العنكبوت
|
|||
9
|
54. سورة القمر
|
1
|
30. سورة الروم
|
||
2
|
55. سورة الرحمن
|
1
|
31. سورة لقمان
|
||
1
|
56. سورة الواقعة
|
1
|
32. سورة السجدة
|
||
57. سورة الحديد
|
10
|
33. سورة الأحزاب
|
|||
58. سورة المجادلة
|
2
|
34. سورة سبأ
|
|||
5
|
59. سورة الحشر
|
35. سورة فاطر
|
|||
3
|
60. سورة الممتحنة
|
1
|
36. سورة يس
|
||
1
|
61. سورة الصف
|
1
|
37. سورة الصافات
|
||
2
|
62. سورة الجمعة
|
1
|
38. سورة ص
|
||
8
|
63. سورة المنافقون
|
4
|
39. سورة الزمر
|
||
88. سورة الغاشية
|
64. سورة التغابن
|
||||
89. سورة الفجر
|
2
|
65. سورة الطلاق
|
|||
90. سورة البلد
|
4
|
66. سورة التحريم
|
|||
91. سورة الشمس
|
67. سورة الملك
|
||||
8
|
92. سورة الليل
|
2
|
68. سورة القلم
|
||
2
|
93. سورة الضحى
|
69. سورة الحاقة
|
|||
94. سورة الشرح
|
70. سورة المعارج
|
||||
1
|
95. سورة التين
|
1
|
71. سورة نوح
|
||
5
|
96. سورة العلق
|
1
|
72. سورة الجن
|
||
97. سورة العلق
|
73. سورة المزمل
|
||||
2
|
98. سورة البينة
|
5
|
74. سورة المدثر
|
||
2
|
99. سورة الزلزلة
|
3
|
75. سورة القيامة
|
||
100. سورة العاديات
|
76. سورة الإنسان
|
||||
101. سورة القارعة
|
3
|
77. سورة المرسلات
|
|||
102. سورة التكاثر
|
1
|
78. سورة النبأ
|
|||
103. سورة العصر
|
1
|
79. سورة النازعات
|
|||
104. سورة الهمزة
|
80. سورة عبس
|
||||
105. سورة الفيل
|
81. سورة التكوير
|
||||
106. سورة قريش
|
82. سورة الانفطار
|
||||
107. سورة الماعون
|
1
|
83. سورة المطففين
|
|||
108. سورة الكوثر
|
2
|
94. سورة الانشقاق
|
|||
109. سورة الكافرون
|
85. سورة البروج
|
||||
4
|
110. سورة النصر
|
86. سورة الطارق
|
|||
4
|
111. سورة اللهب
|
87. سورة الأعلى
|
|||
53
|
كتاب الرقاق
|
81
|
3
|
112. سورة الإخلاص
|
|
16
|
كتاب القدر
|
82
|
113. سورة الفلق
|
||
33
|
كتاب الأيمان والنذور
|
83
|
114. سورة الناس
|
||
11
|
كتاب كفارات الأيمان
|
84
|
37
|
كتاب فضائل القرآن
|
66
|
31
|
كتاب الفرائض
|
85
|
126
|
كتاب النكاح
|
67
|
15
|
كتاب الحدود
|
86
|
53
|
كتاب الطلاق
|
68
|
33
|
كتاب المحاربين من أهل الكفر والردة
|
87
|
16
|
كتاب النفقات
|
69
|
32
|
كتاب الديات
|
88
|
60
|
كتاب الأطعمة
|
70
|
9
|
كتاب استتابة المرتدين والمعاندين وقتالهم
|
89
|
4
|
كتاب العقيقة
|
71
|
7
|
كتاب الإكراه
|
90
|
38
|
كتاب الذبائح والصيد والتسمية على الصيد
|
72
|
15
|
كتاب الحيل
|
91
|
16
|
كتاب الأضاحي
|
73
|
48
|
كتاب التعبير
|
92
|
31
|
كتاب الأشربة
|
74
|
29
|
كتاب الفتن
|
93
|
22
|
كتاب المرضى والطب
|
75
|
54
|
كتاب الأحكام
|
94
|
58
|
كتاب الطب
|
76
|
9
|
كتاب التمني
|
95
|
103
|
كتاب اللباس
|
77
|
6
|
كتاب أخبار الأحاد
|
96
|
128
|
كتاب الأدب
|
78
|
28
|
كتاب الإعتصام بالكتاب والسنة
|
97
|
53
|
كتاب الاستئذان
|
79
|
58
|
كتاب التوحيد
|
98
|
71
|
كتاب الدعوات
|
80
|
Daftar Pustaka
Bukhārī (al), Muḥammad bin Ismā’īl. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Beirut: Dār
al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2013.
Cordoba
Academy Forum. “Bio: Shaykh Muhammad ibn Ja’far al-Kattani
al-Hasani al-Idris”, dalam http://forum.cordobaacademy.com/topic/10836302/BIO-Shaykh-Muhammad-ibn-Jafar-alKattani-alHasani-alIdri#.VQxSopYqPIU, (diakses pada 20 Maret 2015).
Kattānī (al), Muḥammad
bin Ja’far. Naẓm al-Mutanāthir min al-Ḥadīth al-Mutawātir. Kairo:
Dār al- Kutub al-Salafiyyah. t.th..
Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Taysīr Muṣṭalaḥ al-Ḥadīth, t.t.. Dār al-Fikr. t.th..
Qaṭṭān (al), Mannā’. Pengantar Studi Ilmu Hadits. terj.
Mifdhol Abdurrahman. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. 2014.
Sakhāwī (al), Muḥammad bin Abdurrahman. al-Maqāṣid al-Ḥasanah.
t.t.: Dār al-Kitāb al-‘Arabī. t.th..
Shiddieqy (al), Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah & Pengantar
Imu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2012.
Zahw, Muḥammad Muḥammad Abu. al-Ḥadīth wa al-Muḥaddithūn. al-Riyāḍ:
Shirkah al-Ṭibā’ah al-‘Arabiyyah al-Su’ūdiyyah. 1984.
Zein, Muhammad Ma’shum. Ulumul Hadis & Musthalah Hadis.
Jombang: Darul Hikmah. 2008.
[1]
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), 1243.
[2]
Muḥammad Muḥammad Abu Zahw, al-Ḥadīth wa al-Muḥaddithūn, (al-Riyāḍ: Shirkah al-Ṭibā’ah al-‘Arabiyyah al-Su’ūdiyyah, 1984), 355.
[3]
Mannā’ al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu
Hadits, terj. Mifdhol Abdurrahman, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2014), 110.
[4]
Cordoba Academy Forum, “Bio: Shaykh
Muhammad ibn Ja’far al-Kattani al-Hasani al-Idris”, dalam
http://forum.cordobaacademy.com/topic/10836302/BIO-Shaykh-Muhammad-ibn-Jafar-alKattani-alHasani-alIdri#.VQxSopYqPIU,
(diakses pada 20 Maret 2015).
[5]
Muḥammad bin
Ja’far al-Kattānī, Naẓm al-Mutanāthir min al-Ḥadīth al-Mutawātir, (Kairo: Dār al- Kutub al-Salafiyyah,
t.th.), 38-39.
[6]
Muhammad Ma’shum Zein, Ulumul Hadits & Musthalahul Hadits, (Jombang: Darul Hikmah, 2008), 177.
[8] Muḥammad bin Abdurrahman al-Sakhāwī,
al-Maqāṣid
al-Ḥasanah,
(t.t.: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, t.th.), 745.
[9] Ibid., 763-764.
[10] Muḥammad bin Ismā’īl al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ
al-Bukhārī, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2013), 1369-1456.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar